ATARONA [SUDAH TERBIT]

By exsuntry

421K 88.6K 67K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Atlas Harvino Kusuma, cowok ganteng dengan kisah cinta bertepuk sebelah tangan... More

PROLOG
1| DUNIA PERKULIAHAN
2| CEWEK BARBAR
3| IKAN CUPANG DAN BAWANG MERAH
4| RASA KHAWATIR
5| ARONA YANG KESAL
6| OMONG KOSONG DAN RASA KECEWA
7| ASING
8| ANGELIQUE
9| JADI BAHAN GOSIP
10| TUGAS KULIAH
11| BIMBANG
12| NASI GORENG BUAT ATLAS
13| SOAL BUCIN
14| ARONA BAPER?
15| JADIAN
17| CAMPUR ADUK
18| MABAR
19| PENOLAKAN
20| KUPU-KUPU
21| MEMBERI JARAK
22| TEMBOK PEMISAH
23| PDKT
24| HARAPAN PALSU?
25| ALORA MENJELASKAN
26| OFFICIAL
27|HOODIE, HATI DAN NAMA BELAKANG
28| BIOSKOP
29| ATLAS CEMBURU
30| SAHABAT SELAMANYA
31| GO PUBLIC
32| H-1
33| SUPPORT SYSTEM
34| BABA BUCIN
35| KELUARGA GEMOY
36| YANG TERSEMBUNYI
37| MAKAN MALAM
38| PERTENGKARAN
39| KABAR MENGEJUTKAN
40| MOOD BOOSTER
41| TEMAN LAMA
42| SEBUAH TAWARAN
43| TEMPAT BERBAGI CERITA
44| PICK ME GIRL
45| CANTIK
46| SANG ANTAGONIS
47| BUKAN ARONA
48| CUMA ARONA
49| TAKUT KEHILANGAN
50| KECEWA
51| EGOIS
52| TIDAK PENTING?
53| MULAI TIDAK PEDULI
54| SELALU KALAH
55| RAHASIA
56| ARONA UNTUK ATLAS
57| INGIN SELAMANYA
58| OBSESI
59| HANCUR
60| HALAMAN TERAKHIR [ENDING]
EPILOG
EXTRA PART: MASIH YANG TERINDAH
What If: Daylight
INFO PENTING
VOTE COVER
OPEN PRE-ORDER

16| PERASAAN ATLAS

7.2K 1.7K 827
By exsuntry

Maap yah updatenya agak telat. Puma lagi sibuk banget soalnya.

Huhu semoga suka part ini.

720 vote+750 komen buat next part.

Happy Reading!

16| PERASAAN ATLAS

Atlas melangkah masuk ke dalam rumah dengan tangannya yang memutar kunci mobil pada jari telunjuknya. Cowok itu bersiul— tampak dalam mood yang bagus hari ini.

Langkahnya yang hendak menaiki tangga terhenti saat melihat Bik Ani yang berjalan masuk dari halaman belakang rumah.

"Aden udah pulang?" tanya Bik Ani ketika melihat Atlas di ujung tangga.

"Iya Bik, baru aja," ujar Atlas.

Bik Ani mengangguk. "Mau makan apa den? biar bibi masakin," ujar wanita paruh baya itu.

"Apa aja bik. Aku ke kamar dulu buat mandi, setelah itu baru turun buat makan," ujar Atlas yang mendapat anggukan dari Bik Ani.

Atlas melanjutkan langkah menuju kamarnya. Cowok itu masuk dan mengunci pintu kamar lalu melemparkan tasnya ke sembarang arah lalu berjalan munuju ranjang.

Dia duduk disana beberapa saat sebelum tidur terlentang menatap langit-langit kamarnya. Napas Atlas berhembus dengan pelan.

Pertanyaan Arsena seminggu yang lalu terlintas dalam benaknya. Tentang dia yang menyukai Arona.

Atlas adalah tipe orang yang peka terhadap perasaannya sendiri. Dia menyadari keanehan pada hatinya ketika menyangkut Arona. Entah sejak kapan semua itu dimulai tapi Atlas merasa awalnya dia tertarik dengan Arona.

