HAIDARHEAβœ”

By LavenderWriters

7.2K 1.2K 3.8K

πŸ’œ LavenderWriters Project Season 08 ||Kelompok 03|| #Tema; Ghosting Ketua : Silvi Wakil : Fani & Devi 🎬🎬🎬... More

1. HR : TRUTH OR DARE πŸ₯€
3. HR : HAIDAR YANUAR PRATAMA πŸ₯€
4. HR : RUMAH HAIDAR πŸ₯€
5. HR : MENCOBA πŸ₯€
6. HR : MENGENAL HAIDAR πŸ₯€
7. HR : MERASA ANEH πŸ₯€
8. HR : BOLOS πŸ₯€
9. HR : TEKA-TEKI KEHIDUPAN RHEAπŸ₯€
10. HR : KESEMPATAN πŸ₯€
11. HR : RENCANA BELAJAR BERSAMA πŸ₯€
12. HR : GAGAL BERDUAAN πŸ₯€
13. HR : DIKEJAR ANJING πŸ₯€
14. HR : KEMBALI DISALAHKAN πŸ₯€
15. HR : MISTERI KOTAK P3K πŸ₯€
16. HR : PERJANJIAN πŸ₯€
17. HR : TRAGEDI BERDARAH πŸ₯€
18. HR : HAIDAR? πŸ₯€
19. HR : ISI HATI RHEA πŸ₯€
20. HR : MANTAN πŸ₯€
21. HR : PERIHAL RINDU πŸ₯€
22. HR : SELAMAT ULANG TAHUN, RHEA πŸ₯€
23. HR : KEBAHAGIAAN YANG TAK TERDUGA πŸ₯€
24. HR : LAGI πŸ₯€
25. HR : PERGI πŸ₯€
26. HR : BERMALAM DI RUMAH HAIDAR πŸ₯€
27. HR : JATUH SAKIT πŸ₯€
28. HR : BOSAN πŸ₯€
29. HR : AURORA & ZIDAN πŸ₯€
30. HR : SWEET NIGHT πŸ₯€
31. HR : PULANG πŸ₯€
32. HR : DIKURUNG πŸ₯€
33. HR : PERJODOHAN πŸ₯€
34. HR : HAIDAR DAN HANIN πŸ₯€
35. HR : ACUH πŸ₯€
36. HR : DUA LUKA πŸ₯€
37. HR : MUNDUR πŸ₯€
38. HR : MENJAUH πŸ₯€
39. HR : SEDIKIT LAGI πŸ₯€
40. HR : CEMBURUNYA HAIDAR πŸ₯€
41. HR : SAUDARA PEREMPUAN ZIDAN πŸ₯€
42. HR : HANIN πŸ₯€
43. HR : MENJEMPUT KEMBARAN ZIDAN πŸ₯€
44. HR : BAD NIGHT πŸ₯€
45. HR : TAK LAGI SAMA πŸ₯€
46. HR : PERTUNANGAN πŸ₯€
47. HR : POSITIF πŸ₯€
48. HR : TERTUDUH πŸ₯€
49. HR : DI BAWAH RINAI HUJAN πŸ₯€
50. HR : DIUSIR πŸ₯€
51. HR : PINGSAN πŸ₯€
52. HR : PENGAKUAN πŸ₯€
53. HR : KEBAHAGIAAN SEMENTARA πŸ₯€
54. HR : MENGHILANG πŸ₯€
55. HR : LAKI-LAKI BERPAYUNG πŸ₯€
56. HR : DIANTAR PULANG REZA πŸ₯€
57. HR : SECERCAH HARAPAN πŸ₯€
58. HR : SELAMAT JALAN, HAIDAR πŸ₯€

2. HR : MISI DIMULAI πŸ₯€

191 29 75
By LavenderWriters

| WELCOME TO LAVENDERWRITERS SEASON 08 |

| HAIDARHEA © KELOMPOK 03 |

| CREATED BY : Awliyaslv_ |

| SENIN, 26 JULI 2021 |

H A P P Y  R E A D I N G

✨✨✨

“Apapun alasannya, tindakan kekerasan tetap tidak bisa dibenarkan.”

1. MISI DIMULAI.

Keesokan harinya, Rhea pergi ke sekolah dengan wajah yang berbeda. Sudut bibir dan pelipisnya tampak lebam, seperti habis dipukul. Entah darimana Rhea mendapatkan lukanya.

Tepat saat kaki Rhea melangkah memasuki kelas, gadis itu langsung disambut oleh kehebohan Aurora yang melihat luka di wajahnya.

“Astaga, Rhea!” pekik Aurora yang tanpa aba-aba menarik Rhea untuk duduk di kursi.

“Apaan sih lo. Teriak-teriak. Pengang nih kuping gue,” omel Rhea.

