Hai!
Absen dulu yuk siapa yang masih nunggu cerita Ravel Aluna?
Jam berapa kalian baca?
Jangan mleyot ya!
•••
🌳🥑 H A P P Y R E A D I N G 🥑🌳
15.RAVEL-ALUNA.
Setelah selesai dari cafe mereka langsung menuju mansion Wiratama, butuh waktu 15 menit akhirnya mereka sampai didepan gerbang tinggi berwarna hitam. Ravel mengklakson beberapa kali, mang Ujang membuka pagar lalu memberikan hormat.
"Upacara kali pak hormat," celetuk Ravel sambil tertawa.
"Gak papa atuh sekali-kali, lagian kan den Ravel sama non Aluna jarang kesini."
"Iya mang, Ravel sibuk," jawab Aluna sambil tersenyum manis.
"Owalah, silahkan masuk non Ara ada didalam."
Ravel mengangguk lalu memarkirkan mobilnya di garasi mansion. Mereka turun lalu Ravel menarik pelan tangan Aluna, tanpa mengetuk pintu Ravel langsung membukanya dan berteriak.
"HAI EPRIBADEH KANGEN GUA GAK?" teriak Ravel menggelegar.
Bughh
"Kamu malu-maluin tau," ujar Aluna cemberut.
Ravel tertawa lalu mencuri kecupan singkat dipipi gadisnya.
"Masuk rumah orang ngucap salam bukan cium pipi," ketus Farhan.
Ravel terkekeh lalu mencium tangan Farhan diikuti oleh Aluna.
"Tumben kamu cium tangan saya?" Heran Farhan kepada Ravel, biasanya hanya Aluna yang mencium tangannya.
"Lagi tobat."
"Ara mana? Aluna mau main sama Ara," ujar Ravel.
"Ara dikamarnya, masuk aja Luna," suruh Farhan.
Aluna mengangguk lalu menuju kamar Ara, dia melihat Alkar dan Ara sedang berada dikamar itu. Aluna tersenyum tak enak saat mata mereka bertabrakan.
"Ara Ravel?" Tanya Alkar.
"Iya ada dibawah," jawab Aluna pelan.
"Masuk sini Luna," ujar Ara.
Aluna mengangguk lalu Alkar keluar dia membiarkan Aluna dan Ara berdua, sebelum pergi Alkar sempat mencium dahi Ara tadi.
"Aku ganggu ya?" Ujar Aluna gak enak.
"Enggak kok,tadi aku mau telpon kamu dari hp bang Alkar eh kamu-nya udah datang."
"Gimana kabar kamu?"
"Aku baik, kalo kamu Ra?"
"Enggak! Sepi gak ada Luna jadi Ara bingung mana mommy sering sama Daddy!"
"Luna ayok main ditaman belakang," ajak Ara.
Luna mengangguk lalu kedua gadis itu turun.
"Mau kemana hm?" Tanya Ravel.
"Mau ketaman belakang, Ara ajak Alu main disana."
"Jangan jauh-jauh oke?"
"Oke!"
Aluna berlari pelan menyusul Ara yang sudah berjalan lebih dulu.
"Jangan lari!" Teriak Ravel.
Aluna tidak berlari lagi tapi dia berjalan cepat. Saat sampai ditaman belakang disana ada beberapa permainan salah satunya ada prosotan.
Aluna memilih untuk duduk di ayunan sambil menikmati angin sepoi-sepoi, dia menatap Ara yang sedang bermain dengan bi Rasih.
Aluna terkadang iri melihat Ara yang sangat dekat dengan maid tapi dirinya selalu dibenci oleh maid. Padahal dia tidak buat salah apapun.
"Non ini minumnya," teriak bi Nim kepada Ara dan Aluna.
"Iya bi, terimakasih."
Bi Nim berjalan menuju Aluna dia duduk di ayunan sebelah Aluna.
"Kenapa gak ikut main non?" Tanya bi Nim.
"Aluna gak mau, Aluna takut sama prosotan. Waktu itu Aluna mau main prosotan didekat rumah sebelum dikurung tapi kata ibu prosotan itu banyak hantunya."
Bi Nim terkekeh lalu mengelus kepala Aluna dengan sayang. "Di sini gak ada hantunya non."
Aluna mengangguk-angguk lalu menjalankan ayunannya pelan.