Gadis itu aneh namun menarik. Atlas juga tidak mau munafik kalau Arona memang cantik. Sangat cantik malah.

Sebenarnya untuk bagian ini Atlas malas mengakui tapi Arsena juga memiliki wajah yang menarik. Kedua kakak beradik itu sepertinya memang memiliki visual luar biasa. Gen keluarga Dirgantara seperti benar-benar unggul.

Hanya saja mereka berdua sama-sama memiliki tingkah menyebalkan.

Oke. Kembali tentang perasaan Atlas, setelah beberapa hari ini dia memastikan perasaannya agar dia tidak salah nantinya, Atlas menyimpulkan kalau dia memang menyukai Arona.

Huh.

Dia sendiri juga tidak menyangka bahwa dirinya bisa menyukai Arona.

Namun disisi lain Atlas sedikit terusik dengan kenyataan kalau Arona sendiri menyukai Galateo. Kisah cinta pada masa SMA nya tidak berjalan mulus. Dia tidak mau hal itu kembali terulang.

Atlas merubah posisi tidurnya menjadi duduk. Mengacak rambutnya kasar dengan hembusan nafas keras. "Kenapa sih gue selalu suka sama orang yang hatinya udan buat orang lain? ribet," ujarnya dengan wajah setengah kesal.

Akhirnya cowok itu memilih bangkit dari duduknya dan berjalan memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan setelah itu turun ke bawah untuk makan.

🌏

"Aku balik yah Na." Galateo kini berdiri di depan pintu rumah Arona dengan gadis itu yang tengah menatapnya.

Tadi Galateo mengantar Arona pulang sekalian mampir.

Arona mengangguk. "Hati-hati di jalan. Jangan ngebut," pesan Arona dengan senyum yang membingkai wajahnya.

Galateo merespon dengan senyum lembut kemudian berbalik pergi namun langkahnya terhenti dihitungan kedua. Cowok itu berbalik menatap Arona.

"Na..." panggilnya. Alis Arona terangkat seolah menunggu kelanjutan ucapan Galateo namun cowok itu tidak kunjung melanjutkan kalimatnya.

Galateo menggeleng. Dia mengurungkan niatnya untuk memberitahu Arona bahwa dirinya telah jadian dengan Angel dari seminggu yang lalu.

Cowok itu mengingat janjinya untuk merahasiakan hal ini dari siapapun.

"Aku balik," ujarnya sekali lagi lalu melangkah pergi hingga memasuki mobil dan pergi dari rumah Arona.

Arona masih berdiri di ambang pintu dengan wajah bingung sebelum kemudian mengedikan bahunya lalu masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.

"Arona lo mau ikut gak?" tanya Arsena yang baru muncul dari dapur dengan camilan yang Arona sangat kenali dilihat dari bungkusannya.

"Heh! punya gue itu!" seru gadis itu yang langsung melangkah menghampiri Arsena dengan wajah tidak terima.

Tanpa basa-basi Arona langsung merebut bungkusan camilan itu dari tangan Arsena.

"Heh pelit banget!" ujar Arsena dengan pelototannya.

Arona sendiri memasang wajah tidak peduli. "Ikut kemana maksud lo, bang?" tanya Arona.

"Oh itu. Ke rumahnya Luna," ujar Arsena.

Kening Arona berkerut. "Ngapain?"

"Barbeque-an,"

"Widihhhh ikut lah!" ujar Arona bersemangat.

"Oke deh. Nantu malam jam 7 kita kesana. Jemput Jeje juga," ujar Arsena.

Arona mengangguk. "Oke deh,"

Mata Arsena kembali melirik bungkusan camilan yang ada pada Arona dengan sebuah ide yang muncul dikepalanya. Cowok itu berdehem lalu menatap Arona. "Yaudah camilannya buat gue." Arona baru saja akan membuka mulut untuk menolak namun Arsena kembali berujar. "Kalau gak ngasih, lo gak usah ikut," ujar Arsena mengancam.

