Freak Couple : Nikah SMA [TAM...

By anahstasya

627K 40.9K 11.1K

Hanya sebuah kisah klasik yang menceritakan bagaimana kehidupan Kevin dan Kayra setelah menikah di umur yang... More

πŸ““PROLOG
πŸ““PERKENALAN
πŸ““[1] Kenaikan Kelas
πŸ““[2] Seranjang
πŸ““[3] Semalam ... 🌚
πŸ““[4] Apel Pagi
πŸ““[5] Lapangan
πŸ““[6] Karena Pesona
πŸ““[7] Cinta?
πŸ““[8] Perihal Rasa
πŸ““[9] Telat
πŸ““[10] Hukuman
πŸ““[11] Bahan Ghibah
πŸ““[12] Produksi Anak
πŸ““[13] Gara-Gara Balon
πŸ““[14] Cowok Rese
πŸ““[15] Keluar Darah
πŸ““[16] Malmingan di Kasur
πŸ““[17] Panas!!!
πŸ““[18] Cuek-Cuekan
πŸ““[19] Tithid
πŸ““[20] Dalam Kamar
πŸ““[21] Rumah Bunda
πŸ““[22] Mata-Mata
πŸ““[23] Ciuman Tertunda
πŸ““[24] Absen
πŸ““[25] He's Back
πŸ““[26] Angry
πŸ““[27] Bertengkar & Kehilangan
πŸ““[28] Always Love
πŸ““[29] Rekreasi
πŸ““[30] Di Bawah Pohon
πŸ““[31] Marahnya Kevin
πŸ““[32] Kapal Kayla
πŸ““[33] Mimpi Buruk
πŸ““[34] Kenyataan
πŸ““[35] "By, begadang yuk!"
πŸ““[36] Morning Routine
πŸ““[37] Mual + Ngidam = Hamil? I
πŸ““[38] Mual + Ngidam = Hamil? II
πŸ““[39] Happy News
πŸ““[40] Si Bayi Banyak Tingkah
πŸ““[41] Acara Perpisahan
πŸ““[42] Welcome Baby Girl
πŸ““[43] Nama Dari Someone
SEQUEL πŸ˜‡

πŸ““EPILOG

14.4K 743 224
By anahstasya

H A P P Y   R E A D I N G

💜

🍁

Seorang anak perempuan berumur kisaran tujuh tahunan tengah berjalan mengendap-endap menuju pintu kamar bercat putih. Kepalanya menjembul di balik pintu menelisik yang ada di dalam kamar itu.

Pancaran matanya sedikit sayu, seperti ada sesuatu yang dia tahan-tahan. Dengan langkah pelan, anak perempuan itu mendekati seorang lelaki yang tengah duduk membelakanginya. Dan ia yakin, lelaki itu masih sibuk berkutat dengan laptopnya.

Sampai di mana gadis itu telah berdiri tepat di samping lelaki itu, diapun sepertinya belum menyadari. "Papa."

Sontak, lelaki itu mengalihkan pandangannya. Ia mendapati putrinya yang tengah memandangnya. Bibir lelaki itu tertarik, dia tersenyum kecil mendapati putrinya yang ia yakini terbangun di pukul sebelas malam ini.

"Kiara, kenapa gak tidur?" tanyanya seraya mengangkat putrinya duduk di pangkuannya.

Gadis itu menggelengkan kepala, lalu memeluk leher papanya dengan erat. "Kiara kebangun."

"Kebangun kenapa? Kiara laper?" Anak perempuan bernama Kiara itu kembali menggeleng pelan. "Terus Kiara kenapa?"

Kiara hanya terdiam di pelukan papanya. Sampai di mana lelaki itu merasakan badan anaknya bergetar. Bahkan bagian depan kaosnya terasa lembab. Dengan cepat, lelaki itu mendongakkan kepala Kiara menghadapnya.

"Kenapa nangis, hm?" tanya merasa khawatir. "Kiara sakit?"

Kiara hanya diam menatap lurus papanya. "Bilang sama Papa, Kiara kenapa?"

"Mama." Tatapan khawatir Kevin tiba-tiba berubah kosong. Lama ia tak bergeming, sampai di mana tangan mungil Kiara menyentuh pipinya.

"Kiara kangen Mama." Kevin akhirnya tersadar, ia tersenyum samar menatap putri kecilnya itu.

"Besok kita temuin Mama, ya. Sekarang Kiara tidur," ujar Kevin mengusap pipi Kiara yang basah.

"Kiara mau tidur sama Papa," gumamnya.