“Bodo amat. Yang gue mau tahu, kenapa muka lo bisa biru-biru kayak gini?”

Rhea sontak menghela napasnya. “Biasalah,” jawabnya.

“Lo dipukul lagi?” Kali ini Aurora sedikit memelankan suaranya. Sebab, topik pembicaraan keduanya sangat sensitif.

Rhea hanya mengangguk.

“Sumpah, ya. Gue bener-bener gak ngerti lagi sama bokap lo. Suka banget main tangan. Gak bisa apa diomongin baik-baik? Lagian apa sih masalahnya?” ucap Aurora menggebu-gebu.

“Ketahuan abis berenang.”

FLASHBACK ON.

“Dari mana saja kamu?” Rhea mengenali suara bariton itu. Pelan-pelan, Rhea membalikkan badannya. Benar saja, di bawah sana, Hardi—papanya sudah menatap datar dirinya.

“Papa. Tumben udah pulang,” sahut Rhea mengalihkan pembicaraan.

“Jadi begini kelakuan kamu? Pulang sekolah bukannya langsung ke rumah, malah kelayapan. Iya?” Hardi tak menghiraukan ucapan Rhea barusan.

“M-maaf, Pa. Tapi Rhea gak pergi kemana-mana, kok. Barusan Rhea dari sekolah.”

“Ngapain kamu di sekolah sampai jam segini?”

Rhea meneguk ludahnya susah payah. Gawat. Harus memberikan jawaban apa ia sekarang? Jujur atau bohong?

“Rhea—”

“Rambut kamu kenapa basah?”

Oh, shit.

Hardi menyadari kondisi rambut Rhea yang terbasahi oleh air.

GREP!

“Kamu berenang?” Hardi tiba-tiba menarik rambut Rhea dengan kuat, membuat sang empunya memekik kesakitan.

“ARGH! Sakit, Pa.”

“Sudah berapa kali saya bilang sama kamu? Tidak usah berenang!” Hardi menyentak kasar tubuh Rhea, hingga pelipisnya menghantuk pegangan tangga.

“PAPA!” teriak seorang gadis dari lantai atas.

Dia adalah Hanin—adik tiri Rhea. Gadis berhijab itu berlari menuruni tangga dan berniat membantu Rhea. Akan tetapi, langsung ditepis oleh empunya.

“Gak usah sok baik, lo!” ucap Rhea kasar.

Hanin hanya menghela napasnya pasrah. Tidak. Hanin tidak marah sama sekali. Ia paham dengan keadaan Rhea.

“Pa. Papa kenapa sih pukul Kak Rhea?” tanya Hanin beralih pada Hardi.

“Kamu diam saja, Hanin. Ini urusan Papa dengan anak gak tahu diri itu.” Hardi kembali menarik rambut Rhea kuat.

“Untuk yang terakhir kalinya, saya peringat kamu. Jangan pernah berenang lagi! Kalau sampai saya tahu kamu masih melakukan kegiatan itu, kamu akan mendapatkan hal yang lebih dari ini,” ancamnya.

Hardi menghempas tubuh Rhea. Beruntung kali ini Rhea bisa menyeimbangkan tubuhnya.

Setelah itu, Rhea menatap berani papanya. “Maaf, Pa. Kalau soal itu, Rhea gak bisa. Rhea suka berenang. Dan sampai kapan pun, Rhea akan tetap berenang,” ucapnya lugas.

PLAK!

Sudut bibir Rhea kali ini menjadi korban kekerasan Hardi.

“Gak usah ngelawan bisa, gak?” bentaknya.

“Maafin, Rhea, Pa. Rhea tetep gak bisa.” Dengan air mata yang mengalir deras di pipinya, Rhea berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Ia tak peduli jika Hardi bertambah marah. Ia tidak kuat jika harus menerima kekerasan lagi.

Tubuhnya sudah cukup lelah hari ini.

FLASHBACK OFF.

“Gila, cuma gara-gara berenang aja lo sampe dipukul? Punya masalah apa sih bokap lo, Rhe? Segitunya banget. Sama anak sendiri juga.”

“Gue gapapa, Ra. Lagian, emang gue yang salah,” sahut Rhea mencoba meredakan amarah Aurora.

“Gapapa lo bilang? Wajah lo sampe biru gini, lo bilang gapapa? Gila apa lo?”

Mata Rhea berotasi malas. Beginilah jadinya, jika lukanya diketahui oleh Aurora. Pasti heboh.

“Rhe, mau apapun alasannya, kekerasan tuh gak bisa dibenarkan. Bokap lo itu udah keterlaluan,” tambah Aurora.

“Udah, ya, Ra. Gue lagi males buat bahas itu. Tolong ngertiin gue,” pinta Rhea membuat Aurora mendengus kesal.

