Playful Couple

By kanurega

18.5K 1.6K 36

"Aku rasa, aku sudah jatuh cinta dengan orang yang keras kepala." "Aku tegas!" "Hanya orang yang keras kepala... More

Playful Couple 01
Playful Couple 02
Playful Couple 03
Playful Couple 04
Playful Couple 05
Playful Couple 07
Playful Couple 08
Playful Couple 09
Playful Couple 10
Playful Couple 11
Playful Couple 12
Playful Couple 13
Playful Couple 14
Playful Couple 15
Playful Couple 16
Playful Couple 17
Playful Couple 18
Playful Couple 19
Playful Couple END

Playful Couple 06

824 97 2
By kanurega

CALVIN

"Aku sudah lindungin kamu. Aku sudah jadi pangeran berkuda putih buat kamu, Vin," kata Rendra lirih.

"TOLONG, SIAPAPUN TOLONG!!!" Aku berteriak sekuat tenaga berharap ada yang akan menolong Rendra.

Rendra sudah terbaring di tanganku. Darahnya tidak mau berhenti.

"TOLONG!!!"

Sial! Tidak ada orang di sini. Aku harus segera membawa Rendra ke rumah sakit. Mobil, ya mobil Rendra di sini.

Aku membopong Rendra dan menidurkanya di kursi belakang. Aku tidak mempedulikan sekitarku. Aku ingin secepatnya tiba di rumah sakit.

"Dra, kamu harus selamat, Dra."

...

"Sial ... Sial ... Sial!!!"

Aku tidak bisa melindungi Rendra. Ini semua salahku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa menangis disini, duduk di depan UGD dengan darah yang masih hangat di tanganku.

"Rendra bodoh!"

Kenapa dia melindungiku seperti ini. Apa dia tidak pernah berpikir tentang keselamatanya. Jika terjadi sesuatu dengannya aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.

"Vin!!!" Erika berlari ke arahku, "Rendra kenapa, Vin? Kenapa dengan darah ini, ini darah siapa?"

"Rendra, Ka." Dadaku terasa sesak. Air mata ini masih saja tidak mau berhenti. Aku masih terisak.

"Tenang, Vin. Pelan-pelan."

"Gara-gara gue Rendra terluka, Ka. Gue gak bakal bisa maafin diri gue, Ka."

"Semua akan baik-baik aja, Vin. Pasti baik-baik aja, kok. Gue tau Rendra itu kuat."

Erika dan aku menunggu di luar UGD sampai salah seorang dokter yang menangani Rendra keluar.

"Gimana keadaan temen saya, dok?" tanya Erika.

Aku tidak bisa menanyakan apapun, aku terlalu takut dengan kabar yang akan aku terima.

"Teman kalian baik-baik saja, luka tusuknya tidak dalam dan tidak mengenai bagian vital. Sebentar lagi juga dia sadar."

"Syukurlah ... Syukurlah ... Syukurlah," kakiku melemas. Aku bersandar di kursi, tanpa sadar aku kembali meneteskan air mata.

"Rendra bakal sembuh, Vin." Erika menenangkanku.

Perawat dan dokter itu memindahkan Rendra ke ruang perawatan, sedang Erika mengurus administrasi rumah sakit. Lalu apa yang aku lakukan? Aku tidak punya muka untuk melihat wajah Rendra jika dia sadar nanti.

"Gak masuk ke dalam, Vin?" tanya Erika.

"Gue gak siap, Ka. Gue di luar aja. Lebih baik lu masuk ke dalem, tolong jagain Rendra."

...

Day 3 (2)

"Dra."

Aku masih tidak bisa menggerakan tubuhku. Pandanganku kabur. Aku hanya melihat lampu-lampu berjalan di atasku, menyilaukan. Aku merasa kesadaranku semakin menghilang. Aku masih merasa ada yang memanggil namaku.

...

10.40 pm.

"Aaarrrggh ... Sakit!"

"Jangan bergerak dulu, Dra." Erika merebahkanku kembali, "Dokter ... dokter ...!"

Aku memandang sekelilingku, ruangan putih dengan aroma obat yang sedikit membuatku mual. Aku terbaring di atas kasur kecil. Baju yang kukenakan juga berbeda, ada balutan perban di area perutku, juga ada rasa panas dan sakit di area perutku. 

"Erika, gue di mana?"

"Rumah sakit, Dra." 

"Calvin mana?" 

Ada seorang pria berusaian sekirat awal 40-an mengenakan jas putih khas dokter. Dokter itu memeriksaku dengan stetoskopnya, dia juga mengeluarkan senter kecil yang mengarahkanya ke mataku.

"Sus, coba cek tensinya," kata dokter tersebut.

"Gimana, Dok, teman saya?" Erika menanyakan keadaanku kepada dokter itu.

