I hope you will enjoy with my stroy
Don't forget to clik stars n coment
Thank you
•••
H A P P Y R E A D I N G
Kangen mereka?
Jangan emosi bacanya ya!
22.RAVEL-ALUNA
Aluna menatap Ravel dengan pandangan tak percaya. Sebulan dia tidak bertemu dengan Ravel membuat Aluna kagum, bagaimana tidak tubuh lelaki itu masih bagus tidak kurus, hanya saja ada rambut-rambut tipis di rahangnya.
"Udah puas liatnya hm?" Tanya Ravel.
"Belum," jawaban polos itu keluar dari bibir Aluna, mata cantik itu juga menatap Ravel dengan polos.
"Gemes banget, Aluna-nya siapa si?"
"Alu-nya Avel," jawabnya senang.
Ravel tertawa, lalu mengecup sekilas hidung Aluna.
"Iya, ini Aluna-nya Avel! Gak boleh diambil."
"Heem, Aluna punya Avel, Avel punya Aluna!"
"Pinter, siapa yang ajarin?"
"Avel!"
Ravel tertawa lalu memeluk Aluna dengan erat.
"Kangen banget sama Alu," lirih Ravel.
"Alu juga kangen Avel."
"Harus! Kamu harus kangen aku!"
•••
Malam ini ruangan Aluna ramai, ada banyak orang yang datang. Atlas berencana mengenalkan Aluna sebagai calon Ravel, tapi Atlas tidak ingin mengenalkan Aluna sebagai putrinya karena dia takut Aluna diincar oleh banyak musuh bisnisnya.
Terlalu banyak rekan bisnis Atlas yang merencanakan hal-hal buruk pada keluarganya tapi Atlas sebisa mungkin untuk melindungi keluarganya, keluarga adalah nomor satu bagi Atlas.
Dia tidak ingin keluarganya terluka sedikitpun, Atlas memang baik, dan menyebalkan jika bersama anaknya tapi Atlas akan bisa menjadi monster yang menyeramkan jika seseorang menyentuh keluarganya, terutama istri cantiknya.
"Bunda Aluna kapan boleh pulang?" Tanya Aluna pelan.
"Nanti ya, bunda tanya dokter dulu," jawab bunda Nia.
"Kapan nda? Alu bosen."
"Nanti, kamu harus sembuh total baru pulang," jawab seeeorang dari sofa.
"Ish, Aluna udah sembuh! Ayok lah mau pulang. Ayah Alu mau pulang," rengek Aluna dengan mata berkaca-kaca.
"Denger kata Abang sekaligus calon suami kamu Aluna," tegas Atlas.
"Ayah! Alu bosen," lirihnya.
"Kenapa bosen hm?" Tanya Ravel.
"Bosen, gak bisa keluar. Aluna kangen kamar Avel! Boleh ya pulang?" Bujuk Aluna.
"Kalau aku bilang enggak, enggak ya? Aku gak mau kamu sakit. Kondisi kamu belum sepenuhnya pulih."
"Tapi Alu bosen."
"Mau keluar?" Tawar Ravel akhirnya.
"Boleh?" Seru Aluna girang.
"Sure, mau kemana?"
"Rooftop!"
Ravel mengangguk dia mengambil kursi roda lalu memindahkan Aluna diatas kursi itu dia pamit kepada orang tuanya dan membawa Aluna menuju rooftop.
Mereka sampai diatas gedung rumah sakit, dengan pemandangan indah. Cahaya dari setiap gedung-gedung membuat suasana semakin cantik, ditambah langit yang mendukung dengan bintang yang bertabur menemani bulan.
Aluna menatap langit dengan teduh pandangan perempuan cantik itu tampak menenangkan. Ini salah satu kesukaan Ravel memandangi wajah cantik Aluna.
Aluna selalu cantik dengan, segala angel gadis itu punya pesona tersendiri, selain cantik Aluna juga polos dan dewasa. Terkadang Ravel sering bingung Aluna adalah gadis polos yang lugu atau gadis remaja yang dewasa.
Sifat Aluna yang kadang polos dan dewasa secara bersamaan membuat Ravel terpesona. Dia antara percaya dan tidak percaya.
"Cantik banget," gumam Aluna.
"Cantikan perempuan di depan aku," jawab Ravel spontan.
Pipi Aluna bersemu merah, wajah perempuan itu berubah menjadi tomat, ayolah meski spontan tapi Aluna tau itu dari hati Ravel.
"Emang iya?" Tanya Aluna pura-pura.
"Iya dia cantik, cantik banget malah. Baik banget anaknya, ceria tapi polos. Tau gak dia itu perempuan pertama yang berhasil buat aku jatuh cinta, waktu liat dia di mansion Wiratama langsung aja gitu suka sama dia. Benci banget kalau ngeliat dia di bentak sama orang lain."
