Kamu Imam Ku (ShikaTema)

By puspitasekar19

1.5K 183 12

ISLAMIC CONTENT.! Shikamaru dan Temari bertengkar karena perbedaan pendapat hingga Shikadai pun datang meneng... More

Air Wudhu
Seperti Rosulullah (Oneshot)
Hewan dalam Al-Qur'an (Oneshot)
Adab (Oneshot)
Gratis Pahala (Oneshot)
Tamu Tak Diundang (Oneshot)
Gara-gara Memandang (Oneshot)
Yang Terbaik Untuk Perempuan (Oneshot)
Shikadai bertanya pada bapaknya
Kisah Handuk di Kasur
Dodol ala keluaga Nara
Kisah Jendela Kaca
Ujian Kesetiaan
Indahnya sedekah
Maafkan aku
Telur dan Tempe gosong
Kisah Suami yang Bosan kepada Istrinya
Kisah Uang 150 Juta

Istimewanya Seorang wanita

66 7 0
By puspitasekar19

Naruto and all characters belongs to Masashi Kishimoto

ShikaTema/Romance/Rohani/Family/AU/OOC/Typo(s)/Plotless/Oneshot/SemiCanon/ Dialog mendominasi cerita

Warning.!: ISLAMIC CONTENT

Masih ada lagi ke-istimewaan yang dimiliki seorang wanita

DLDR

Enjoy Reading

.

.

.

Pada suatu malam Shikadai baru saja pulang dari misinya dan segera pulang kerumah setelah melapor ke kantor Hokage. Ia bersama timnya baru saja menyelesaikan misi merebut sebuah gulungan rahasia dari para bandit. Sayangnya harus ada yang terluka diantara mereka, yaitu cho-cho yang kaki kanannya sempat terkena kunai dan kertas peledak. Gadis cantik itu pun langsung menangis karena merasakan sakit yang tak tertahankan. Sesampainya mereka di desa pun Cho-cho langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama.

"Sampai jumpa, Inojin." Ujar Shikadai sambail melambaikan tangan pada temannya ketika sampai dipersimpangan jalan yang memisahkan mereka. Shikadai pun menghela nafas karena merasa lelah disekujur tubuhnya dan ia segera melangkahkan kakinya untuk segera pulang kerumah agar bisa beristirahan dengan nyaman.

Pria yang sudah beranjak remaja itu membuka pintu rumahnya dengan hati-hati agar tak membangunkan ibunya. Tak lupa ia juga mengucap salam meski tahu ibunya sudah tidur dan tak mungkin menjawabnya.

Namun, dugaannya salah. Saat melewati kamar kedua orang tuanya, Shikadai justru mendengar samar-samar suara ibunya menangis dan sedang ditenangkan oleh ayahnya. Karena penasaran, Shikadai segera mendekat dan mendengar percakapan mereka dari luar kamar.

"Hiks.. hiks... maafkan aku Shikamaru, aku benar-benar lupa dimana benda itu. Tadi pagi aku masih memakainya dan... dan... hiks... hiks..."

"Sudahlah Temari, tidak perlu dipikirkan. Meskipun benda itu tidak ada kita tetap selamanya menjadi suami istri."

"Kamu tidak marah.?"

"Tentu saja tidak, sudah jangan menangis lagi. Sebentar ya biar ku ambilkan minum."

Mendengar hal itu, Shikadai langsug cepat-cepat menjauh dari depan pintu kamar orang tuanya. Namun ia justru semakin penasaran dengan benda yang sedang dibicarakan oleh ibunya. Kalau bisa pun ia ingin membantu mencari benda tersebut. Namun tak mau berpikir panjang Shikadai segera bergegas kedapur untuk mengambil air minum. Setibanya di dapur, Shikadai bisa melihat ada satu porsi makan mlaam yang bisa ia pastikan itu disiapkan oleh sang ibu untuknya.

"Oh, Shikadai kamu sudah pulang." Tanya Shikamaru yang juga pergi kedapur.

"Sudah ayah, baru saja."

"Kalau begitu makanlah, ibumu sudah menyiapkan makan malam untukmu."

Namun Shikadai tak langsung memakannya, ia hanya meminum segelas air lalu mengambil handuk dan pergi mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Tak butuh waktu lama, pemuda itu sudah kembali kedapur dengan keadaan yang lebih segar. Rambut panjangnya yang basah dibiarkan tergerai terdapat sebuah handuk kecil yang menggantung di lehernya. Shikadai pun duduk disalah satu kursi meja makan dan menyantap makan malamnya yang sudah mendingin.

Baru memakan beberapa suapan, sang ayah juga masuk kedapur untuk mengembalikan gelas kosong yang tadi dibawanya ke kamar. Namun pria yang yang menjadi ajudan Hokage itu tak langsung meninggalkan dapur melainkan ikut duduk dihadapan putra semata wayangnya.

Hening sempat tercipta beberapa lama sampai akhirnya Shikadai bertanya kenapa ayahnya duduk di dapur dan bukannya kembali ke kemar untuk tidur bersama sang ibu.

"Aku ingin menemanimu makan malam. Lagi pula ayahmu ini tak bisa tidur karena memikirkan pekerjaan yang masih menumpuk dikantor."

"Bukankah ayah sewaktu muda dulu hobi tidur ya, sekarang malah tidak bisa tidur." Ujar Shikadai dengan dibarengi tawa mengejek.

