RAVEL-ALUNA [END]

By zulfalinda

1.1M 127K 14.7K

Aluna Rafa gadis cantik dengan mata indah, semasa hidupnya Aluna tak pernah keluar rumah, sekolahpun tidak. A... More

penjelasan
prolog
01. RAVEL-ALUNA
02.RAVEL-ALUNA
03.RAVEL-ALUNA
04.RAVEL-ALUNA
05.RAVEL-ALUNA
06.RAVEL-ALUNA
07.RAVEL-ALUNA
08.RAVEL-ALUNA
09.RAVEL-ALUNA
10.RAVEL-ALUNA
11.RAVEL-ALUNA
12.RAVEL-ALUNA
13. RAVEL-ALUNA
14. RAVEL-ALUNA
15.RAVEL-ALUNA
16.RAVEL-ALUNA
17. RAVEL-ALUNA
18.RAVEL-ALUNA
19.RAVEL- ALUNA
20.RAVEL-ALUNA
21.RAVEL-ALUNA
22.RAVEL-ALUNA
23.RAVEL-ALUNA
24.RAVEL-ALUNA
25.RAVEL-ALUNA
26.RAVEL-ALUNA
27.RAVEL-ALUNA
28.RAVEL-ALUNA
29.RAVEL-ALUNA
30.RAVEL-ALUNA
31.RAVEL-ALUNA
32.RAVEL-ALUNA
33.RAVEL-ALUNA
34. RAVEL-ALUNA
35.RAVEL-ALUNA
36.RAVEL-ALUNA
37. RAVEL-ALUNA
38. RAVEL-ALUNA
39. RAVEL-ALUNA
41. RAVEL-ALUNA
42. RAVEL-ALUNA
43. RAVEL-ALUNA
44. RAVEL-ALUNA
45. RAVEL-ALUNA
46.RAVEL-ALUNA
47. RAVEL-ALUNA
48. RAVEL-ALUNA
49. RAVEL-ALUNA
50. RAVEL-ALUNA
51.RAVEL-ALUNA
SQUEL

40.RAVEL-ALUNA

10.4K 1.3K 186
By zulfalinda

I hope you will enjoy with my stroy

Don't forget to clik stars n coment
Thank you

Happy reading all!

•••

40.RAVEL-ALUNA

Ravel masuk kedalam kapal ada Atlas, Agam, Alkar dan Farhan. Nahkoda menjalankan kapal sesuai arahan dari Ravel dan jejak dari Kapala keluarga panca—once sea ship.

Sedangkan Nia perempuan itu di bawa ke mansion Wiratama, Atlas hanya tidak mau istrinya kenapa-napa.

"Ravel menatap pada kompas yang menunjukkan bahwa mereka semakin dekat dengan kapal keluarga panca. "

"Tuan apakah kapal tersebut akan di tembak?"

"Ada putriku bodoh!" Bentak Atlas.

"Tidak, biar itu menjadi urusanku dan ayah!"

Kapal keluarga panca sampai di daratan, mereka semua turun dan Aluna mata perempuan itu ditutup dengan kain hitam, tangan dan kakinya masih diikat.

Aluna berada didalam gendongan Adelio.

Mereka masuk kedalam hutan-hutan banyak suara hewan yang membuat Charly berdegik ngeri.

"Ini dimana?" gumam Aluna.

"Tempat terakhir lo akan hidup," bisik Lio.

Tubuh Aluna menegang dan Lio dapat merasakannya, lelaki itu tersenyum tipis melihat raut ketakutan dari Aluna.

"Lo tenang aja sebelom lo mati gua masih dengan berbaik hati membiarkan lo nanti menghubungi orang tua serta tunangan kesayangan lo. "

Mereka berjalan sekitar 15 menit dari laut dan akhirnya sampai di sebuah gedung tua yang letaknya berada di tengah-tengah hutan-hutan itu.

Adelio menyuruh anak buahnya membuka pintu, Aluna sudah terlelap didalam gendongan lelaki yang menculiknya.

Delio memindahkan Aluna ke kamar dan mengunci kamar itu. Dia menatap para orang tua serta pacarnya.

"Kalian boleh melakukan apapun sama dia besok! "

Wajah mereka terlihat bahagia terutama Chelsea, dia tidak sabar untuk melakukan sesuatu kepada Aluna.

•••

Kapal mereka sudah berhenti di daratan dan sialnya mereka kehilangan jejak. Helikopter yang bertugas mengawasi mereka hanya bisa melihat kapal once sea ship sampai daratan selebihnya tidak.