Kevin menghela napas pelan, lalu mengangguk menyetujui permintaan anaknya. "Yaudah, Kiara ke kasur duluan, ya. Papa beresin pekerjaan Papa dulu." Gadis belia itu mengangguk semangat, lalu berjalan ke arah kasur king size milik papanya.

Sementara itu, Kevin menatap kosong layar laptop yang menyala di depannya. Cairan bening luruh begitu saja dari kedua matanya. Ia berbalik badan, menatap Kiara yang sudah terpejam di sana. Pahatan wajah Kiara sangat mirip dengannya. Kiara seperti versi perempuan dirinya.

***

Pagi sudah menyambut, matahari kini sudah berada 120 derajat dari ufuk timur. Kevin dan Kiara sudah berada di meja makan menikmati sarapan pagi ini.

Hari ini adalah hari minggu, otomatis Kevin libur kerja dan Kiara libur sekolah. Di hari libur seperti ini, Kevin selalu meluangkan waktu untuk keluarga kecilnya.

"Kiara gak sabar ketemu Mama," ujar Kiara dengan semangatnya. Wajahnya berbinar membuat Kevin juga ikut senang.

"Ayo berangkat." Papa dan anak itu melangkah keluar rumah. Tetapi Kiara berhenti berjalan membuat Kevin juga menghentikan langkahnya.

"Kenapa, sayang?" tanya Kevin menunduk melihat anaknya itu.

"Kita perginya cuma berdua, Pa?" Kevin mengangguk singkat.

"Al--"

"Udah, yuk. Katanya gak sabar pengen ketemu Mama," ujar Kevin membuat wajah Kiara kembali berbinar. Sepertinya dia sudah lupa ingin mengatakan apa barusan.

"Ayok!"

Kevin menggendong anak perempuannya itu menuju mobil. Pancaran kebahagian sangat terlihat jelas di kedua wajah mereka. Berbeda dengan seorang anak lelaki yang memandang mereka berdua dengan mata berkaca-kaca. Dia berdiri di lantai dua melihat Papa dan Kakaknya seperti hendak pergi. Anak lelaki yang masih berumur lima tahun itu berlari kembali ke kamarnya, lalu menenggelamkan wajahnya di bantal.

Di umurnya yang sangat masih belia, dia sudah cukup tahu Papa dan Kakaknya itu ingin pergi ke mana. Hampir setiap minggu, mereka berdua selalu keluar menikmati liburan, tanpa dirinya.

***

"Pa, ini cantik gak?" Kiara menunjukkan sebuah bucket bunga tulip berwarna merah muda ke Kevin.

Kevin mengangguk pelan, Kiara memeluk bucket bunga itu lalu menghirupnya dalam-dalam. "Harum. Mama pasti suka."

Kevin menggandeng tangan mungil anaknya itu menuju suatu tempat. Suasana sepi dan sunyi menyambut keduanya saat telah sampai di tempat mereka selalu kunjungi di akhir pekan. Tiga minggu yang lalu mereka memang absen pergi ke sana, karena Kevin sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Kiara dan Kevin duduk berjongkok di depan sebuah makam. Kevin mengusap nisan itu, tertera nama Kayra Aluna binti Wirawan di sana.

Kiara meletakkan bunga tulip merah muda itu di dekat nisan mamanya. Ia memandang sedih gundukan tanah itu. "Mama, Mama apa kabar?" tanyanya dengan sendu.

Kevin mengusap puncuk kepala Kiara dengan sayang. Dia merasa sedih, anaknya itu belum terlalu mengenal mamanya sendiri. Karena pada saat itu, umur Kiara masih dua tahunan. Kayra memilih pergi untuk selama-lamanya.

"Kiara kangen sama Mama. Kiara pengen dipeluk Mama." Kiara menitikkan air matanya. Ia kadang iri jika melihat teman-temannya saat dijemput di sekolah dengan ibu mereka. Kiara merasa belum pernah merasakan itu.

"Mama sama siapa di sana? Mama kesepian gak? Kiara juga sering ngerasa sepi kalau ditinggal Papa kerja," gumamnya diiringi tangis. Kevin sempat tertohok dengan pernyataan anaknya itu. Dirinya memang kadang sangat sibuk bekerja, sampai melupakan buah hatinya sendiri.

"Kiara sering diejek sama teman-teman Kiara di sekolah, mereka ngejekin Kiara karena gak punya Mama." Kevin mengalihkan pandangannya ke lain arah. Dirinya sudah tak kuat mendengar penuturan anaknya itu yang sangat menyayat hati.