"Tenang, dek. Dia baik-baik saja. Asal dia menjaga kondisinya, 2-3 hari ini sudah boleh pulang."

Setelah dokter itu keluar dari kamar ini, aku melihat ada kelegaan dari wajah Erika. Jujur aku juga lega mendengarnya.

"Untung lu ya, lu gak di tusuk di bagian vital, Dra."

"Alat vital?" Aku tertawa, tapi aku malah merasakan sakit di area perutku.

"Jangan bercanda ah, sakit jadinya kan."

"Calvin mana, Ka?"

"Dari tadi dia nunggu di luar."

"Kok, dia gak masuk?"

Erika mengangkat bahunya.

"Vin, kalo kamu gak mau masuk, aku yang keluar, aku tau kamu denger aku. Aaaaargghhh!!!" Aku merasa bekas tusukan itu semakin sakit ketika aku berteriak.

Aku melihat Calvin membuka pintu ruangan ini, bajunya masih ada bekas darah. Aku tau itu darahku. Wajahnya tertunduk, matanya merah seperti habis menangis.

"Gue tinggalin lu berdua, Dra."

Erika meninggalkan kami berdua di ruangan yang penuh bau obat ini.

"Apa kamu gak mau menyapa pangeranmu ini, Vin?"

Aku mencoba untuk duduk. Calvin dengan cepat mendekatiku dan menaikkan kasur rumah sakit ini dan meletakan bantal di punggungku.

"Vin ..."

Calvin menggigit bibir bawahnya, dia sedang menahan agar tidak menangis. Aku bisa melihatnya. Matanya semakin memerah dan berair.

"Aku gak apa-apa, Vin. Coba liat, udah sehat kan? Kata dokter 2-3 hari ini udah bisa---"

"Maaf." Calvin memotong omonganku, matanya semakin berair, wajah putihnya semakin memerah, dia sedang menangis. Walaupun dia menundukan wajahnya tapi aku bisa melihat air matanya yang jatuh.

"Hey, aku kan udah janji akan lindungin kamu?"

"Aku ... aku ..." Calvin semakin terisak, "Maafin aku Dra, gara-gara aku."

Kamar ini semakin dingin . Aku memandang ke arah langit-langit dan mengambil napas panjang.

"Sekali lagi kamu minta maaf, aku gak akan maafin kamu. Sekarang senyum buat aku. Aku juga gak mau lihat kamu yang jauh lebih kuat dari aku nangis. Dalam 7 hari ini, Calvin Rama Aditya adalah pacar Rendra Lazwindi. Jadi gak ada alasan aku biarin kamu mengatasi masalah kamu sendiri."

"Dra ..."

"Aku mau peluk kamu, Vin. Tapi perutku masih sakit. Kamu hutang satu pelukan buatku."

"Apa sesakit itu, Dra?" Calvin menyentuh perutku.

"Awww!!!" Sebenarnya tidak begitu sakit ketika Calvin menyentuhnya, tapi tidak apa aku sedikit memberikan reaksi yang berlebihan.

"Maaf, maaf."

Calvin, sudah tidak menangis lagi. Dia mengusap bekas tangisan di matanya dengan lengan bajunya.

"Udah baikan kalian?" Erika masuk ke kamar lagi, sepertinya dia mendengar apa yang kami bicarakan.

"Lu nguping, Ka?"

"Aduh ... Gak urusan gue ya sama rumah tangga lu berdua."

"Ya udah lu akhirin aja hari ke-3 lu Dra, Vin. Lagian udah malam, Rendra perlu istirahat. Lu juga, Vin. Lu mesti ganti baju lu, ntar gue anter balik."

"Preman itu gimana, Vin?"

"Udah ditangkep sama polisi," kata Erika.

"Calvin udah aman, Dra. Udah tidur sana, sebelum gue bius elu."

Aku menghabiskan malam ini sendiri di rumah sakit dengan perasaan yang lebih tenang dan merasa bangga karena aku bisa melindungi Calvin. Aku telah berjanji untuk melindungi Calvin dan aku akan menepatinya.

....

Continue Reading

You'll Also Like

3.6K 622 8
T.A.M.A.T "How can i not love you What do I tell my heart When do I not want you Here in my arms.." Penggalan syair lagu diatas awali kisah sederhana...
2.9K 457 10
Insan remaja yang menghabiskan masa sekolahnya dengan warna yang berbeda. Dari rasa takut yang melanda, ragu yang menerka, takdir yang selalu menyatu...
725K 46.3K 32
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
16.6K 651 19
Alex adalah remaja laki-laki yang sangat nakal, tampan, pintar dan kaya . Suatu hari , Alex bertemu dengan seorang remaja laki-laki bernama Riel yan...