"Dih apa banget! Yaudah ini!" ujar Arona kesal sambil memberikan camilan itu kembali pada Arsena.

Memilih mengalah daripada dia tidak ikut.

Arona melirik Arsena sinis lalu melangkah pergi menaiki tangga menuju kamarnya.

🌏

Mobil Atlas melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Luna. Tadi sore Gerhana mengajak mereka untuk ikut barbeque-an di rumah Luna.

Ini pertama kalinya Atlas akan menginjakan kaki di rumah Luna setelah mereka lulus dari SMA.

Tidak ada hal yang menganggu dirinya mengingat Atlas sudah benar-benar melupakan Luna beserta perasaannya untuk gadis itu.

Atlas menurunkan kecepatan rumah Luna sudah mulai terlihat. Cowok itu memakirkan mobilnya di luar gerbang sebelum kemudian turun dari mobil.

Kebetulan disaat yang sama Gerhana keluar membuang sampah pada tempat sampah yang berada di depan rumah.

"Oi!" panggil Atlas sembari melangkag mendekati Gerhana yang kini sudah menoleh padanya.

"Oit!" balas Gerhana. Keduanya melakukan tos ala cowok.

"Dateng sendiri lo?" tanya Gerhana basa-basi padahal tanpa ditanya pun sudah bisa tahu kalau Atlas datang sendirian.

Atlas berhenti melangkah, membuat Gerhana juga sontak melakukan hal yang sama.

Dengan wajah serius, Atlas berkata. "Lo gak liat cewek cantik disebelah gue? rambutnya panjang,"

Gerhana sontak melotot. "Goblog bangsat!" ujarnya kesal.

Atlas mendengus. "Ya lagian udah tau gue dateng sendiri. Masih nanya lo," kesal cowok itu.

Gerhana tersenyum miring. "Sengaja. Mau ngehina. Lo kan jomlo," ejek cowok itu.

Atlas mendorong Gerhana kasar. "Binatang!" kesalnya.

Gerhana tertawa sebelum kemudian merangkul Atlas. "Sabar bro. Orang yang tepat bakal datang pada waktunya," ujar Gerhana bijak.

Atlas memutar bola matanya. "Terserah lo deh,"

"Ngambekan lo bangsat," ujar Gerhana.

Jika Atlas, Gerhana dan Arsena sudah berkumpul, jangan harap kalimat yang keluar dari mulut mereka adalah hal-hal sopan. Mereka bertiga lebih sering berkata kasar satu sama lain. Tapi hal itu tidak membuat mereka tersinggung, justru serunya disitu.

Akhirnya kedua cowok itu melangkah memasuki rumah— tepatnya menuju halaman belakang.

"Wih ada globe!" sapaan Angkasa menyambut kedatangan Atlas dan Gerhana. Sebutan globe yang digunakan oleh Angkasa membuat Gerhana tertawa ngakak.

"Canda yah Atlas," ujar Angkasa pada akhirnya.

"Santai bang," sahut Atlas.

"Udah lama gak ketemu. Gimana kabar lo? " ujar Angkasa lagi sambil melakukan tos ala cowok.

"Baik bang,"

"Gerhana bantuin bukain ngiris paprika sini!" teriakan Luna yang memanggil Gerhana membuat tiga cowok itu menoleh pada Luna.

Gerhana sendiri langsung menghampiri tunangannya itu.

Kepergian Gerhana membuat Angkasa mendekat pada Atlas lalu berbisik. "Udah move on dari adek gue kan bro?"

Pertanyaan Angkasa semata-mata hanya untuk memastikan agar tidak ada kecanggungan diantara mereka.

"Udahlah bang," ujar Atlas dengan kekehannya. Angkasa manggut-manggut sambil mengangkat jempol.

"Angkasa," panggilan itu membuat Angkasa segera menoleh lalu dengan cepat menghampiri Nata yang baru saja datang sambil memegang beberapa kantung plastik. Cowok itu segera mengambil alih plastik-plastik itu dari kekasihnya.