“Oke. Gue gak akan bahas itu lagi. Tapi, sekarang lo ikut gue ke UKS. Luka lo perlu diobatin. Gue yakin, pasti dari semalem luka lo cuma lo biarin, kan?”

“Cuma luka kecil. Nanti juga sembuh sendiri.”

“Mau kecil atau gede, luka ya tetep luka. Kalau gak diobati bisa infeksi. Udah, ayo!” paksa Aurora.

Rhea hanya bisa pasrah sekarang. Kembali menolak pun tidak ada gunanya. Aurora tetap Aurora. Jika sudah membuat keputusan, akan sangat sulit untuk ditentang.

Tapi Rhea sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Aurora yang begitu perhatian padanya, meskipun tingkahnya sering membuat ia geleng kepala.

✨✨✨

KRING!!!

Bel istirahat berbunyi. Para murid berhamburan keluar dari kelas dan beralih memenuhi kantin. Rhea dan Aurora yang sejak pagi tidak mengikuti kegiatan belajar-mengajar pun juga tak ketinggalan.

Luka Rhea sudah diobati, terlihat dari plester yang menutupi pelipisnya. Keduanya berjalan santai menuju kantin. Sampai di tengah-tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Rio—kekasih Rhea.

“Rhea,” panggil Rio.

“Kenapa?” tanya Rhea.

“Lo ke mana aja, sih? Dari kemarin gue hubungin gak bisa. Gue telpon gak diangkat, gue chat juga gak dibalas.”

Rhea mendecak pelan. “Lagi males aja main hp. Emangnya ada apa, sih?”

“Lo tanya ada apa? Astaga, Rhea. Gue itu pacar lo.”

“Ya terus kenapa? Cuma pacar, kan? Lagian lo ribet amat. Baru juga sehari gak telpon, udah heboh.”

“Kok lo gitu sih, Rhe?” protes Rio tidak terima.

“Kenapa? Gak suka? Ya udah, putus aja,” tukas Rhea dengan mudahnya.

Rio langsung gelagapan mendengar kata putus dari mulut Rhea.

“Rhe, jangan putuslah. Iya, iya. Gue minta maaf karena udah bikin lo gak nyaman barusan. Gue cuma—”

“Alah, udahlah! Bodo amat. Mood gue udah hancur dari tadi pagi, dan barusan tambah hancur gara-gara bacotan gak jelas lo itu. Sekarang lo minggir! Gue mau ke kantin. Laper.” Tanpa rasa peduli, Rhea berjalan melewati Rio.

“Kasihan, yang diputusin. Makanya, jadi cowok tuh gak usah cerewet. Baru juga jadi pacar, udah banyak mau lo,” ejek Aurora yang kemudian menyusul kepergian sahabatnya.

✨✨✨

Rhea memakan baksonya seperti orang yang tidak makan selama berhari-hari. Aurora yang melihatnya pun bergidik ngeri.

“Lo beneran laper apa doyan?” tanya Aurora.

“Beneran laper gue. Dari semalem kaga makan,” jawab Rhea seadanya, membuat Aurora geleng kepala.

“Ya udah, lanjutin aja. Mau nambah gak? Gue bayarin,” tawar Aurora.

“Lo mau bikin gue gendut?”

“Lah? Gue kan cuma nawarin. Katanya dari semalem belum makan.”

Rhea menghela napas. “Gak usah. Gue udah kenyang, kok.”

“Oke. Kalau gitu, sekarang lo udah bisa ngejalanin dare yang gue kasih kemarin, kan?” Aurora mendadak mengubah pembahasan.

“Yaelah, masih inget aja lo.” Rhea memutar bola matanya jengah.

“Woah, ya jelaslah. Gak akan lupa gue,” sahut Aurora.

“Noh, pas banget orangnya nongol,” lanjutnya menunjuk ke arah pintu masuk kantin.

“Sekarang banget, nih?” tanya Rhea.

“Iyalah. Udah, cepetan! Keburu orangnya ilang.”

Rhea berdesis pelan. “Iya, iya. Gak sabaran banget lo.”

Tanpa sedikit pun keraguan, Rhea berjalan menghampiri objeknya.

Ketika targetnya tepat di depan mata, Rhea langsung menepuk pundaknya dan mengulurkan tangannya penuh percaya diri.

“Hai, gue Rhea.”

✨✨✨

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

1M 31.4K 43
-please be wise in reading- βˆ† FOLLOW SEBELUM MEMBACA βˆ† Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
1.2M 69.3K 34
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
212K 19.9K 72
"Siapa yang bilang kalau jatuh cinta itu perlu batas? Jika memang ada batasnya, persetan dengan batas itu!!" #update tiap Senin. 18 Desember 2019.
35.7K 2.4K 55
Arah kita sama, namun tujuan kita berbeda. Kita memang tengah saling menuju, bedanya Aku menujumu sedangkan kamu menuju dia. dia yang tidak menoleh...