"Hei kamu ini masih saja berkata seperti itu." Namun baginya, candaan seperti itu bukanlah hal yang asing lagi baginya. Putranya itu pasti juga sudah sering mendengar ejekan itu dari ibunya. Jadi Shikamaru tak terlalu mempermasalahkan hal tersebut.

"Hei ayah, aku ingin bertanya." Ucap Shikadai secara tiba-tiba

"Apa.?"

"Mengapa wanita itu sangat mudah menangis.?" Tanyanya setelah menelan suapan nasi terakhirnya. Shikadai lalu meminum segelas air sambil menunggu jawaban dari sang ayah.

"Seorang wanita itu mudah menangis karena Allah menciptakan bahu yang cukup kuat untuk menopang dunia, namun harus cukup lembut nutuk memberi kenyamanan." Jawab Shikamaru dengan penuh kiasan.

"Menopang dunia.??"

"Iya, karena wanita memiliki peranan yang sangat penting di dunia ini."

"Ayah, bisakah ayah jelaskan apa yang istimewa dari seorang wanita sampai dikatakan memiliki peranan yang sangat penting di dunia ini.?"

"Begini ya Shikadai, Allah memberikan kekuatan pada wanita dari dalam untuk mampu melahirkan seorang anak dan menerima penolakan yang sering datang dari anak-anak yang dilahirkannya. Allah memberi berbagai macam untuk membuatnya tegar saat orang lain menyerah, namun wanita tetap mengasuh dan merawat keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan yang ia alami bahkan tanpa mengeluh sedikitpun."

"Se-istimewa itu yah.?" Tanya Shikadai masih tak percaya

"Bukan hanya itu, Allah juga memberikan kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan. Bahkan ketika anak-anaknya bersikap membangkang dan durhaka sehingga melukai hatinya."

Shikadai pun mengangguk tanda mengerti, dalam hatinya terbesit rasa menyesal karena pernah berkata tak pantas pada sang ibu. Tapi sampai saat ini Temari masih selalu menyayanginya sepenuh hati seolah kejadian tersebut tak pernah ada. "Ternyata wanita itu sangat luar biasa ya, yah.?!"

"Masih ada lagi ke-istimewaan yang dimiliki seorang wanita."

"Apa itu yah.?"

"Allah memberi wanita kekuatan untuk tanpa ragu mendukung dan menemani suaminya ketika terjatuh dalam kegagalan. Wanita juga melengkapi tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya. Selain itu Allah memberi kebijaksanaan pada wanita untuk membantu suaminya memutuskan suatu perkara yang tak bisa diselesaikannya sendiri." Jelas Shikamaru mulai membuat jalan pikiran Shikadai terbuka.

"Lalu bagaimana dengan lelaki yah.?"

"Lelaki harus membuat wanita merasa nyaman dan terlindungi saat berada di sisinya. Jangan pernah membuat hati wanita terluka, jika lelaki berniat mempermainkan wanita, maka ingatlah pengorbanan seorang ibu yang telah melahirkan, merawat dan menyayanginya."

"Oh begitu, jadi yah.. kenapa tadi ibu menangis.?"

"Eh.." Shikamaru nampak bingung menjawab pertanyaan anaknya kali ini. Ia merasa malu karena terlihat seolah membuat Temari menangis, padahal dirinya baru saja berceramah agar jangan membuat hati wanita terluka.

"Tadi itu,.. ibumu menangis karena katanya cincin pernikahannya hilang. Padahal tadi pagi masih dipakai."

"Cincin pernikahan..." Shikadai nampak berpikir seolah dirinya memiliki sebuah petunjuk. Sampai akhirnya ia menjentikkan jari dan berkata "Ah, maksud ayah ini." Ujar Shikadai sambil mengeluarkan sebuah benda bulat kecil dari dalam saku celananya.

"Jadi kamu yang mengambilnya ya, Shikadai.?!" Pria berjenggot itu berdiri dari tempat duduknya lalu mendekati Shikadai dan menjewer pelan telinganya. "Ibumu menangis seharian karena benda itu, dan kamu malah menyembunyikannya."

"Aduh.. aduh ayah, tunggu dulu yah... dengarkan penjelasanku dulu." Ujarnya berusaha bernegosiasi sampai akhirnya sang ayah melepaskan telinganya. "Ini tadi kutemukan didepan pintu gerbang rumah kita, ku kira ini milik siapa. Karena terburu-buru aku tak sempat bertanya pada ibu dan langsung membawanya ke misi. Aku berniat menanyakannya saat pulang tapi lupa. Hehe maaf ya yah." Jelas Shikadai di akhiri dengan cengiran khas nya. Ia berharap semoga tak kena marah ayah dan ibunya.

"Ya sudah tidak apa, sini biar ayah kembalikan. Kamu sebaikanya segera tidur agar besok tak kesiangan."

"Baik ayah."

Akhirnya Shikadai pun bergegas ke kamarnya untuk pergi tidur, sama halnya dengan Shikamaru yang langsung memasangkan kembali cincin pernikahan mereka dijari manis Temari yang sudah terlelap. Ia lalu mencium kening dan tangan yang dihiasi cincin tersebut.

"Tetaplah jadi istriku selamanya, Temari." bisiknya singkat lalu ikut tidur bersama istrinya.

.

.

.

.

END

..

.

.

.

Follow instagram : @shikatema_ina

Continue Reading

You'll Also Like

48.5K 6.4K 39
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
244K 36.7K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
164K 15.6K 38
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...
824K 87.2K 58
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...