Sosok Lucy yang muncul membuat Atlas menegur dengan sopan. "Malem tante," ujar Atlas.

"Eh Atlas. Udah lama gak ketemu. Kabarnya gimana?"

"Baik tante,"

"Udah lama gak main kesini soalnya," ujar Lucy lagi.

Bagiamana mau main-main dirumah kalau saat itu Atlas sendiri belum move on. Yang ada dia gagal move on kalau terus-terusan main kesini.

Ucapan Lucy hanya ditanggapi dengan senyum oleh Atlas.

Setelahnya Lucy pergi, membantu Nata.

"Annyeonghaseyo yorobun!" sapaan penuh semangat itu datang dari Arsena yang berjalan memasuki halaman belakang sambil melambai-lambaikan tangannya.

Di belakang cowok itu ada Jeje dan Arona yang terlihat kesal.

Kehebohannya membuat orang-orang disitu hanya menggeleng kepala. Sudah maklum dengan tingkah ajaib Arsena Dirgantara.

"Malem tante. Makin cantik aja," sapa Arsena dengan pujian dan kedipan matanya pada Lucy.

"Heh! Pake acara godain mak gue lagi," protes Angkasa.

Arsena sendiri cengengesan sedangkan Lucy hanya tersenyum sambil geleng-geleng.

"Ada yang bisa dibanting?" tanya Arsena yang sudah menghampiri Gerhana dan Luna setelah sebelumnya mencolek dagu Atlas dan membuat cowok itu menggeram penuh emosi.

"Lo yang gue banting," ujar Luna.

"Weits kalem neng. Contohi gue,"

"Lo? kalem? dunia kiamat!" timpal Gerhana.

Arsena ketawa. "Kompak banget lo berdua nistain gue,"

Arona menatap kakanya dengan wajah menahan emosi. Malu dengan tingkah Arsena.

"Ya Tuhan, pengen gue gadai di pegadaian," ujar Arona.

"Lo ikut juga yeh cil," celetuk Atlas pada Arona.

"Diajak soalnya," jawab gadis itu.

Perbincangan keduanya terhenti karena Lucy memanggil mereka semua untuk memulai acara barbeque-an mereka.

Angkasa dan Gerhana sibuk membakar daging sedangkan Arsena sendiri sibuk ngerumpi bersama mamanya Luna. Entah membahas apa tapi perbincangan antara dua generasi berbeda itu terlihat seru dan nyambung.

Entah Lucy yang masih memiliki jiwa muda atau Arsena yang cocok bergaul dengan ibu-ibu.

Luna bersama Jeje dan Nata juga memiliki topik pembicaraan mereka. Arona memilih tidak nimbrung karena merasa tidak akan paham dengan topik mereka. Jadi daripada dia planga-plongo, mendingan Arona makan.

Atlas mengambil daging yang sudah matang lalu menghampiri Arona

"Ajaib banget kakak lo, bisa nyambung ngobrol sama emak-emak," celetuk Atlas yang sudah berdiri disamping Arona.

Gadis itu menoleh dengan sosis yang sementara dia gigit.

Setelah selesai mengunyah dan menelan sosis. Arona baru bersuara. "Rada sinting sih," celetuknya.

Arona kembali makan, mengabaikan keberadaan Atlas disampingnya.

"Mmmm enak banget!" seru Arona tertahan setelah potongan daging masuk ke dalam mulutnya. Arona bahkan sampai menutup matanya dengan wajah senang.

Atlas hanya diam memperhatikan. Setiap tingkah Arona kenapa terasa menarik yah?

Ekspresinya yang berubah-ubah juga terlihat lucu.

Meresahkan sekali.

Atlas memilih membuang tatapannya ke arah lain. Bisa gila jika dia terus menatap Arona.

Namun sepertinya Atlas tidak bisa menjauhkan wajah Arona dari jangkauan matanya, bukti kepala cowok itu kembali menoleh menatap Arona dari samping.

"Lo gak makan ba? sini buat gue aja," ujar Arona dengan tangan yang hendak menggapai piring berisi daging yang dipegang oleh Atlas namun cowok itu dengan cepat menaikkan lengannya sehingga Arona gagal mendapatkan apa yang dia mau.