"Maaf tuan kami kehilangan jejak, " kata kapten helikopter.

"Shit! " umpat Ravel.

"Kita kehilangan jejak mereka, " ucap Ravel frustasi.

Ayolah dia seperti orang bodoh yang kehilangan akal. Otaknya seperti tidak berfungsi disaat-saat genting seperti ini.

"Berpencar, kita masuk kedalam hutan itu, " final Ravel akhirnya.

Mereka mengangguk tidak akan melakukannya malam ini, mereka akan menunggu sampai pagi menjelang karena tidak ada persiapan apapun.

Paginya sekitar pukul 09.00 pagi mereka sudah mulai bergerak memasuki hutan, menatap kanan dan kiri berharap menemukan sebuah petunjuk.

Setengah jam mereka berputar mencari petunjuk tapi tetap tidak ada. Akhrinya mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar di salah satu pohon. Ravel menegak habis minum lalu menatap ke salah satu titik.

Sebuah gudang di tengah hutan.

•••

Aluna terbangun saat dingin nya air menyentuh kulitnya. Dia menatap Chelsea di depannya dengan satu kepalanya sakit, perutnya sakit semuanya terasa sakit.

"Ada kata terakhir yang ingin lo sampaikan? " ucap Chelsea.

Aluna hanya diam, dia yakin Ravel dan yang lain akan menyelamatkan nya.

"Gak ada? "

Chelsea mengangguk dia mengambil korek api dan sebuah besi lalu membakar besi itu.

"Gimana kalau besi panas ini nempel di seluruh kulit mulus lo? Pasti Ravel akan ilfeel kan? "

Aluna berontak saat Chelsea mendekatkan besi panas itu ke tangannya. 

"Mmmm..."

"Kenapa? Takut? Enggak panas kok. "

Aluna berontak sekuat tenaganya, air matanya jatuh dia tidak ingin.

"LO BISA DIEM GAK SI?! " bentak Chelsea.

Aluna tidak menghiraukan ucapan Chelsea.

PLAK

"DIBILANGIN DIEM YA DIEM! "

Tubuh Aluna bergetar matanya menatap memohon pada Chelsea.

"Tolong selamatkan Aluna, " batin gadis itu.

"Gak ada yang bisa nyelamatin lo! Kalaupun Ravel datang dia pasti kalah jumlah! "

Chelsea menghidupkan lagi korek dan kembali membakar besi itu, dia menarik tangan Aluna sebelah kanan.

"MMMMMM..... " teriakan Aluna tertahan matanya mengeluarkan air mata, rasa perih dan panas serta kebas merambat ditangannya.

Chelsea bermain-main dengan besi panas itu ditangan Aluna.  Perempuan itu tertawa senang saat melihat ukirannya disana dia menuliskan namanya dan nama Ravel.

"Liat cantik kan?! " seru Chelsea senang.

Aluna menggeleng, perih.

"Kenapa nangis? Sakit? "

"Makanya jangan belagu! "

"Ini baru dari gua, belum dari yang lain! "

Chelsea keluar lalu masuk lah Hartono serta Desi. Sesi membawa sebuah cambukan yang dipastikan itu sudah panas.

Mata Aluna tambah Berkaca-kaca dia menatap memohon pada ibu dan ayahnya. Dia tidak menyangka orang yang selama ini dia kira baik, merawatnya dengan kasih sayang malah tega memperlakukan nya seperti ini.

"Halo sayang, kenapa nangis hm?  Gak usah nangis percuma sebentar lagi juga ajal kamu menjemput. "

Desi menatap berbinar pada kulit tangan Aluna yang sudah memerah bahkan sudah mengeluarkan darah lalu Desi mengambil air garam yang sudah dia siapkan tadi, dia menyiram tangan Aluna dengan air garam itu.

"MMMMM... "

"HAHAHAHAHAHA."

"Sakit? Itu belum seberapa. "

Desi menyuruh Hartono untuk membawakan cambukan itu mendekat kepadanya.

CTAR...

membahana.

Perih.

Sakit.

Semuanya bercampur menjadi satu, air mata Aluna tak berhenti mengalir.

"MMMM... "

Desi tertawa keras lalu membuka penutup mulut Aluna.

"Kenapa sayang? Enak? Mau lagi? "

Aluna menggeleng lidahnya kelu.

CTAR

"IBU SAKIT! " teriak Aluna.

Seakan tuli Desi semakin menjadi dia kembali melayangkan cambukan panas itu kepada tubuh Aluna.

CTAR

CTAR

CTAR...