"Kata Papa, Mama cantik banget sama kayak Kiara. Seandainya Mama masih di sini, Kiara pengen liat wajah Mama. Kiara pengen bandingin siapa yang lebih cantik, tapi pasti Kiara sih yang lebih cantik," ujarnya sambil terkekeh pelan dengan air mata yang masih terus menetes dari kedua pelupuk matanya.

Kevin ikut menyunggingkan senyumnya mendengar celotehan Kiara. Setiap mereka berkunjung di makam Kayra, Kiara selalu bercerita apa saja yang anak itu rasakan.

"Ma, Mama sehat-sehat ya di sana. Kiara di sini bakal jagain Papa. Kiara bakal marahin Papa kalau Papa selalu kerja, terus gak ingat makan," katanya membuat Kevin gemas.

"Papa gak mau ngomong apa-apa sama Mama?" tanya Kiara dengan wajah polosnya.

Kevin terkekeh kecil, lalu mengacak gemas rambut anaknya itu. "Papa udah bicara juga sama Mama."

"Kapan? Papa 'kan dari tadi cuma diam," ujarnya cengo.

"Kiara aja yang gak denger. Coba tanya aja sama Mama, Papa tadi selalu bicara kok sama Mama," katanya penuh percaya diri. Kiara hanya mengangguk percaya. Maklum, otak anak kecil 'kan masih polos-polosnya, jadi apapun yang dibilang orang lain, pasti langsung percaya.

"Yaudah, pamit dulu sama Mama baru pulang." Kiara mengangguk pelan.

"Ma, Kiara sama Papa pamit pulang dulu, ya. Minggu depan Kiara ke sini lagi sama Papa, iya 'kan Pa?" Kevin berdehem sambil mengangguk kecil.

"Dadah, Mama. Kiara sayang Mama," katanya lalu memeluk nisan Mamanya.

Mereka berdua akhirnya beranjak dari sana, Kevin kembali menggenggam tangan mungil anaknya itu biar tidak terjatuh. "Papa, Kiara mau es krim."

"Kita ke taman, mau?" Kiara mengangguk semangat. Beginilah aktivitas mereka di hari setiap minggu. Berkunjung ke makam Kayra, lalu bermain ke taman sambil memakan es krim. Kevin sangat menyayangi anak perempuannya itu. Apapun bakal dirinya lakukan, agar Kiara selalu tersenyum bahagia.

***

"Den, bangun, yuk. Bibi udah siapin nasi goreng kesukaan Den Alga, loh," ujar seorang wanita paruh baya yang sedang membangunkan anak lelaki yang masih bergelung di kasur.

Anak lelaki itu bergerak memperbaiki posisinya. Perlahan, kedua matanya terbuka. Dirinya tidak benar-benar habis tidur, setelah melihat Papa dan Kakaknya tadi pergi, dia kembali ke kamar dan menangis.

"Den Alga habis nangis?" tanya Bi Ratih pelan. Dia bisa melihat jelas mata anak majikannya sedikit memerah dan membengkak.

"Tidak, Bi," elaknya.

Bi Ratih mengangguk mengiyakan. Dirinya bekerja di rumah itu sudah tujuh tahun yang lalu, dan saat putra kecil majikannya ini lahir, dirinyalah yang merawatnya. Bukan karena diterlantarkan, melainkan Kayra kembali berpulang saat sesudah melahirkan bayi lelakinya itu.

"Yaudah, Den Alga mandi dulu, ya. Atau mau Bibi mandiin?"

Alga menggeleng pelan. "Alga mandi cendili aja," ujarnya yang masih agak belepotan.

"Yaudah, jangan lama-lama ya main airnya. Nanti Aden sakit." Alga kembali mengangguk pelan, lalu berjalan kecil menuju kamar mandi yang ada di kamarnya itu.

Setelah mandi dan memakai baju, Alga kini sudah duduk di ruang tengah. Di hadapannya kini sudah tersaji nasi goreng ayam kesukaannya.

"Aden makan yang banyak, ya. Biar cepat gede," ujar Bi Ratih sambil terkekeh.

"Iya, Bi." Alga mulai memakan nasi goreng itu. Dirinya memang sudah terbiasa melakukan segala hal sendiri. Seperti mandi dan makan, Bi Ratih benar-benar mendidik Alga dengan sangat baik.

"Papa sama Kakak lagi pelgi, ya, Bi?" tanya Alga.

Bi Ratih hanya terdiam tak tahu hendak menjawab apa. Semenjak Alga lahir, majikannya itu memang seperti tak memperdulikan anak bungsunya. Kevin kerap kali pergi keluar hanya bersama Kiara, tanpa mengikut sertakan Alga.