Gadis itu cemberut. "Baba pelit!" ujarnya.

"Dih, lo aja yang rakus. Udah makan segitu banyak tapi masih mau punya gue," celetuk Atlas.

"Ya daripada lo anggurin ba? mending gue yang makan," seru Arona membela diri.

"Enggak!" ujar cowok itu.

"Baba ih! bagi!"

"Gak!"

"Woi aelah ngapain rebutan sih? ini dagingnya masih banyak," celetuk Angkasa dari jauh.

Arona menoleh pada Angkasa lalu pada Atlas lagi sebelum mengambil langkah menuju Angkasa untuk mengambil daging tapi kupluk hoodienya malah ditarik oleh Atlas.

"Nih, makan punya gue," ujar Atlas pada akhirnya. Arona mendengus.

"Gak usah,"

Atlas tersenyum geli. "Sok ngambekan," cibir cowok itu.

"Yakin gak mau? yaudah ka..."

Kalimat Atlas terhenti kala Arona mengambil alih piring berisi daging dari tangan Atlas lalu kembali makan.

"Berantem mulu kek orang pacaran," seru Arsena.

Arona melotot dengan mulut yang penuh dengan daging. Ingin membalas ucapan Arsena tapi tidak bisa jadi gadis itu memilih mengunyah daging dengan kasar— penuh emosi.

"Pelan-pelan nanti kesedek," peringat Atlas.

Arona sudah menelan daging dalam mulutnya ketika mata Atlas menangkap noda disudut bibir Arona. Tangan cowok itu refleks terulur membersihlan sudut bibir Arona.

"Makan belepotan kek anak kecil. Emang dasar bocil," ujar cowok itu dengan nada santai.

Sayangnya perlakuan cowok itu tidak menimbulkan reaksi santai bagi jantung Arona.

Gadis itu terpaku dengan mata menatap wajah Atlas dan pikirannya yang berkecamuk.

Baba! Gue mau meninggal ini. Jerit Arona dalam hati.

Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan mata mengerjap. Begitu juga dengan Atlas yang tiba-tiba merasa canggung dengan apa yang baru saja dia lakukan.

Cowok itu berdehem pelan.

TING!

TING!

Notifikasi dari ponselnya membuat Atlas segera membuka pesan disana.

THREESOME

Arsena Dirgantara
|Masih gue liatin

Gerhana Atmadjaya
|Ada yg tumbuh tapi bukan rumput

Arsena Dirgantara
|Apa tuch?

Gerhana Atmadjaya
|Perasaan Atlas ke Arona

Arsena Dirgantara
|HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA

Atlas mendongak, menatap satu persatu Arsena dan Gerhana yang tengah cekikikan ditempat lalu menunduk dan mengetik balasan.

THREESOME

Atlas Kusuma
Anjing!

bersambung...

YIPIII penumpang kapal ATARONA pasti seneng kan baca part ini? si baba udah mastiin perasaannya tuh.

Mari pantau yah bunda-bunda sekalian.

Big Hug, Suk

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 193K 49
SUDAH DITERBITKAN DAN TERSEDIA DI TOKO BUKU SELURUH INDONESIA [Sequel The Most Wanted] Arsen Raffa Aditama, famous? Tidak usah ditanya lagi. Setiap...
3.2K 1.5K 72
⚠️KATA-KATA KASAR DAN KEROMANTISAN YANG BUKAN MAHRAM DI SINI TIDAK UNTUK DITIRU! Ada satu insiden yang membuat Rea, si anak baru yang kelakuannya lum...
12.2K 1.6K 19
Apa jadinya jika dua orang yang saling membenci harus terpaksa menikah karena insiden pembunuhan misterius yang terjadi disekitar mereka? Gerlan amat...
27.7K 7.6K 84
Ketika tuhan mempertemukan dua manusia dengan karakter yang berbeda, Alula yang penuh luka yang di sembunyikannya, Dan Gara yang datang membawa cinta...