"IBU S-SAKIT... "

CTAR

"HIKSS.. U-UDAH! "

"ITU BELUM SEBERAPA ALUNA! INI AKIBAT PERBUATAN KELUARGA KAMU! "

Hartono mendekatkan wajahnya pada sang anak angkat, menatap putrinya dengan tatapan tak terartikan dia membisikkan sesuatu sebelum pergi meninggalkan ruangan Aluna bersama sang istri tercintanya.

Tubuh Aluna menegang dia menatap ayah angkatnya dengan tatapan tak terbaca semuanya bercampur menjadi satu, sesak rasanya jika di pendam sendiri.

•••

"

Kenapa?" Tanya Alkar lelaki itu memperhatikan Ravel yang menatap bangunan kosong itu.

"Istirahat di gedung tua itu aja," ajak Ravel.

Mereka semua menatap Ravel lalu menatap bangunan tua itu. "Boleh," ucap mereka kompak.

Mereka berjalan ke arah gedung tua itu, saat sampai didepan gedung itu mereka mendengar suara teriakan perempuan.

"Aluna," gumam Ravel.

Dia langsung masuk di ikuti yang lain, Ravel mendobrak pintu kayu itu dengan kuat di bantu oleh Alkar dan Agam. Matanya menajam saat melihat banyaknya anak buah Adelio.

"Ravel," ucap seseorang sambil menuruni anak tangga.

"Dapat? Sesayang itu ternyata kalian dengan gadis polos itu?"

"Halo tuan Atlas? Bagaimana kabar anda?" Tanya Adelio.

Atlas diam begitu pula dengan yang lainnya.

"Gak sabar ingin bertemu dengan Aluna?" Adelio terkekeh, dia menepuk dua kali tangannya dan datangnya dua bodyguard dengan Aluna yang kondisinya sudah parah, banyak luka bekas cambukan di tubuh perempuan itu.

"Sialan!"

Ravel maju satu langka tapi dadanya langsung ditahan oleh tongkat baseball.

"Lo maju? Satu cambukan untuk Aluna!"

Rahang Ravel mengeram matanya menatap Aluna yang juga menatapnya, tatapan sayu yang tidak berdaya.

Aluna tersenyum tipis, mulutnya bergumam kecil menyebut nama tunangannya dan Atlas sebelum akhirnya gelap menyelimuti.

"ALUNA!" teriak Ravel reflek lelaki itu maju tapi kembali ditahan oleh Atlas.

"Lepas!"

"Satu langkah satu cambukan untuk Aluna!" Ucap Atlas tegas.

Ravel mengepalkan tangannya dia benci ketika dia tidak berdaya dan tidak bisa melindungi gadisnya.

Adelio tertawa melihat Ravel yang tidak berdaya.

"Bawa dia kedalam kamar," titah Adelio.

"Santai, tidak usah tegang. Kita akan bermain impas! Nyawa di bayar nyawa bagaimana?"

"Kau!" Ucapnya sambil menunjuk wajah Atlas.

"Kau! Pembunuh! Kau membunuh ayahku!" Ucap Adelio dengan emosinya dia tidak terima saat tau ayahnya meninggal di usianya yang baru menginjak 15 tahun kejadian kelam yang tidak akan Adelio lupakan dan saat itu ada Atlas di lokasi kejadian.

"Bukan aku!"

"Lantas siapa?"

Atlas diam dia tidak menjawab.

"Kau bahkan tidak bisa menjawab!"

"Atlas lebih baik kau mengaku kalau kau lah yang membunuh panca," ucap Hartono.

Atlas tersenyum sinis lalu menatap wajah Hartono. "Lalu siapa orang yang berada di dekat sang mayat?"

"Tidak usah menuduhku! Aku tidak mungkin membunuh kakak ipar tiri ku sendiri!"

"Kau!"

"BERHENTI!"

"Kau, kenapa kau membunuh ayah ku?!" Tanya Lio emosi.

"Aku tidak membunuhnya!"

"Tidak usah percaya! Dia yang membunuhnya jelas-jelas dia ada disana!" Sahut Hartono.

"Lalu siapa yang meledakkan bom itu? Setan? Dan siapa yang bersih Keukeh ingin merebut harta keluarga panca tuan Hartono yang terhormat?"

Hartono mengepalkan tangannya, dia meninju wajah Atlas tetapi lelaki itu tak membalas hanya terkekeh.

"Kalau kau tidak merasa kenapa kau malah meninjuku?" Tanya Atlas sinis.

"Kembalikan putriku! Dan akan ku beritahu siapa dalang balik kematian ayahmu!" Ucap Atlas tegas.