"Meleka emangnya pelgi ke mana, Bi? Alga gak pelna di ajak pelgi juga sama Papa." Bi Ratih tak kuasa lagi menahan air matanya. Dirinya merasa kasian dengan bocah lelaki itu yang tak pernah mendapat kasih sayang dari majikannya, Kevin.

Bi Ratih mengusap sayang kepala Alga. "Nanti, Den Alga pasti di ajak juga pergi sama Papa sama Kakak. Den Alga harus sabar ya, jangan nakal. Den Alga harus buktiin sama Papa, kalau Den Alga itu pinter. Pasti Papa bakal bangga sama Aden."

"Kalau Alga pintel, Papa bakal ajak Alga main juga?" tanya antusias. Bi Ratih mengangguk semangat.

"Belalti, Alga halus lajin belajal, ya, Bi?"

"Iya, Den Alga gak boleh malas-malasan. Buktiin sama Papa, kalau Aden itu hebat. Mama pasti juga bangga di sana," kata Bi Ratih.

Alga tersenyum lebar. Anak umur lima tahun itu sepertinya sangat pintar mencerna setiap perkataan Bi Ratih. Dirinya juga ingin membuat mamanya bangga di sana.

"Alga pengen ketemu Mama."

"Nanti Bibi temenin ke Mama, ya? Aden makan dulu." Alga semakin melebarkan senyumnya. Dirinya tak sabar melihat mamanya.

"Alga sayang Mama, sayang Papa, sayang Kakak juga," celotehnya membuat Bi Ratih ikut tersenyum.

Wanita paruh baya itu sudah menganggap Alga anaknya sendiri. Beliau sangat mengerti betul perasaan anak belia itu. Semenjak lahir, Alga tak pernah merasakan dekapan hangat orang tua kandungnya. Bi Ratih hanya bisa berdoa, majikan besarnya bisa melihat Alga sebagai darah dagingnya juga.

Bi Ratih sangat menunggu hari itu tiba, di mana Caelan Algatara Maesa dianggap keberadaannya oleh Kevin. Dan di saat itu lah, kebahagiaan dan kasih sayang Alga selama lima tahun ini akan terbayar. Semoga kebahagiaan menanti Alga di masa depan.

🍁

Alhamdulillah, selesai! 😇

Gak nyangka udah berada di titik ini. Makasih untuk kalian yang selalu mensupport cerita ini. Makasih buat kalian yang selalu mengikuti cerita ini. Makasih untuk kalian yang selalu menunggu cerita ini.

Saya sebagai author abal-abal sangat tidak menyangka, ada juga yang baca story saya ini. 😭

Gak nyangka juga sekarang udah 59k readers. 😭

Terima kasih banyak-banyak. 😢

Saya ada pertanyaan nih dan butuh jawaban kalian. Kalian lebih pilih saya buat sequel cerita ini atau buat spin off-nya aja? Kalau saya bisa sih, mau buat dua-duanya aja. Wkwkwkw 😭. Aduh, maruk banget gue. 🙂🔪

Kalau saya bener-bener buat sequel atau spin off-nya, kalian jangan lupa mampir kasih vote yaa. 😭

Oh iya, spin off-nya itu menceritakan kehidupan Ria, Raka, Viona dan Dirga. Arthit dan Kayla pun ikut serta, hehehe. Tunggu kekonyolan mereka kembali yaa, teman-teman 😭

Dan soal sequel, cerita itu udah saya rancang-rancang. Udah ada cover dan prolognya, tapi masih belum siap saya publish. Nanti kalau partnya udah banyak, ini syaa Allah segera saya publish. Jangan lupa ramaikan lapak itu juga ya. 😊

Oke, sekian dari saya. Sekali lagi terima kasih atas dukungannya selama ini. Semoga kita sama-sama sukses nantinya, Aamiin. 🤗

Thank you
Khobkhun kha 😉

Continue Reading

You'll Also Like

385K 26.9K 20
Seorang remaja bernama Arshaka Jocasta yang menjadi pusat obsessi para sahabatnya. Arshaka mengidap penyakit langka. Sindrom Kleine-Levin. Di mana s...
7.4M 440K 54
⚠️FOLLOW DULU SEBELUM BACA! ⚠️Rawan Typo! ⚠️Mengandung adegan romansβœ… ⚠️Ringan tapi bikin naik darahβœ… Neandra Adsila gadis cantik yang berasal dari d...
225K 24.8K 86
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
2M 99.4K 42
Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi Dave benci melihat...