"Selain cantik dia juga suka anak kecil, dia cocok untuk jadi ibu anak-anak aku tapi sayang dia belum mau nikah. Tapi gak papa, setidaknya dia udah punya aku. Meski belum terikat secara resmi, entah nanti jodohnya dia atau bukan tapi aku berharap itu dia. Setidaknya aku sudah memperjuangkannya didunia dan di doa. Biar nanti tinggal tuhan yang mengaturnya."
"Kalau dia bukan jodoh kamu gimana?" Tanya Aluna lagi.
"Gak papa, nanti kita lawan takdir aja," jawab Ravel santai.
"Emang bisa?"
"Gak tau, tapi gak ada salahnya kan berjuang?"
"Enggak."
"Dia pasti beruntung ya punya seseorang seperti kakak," lirih Aluna.
Entah gadis itu tidak peka atau dia hanya pura-pura padahal dengan jelas Ravel mengatakan itu untuk Aluna.
Intinya Ravel kesal.
"Sial! Kenapa gua punya cewek polos banget!" Batin Ravel.
"Ayok balik keruangan udah malam," ajak Ravel.
"Nanti kak, masih mau disini."
"No Aluna, udah malam. Udah jam setengah sembilan waktunya kamu tidur, besok kita ke sini lagi," bujuk Ravel.
Dengan cemberut Aluna mengangguk meng-iykan meski dia belum mau beranjak.
Ravel mendorong kursi roda Aluna dengan pelan, mereka turun menggunakan lift yang memang tersedia untuk menuju rooftop rumah sakit.
Ravel membuka pintu ruangan Aluna, dia mendorong kursi roda Aluna hingga kedekat brankar rumah sakit. Ravel mengangkat tubuh kecil Aluna keatas brankar, Ravel menarik selimut dan menyelimuti Aluna dia juga meletakkan guling di sisi sebelah kiri Aluna sedangkan sebelah kanan tangan Ravel di genggam Aluna.
"Bobo ya?"
"Aku temenin."
Aluna mengangguk dia memejamkan matanya sambil Ravel elus rambutnya pelan.
"Sleep tight, baby."
•••
Pagi ini Aluna terbangun, dan tidak melihat Ravel disampingnya, dia menatap sekitar ruang rawat berharap akan ada Ravel disana tapi nyatanya tidak ada.
Aluna turun dari kasur rumah sakit, dia membawa tiang infusnya keluar, menatap kanan dan kiri yang sepi. Aluna berjalan menuju ujung lorong. Matanya menatap kebawah, disana ada seseorang yang sangat-sangat dia kenal.
Bahkan orang itu yang membuatnya masuk rumah sakit. Siapa lagi kalau bukan Ravel. Tapi lelaki itu sedang berpelukan dengan perempuan, terlihat mesra dengan Ravel mencium pucuk kepala perempuan itu dengan sayang.
Dan gilanya lagi, perempuan itu mencium pipi Ravel, wajah Ravel disana terlihat sangat bahagia senyum lebar lelaki itu keluar.
Sesak.
Itu lah yang Aluna rasakan, bagaimana bisa? Dia sudah menaruh harapan kepada Ravel tapi lihatlah lelaki itu berpelukan dengan perempuan lain. Sakit? Jangan ditanya.
"Dia jahat ya?"
"Aku cari kamu, dan ternyata kamu disana pelukan sama cewek lain," lirih Aluna.
"Sakit banget Vel."
Air mata Aluna jatuh, perempuan itu menangis. Melihat seseorang yang sangat-sangat dia percaya.
"Jahat banget kamu."
Aluna memilih untuk kembali menatap keduanya, mereka pergi menuju cafe diseberang rumah sakit, Ravel tampak merangkul mesra pinggang perempuan itu.
"Lo jahat! Lo orang pertama yang jahat vel!"
"Sakit Avel," lirih Aluna.
Sakit, bahkan sangat. Ravel berjalan dengan perempuan lain, bahkan Aluna sangat tau siapa perempuan itu dia salah satu anak karyawan Ravel bagian keuangan, namanya Angel.
Aluna memilih untuk kembali keruangan nya, dia menutup pintu dengan keras bahkan dia tidak memperdulikan tangannya yang sudah berdarah karena infusnya tak sengaja lepas.
Intinya Aluna ingin marah!
Aluna tersenyum mengambil foto Ravel dengannya.
"Dia jahat ya?" Tanya Aluna entah kepada siapa.
"Alu bahkan sampe sakit karena nungguin dia, tapi dia? Enggak."
Bahkan Aluna belum sembuh dia sudah berjalan dengan perempuan lain, bagaimana jika Aluna benar-benar pergi? Apakah Ravel akan perduli.
"Avel, jahat."
•••
Hai! Maaf baru up
Aing sibuk:)
After marriage ALKARA up karena ada draft nya yang ini gak ada:)
Ngetik part ini kemarin curi-curi waktu.
Semoga kalian suka.
Vote and coment:)
Hi!
See u next chptr!
More info : ig : @wattpad._zulfa
@itsmezulfa._
Tiktok : @cappucicooo
13 Juli 2021
📍 Bumi