Dia hanya tidak ingin menghabiskan tenaganya untuk orang-orang yang tidak penting didepannya ini.

"Tidak! Nyawa harus di bayar nyawa!"

"Lo tuli?!" Bentak Ravel kesal.

"Kita impas ayahku meninggal dan Aluna juga meninggal? Deal bukan?"

Ravel menendang meja kuat hingga kursi yang diduduki oleh Adelio dan Hartono mundur kebelakang.

"Baiklah, kau pasti akan kalah!"

"SERANG!" teriak Adelio.

Seluruh anak buah Adelio keluar dari persembunyiannya. Ravel melawan Adelio lelaki itu memberikan tendangan pada wajah tampan Lio.

Lio membalas dia memberikan pukulan pada rahang Ravel hingga berbunyi, Ravel membuang ludahnya ada darah disana matanya menatap tajam Lio lalu memberikan tendangan pada dada lelaki itu.

Atlas melawan Hartono kedua orang tua itu masih memiliki jiwa dan energi yang sama-sama kuat. Atlas menendang tulang kering Hartono, memelintirkan tangan Hartono kebelakang lalu mengambil tongkat baseball yang tidak jauh darinya Atlas menghantam kepala Hartono dengan tongkat itu.

Alkar melawan tiga orang sekaligus, mereka bisa dibilang kalah jumlah tapi tenaga mereka lebih banyak dari pada pihak Adelio.

Ravel memberikan pukulan membabi buta, dia emosi dan bercampur marah.

"Mati Lo anjing!" Umpat Ravel.

"ARGH!" Ravel menendang kuat tubuh Adelio hingga berguling dan mengenai tiang.

DOR

Ravel terduduk tangannya meraba pada punggungnya yang terasa kebas dia menatap Adelio yang terkekeh pelan. Sial tubuhnya terkena tembakan, tak memperdulikan rasa sakitnya Ravel dan Atlas langsung naik ke atas biar di bawah ada Alkar, Agam dan anak buahnya. Ravel memeriksa setiap kamar di lantai itu. Ada satu ruangan yang terkunci didalamnya samar-samar mendengar teriakan seseorang.

Ravel mendobrak pintu di bantu Alkar 6 kali dobrakan baru terbuka, ada Chelsea, Charly, dan Desi.

Atlas menyeringai lalu menembakan pelurunya dengan cepat kepada tiga orang itu.

Mereka langsung masuk dan membuka ikatan pada tubuh Aluna, Ravel memeluk tubuh lemah itu mengecup dahinya lama lalu menggendong Aluna membawanya keluar.

Atlas dan Ravel melewati jalan rahasia yang ada di rumah tersebut, dia membopong Aluna sedangkan Atlas berwaspada.

Mereka sampai di depan gedung tua itu, Ravel dibantu dokter yang sudah di ada di mobil langsung membantu Aluna, dia menatap kebelakang ternyata ayahnya sedang berkelahi dengan beberapa orang.

Ravel mendekat hendak membantu

DOR...

DOR...

Tubuhnya terasa kaku, dan lemas, telinganya berdengung, wajahnya pucat.  Didepan mata kepalanya sendiri Ravel melihat dengan jelas orang-orang itu menembak ayahnya. Orang itu menembak Atlas.

•••

HALLOW!

AKU DOUBLE UP!  Satunya chapter 41

GIMANA CHAPTER NYA?

SAD ENDING YA?

BABAY!

SEE U NEXT CHPTR!

#MENOLAKKERASHAPPYEND😗🥀

ALAMAT RUMAH : KOMPLEK HATI MANTAN
Jalan kenangan, blok masa lalu, nomor pacar 14.

Ditunggu kedatangannya 😭

Continue Reading

You'll Also Like

574K 26.8K 72
𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊 𝒌𝒆 𝒎𝒂𝒔𝒂𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒓𝒖~ ~~~~ (Mohon maaf cerita masih acak-acakan.) Karena masala...
766K 37.6K 53
Dia Alkana Lucian Faresta dan pusat kehidupannya Liona Athena. Alkana adalah tipikal lelaki dingin, angkuh dan misterius, juga tidak suka di bantah...
189K 11.8K 54
Alleta Nadeleine, gadis cantik yang harus pindah sekolah karena mengikuti papanya yang bekerja. Namun, siapa sangka di sekolah barunya ini membawanya...
105K 7.6K 42
[cover by : Diitsme] "Hai gue Gema Langit. Hobi gue? Bucin sama Gresea, manah hati Gresea. Intinya hobi gue mencintai Gresea sepenuhnya. Cuma itu...