"Non bibi boleh tanya?" Kata bi Nim ragu.
"Iya bi boleh."
"Tadikan non bilang sebelum dikurung, berarti non pernah dikurung?" Tanya bi Nim ragu.
"Iya, Aluna pernah di kurung. Aluna terakhir keluar rumah waktu itu masih kecil, terus gak tau kenapa tiba-tiba ibu bilang kalau diluar ada monster dan kalau Aluna keluar Aluna nanti dimakan monster. Aluna nurut dan selama beberapa tahun Aluna dikurung,dan Aluna keluar dari rumah sebelum ke sini. Aluna ambil kunci pintu dari kamar ibu waktu itu, terus waktu ibu pergi ke kota Aluna buka pintu dan keluar. Terus Aluna ketemu Ranti dia yang bantu Aluna kesini."
Bi Nim menatap prihatin kepada majikan didepannya ini, Aluna itu gadis polos tapi terkadang bisa bersifat dewasa. Aluna juga bisa menyesuaikan tempat dia tahu dimana dia harus bersikap polos dan dimana dia harus bersikap dewasa.
Ravel adalah orang yang beruntung mendapatkan Aluna.
•••
Setelah seharian main dirumah Ara, Ravel dan Aluna memutuskan untuk pulang karena Aluna lebih nyaman dimansion milik Ravel meski warnanya serba hitam.
Aluna turun lalu berjalan duluan meninggalkan Ravel yang kesal. Tadi mereka sempat berdebat perkara ada monster didunia, Aluna bilang iya dan Ravel bilang tidak.
Ravel mengejar Aluna lalu memeluk gadis itu dari belakang.
"Ngambek hm?"
Aluna diam.
"Cantiknya Ravel ngambek temen-temen."
"Sayangnya Ravel gak boleh ngambek nanti tambah cantik."
Aluna diam meski pipinya sudah merah.
"Sayang, sayangnya Avel jangan ngambek ya? Nanti kita beli es krim."
"Sayang..."
"Ini gimana?sayangnya Avel ngambek," ujar Ravel cemberut.
"Cantik."
"Aluna sayang..."
"Ini Avel-nya di anggurin? Nanti Avel-nya diambil orang terus Aluna sendirian."
Aluna berbalik dengan wajah cemberut lalu melingkarkan tangannya dileher Ravel.
"Jangan...Avel punya Aluna, bukan orang lain."
"Gak boleh ambil Avel-nya Aluna."
Ravel terkekeh lalu mengangkat Aluna dan mendudukkan perempuan itu diatas pantry.
"Cantik," panggil Ravel.
"Apa ganteng?" Jawab Aluna, pipi Ravel memerah karena ini pertama kalinya Aluna menjawab seperti itu.
Ravel menyembunyikan wajahnya di perut Aluna, "Malu," gumamnya.
Aluna tersenyum lebar lalu mengelus rambut lebat Ravel.
"Aluna punya siapa?" Tanya Aluna.
"Avel."
"Avel punya siapa?" Tanya Aluna lagi.
"Alu."
"Kalau Alu nya gak mau gimana?"
"Gak boleh! Harus mau! Aku maksa!"
"Ya kalau Aluna nya gak suka dipaksa gimana?"
"Aluna cantik calon istri Ravel gak boleh gitu ya? Ravel punya Aluna, Aluna punya Ravel. Aluna gak boleh sama yang lain, bolehnya sama Ravel aja."
Aluna mengangkat wajah Ravel lalu mencium lama dahi lelaki itu, "Iya Aluna punya Ravel, Ravel punya Aluna."
Wajah lelaki itu sumringah menatap Aluna lalu memeluk Aluna dengan erat.
"Cantiknya Avel pinter!"
"Sayang banget sama cantiknya Avel ini!"
"Sayang juga sama gantengnya Aluna."
Mereka tertawa, dan semua kejadian itu diabadikan oleh Ravel melalui kamera yang sengaja dia letakkan secara sembunyi. Dia ingin mengabadikan moment-moment indah nya bersama gadis cantik didepannya ini.
Kelak nanti jika mereka berjodoh Ravel akan menunjukkan kepada anak-anak mereka bahwasanya cerita orang tua mereka itu indah.
Ravel ingin menyimpan lebih banyak lagi memori indah bersama Aluna, dia ingin mengingatnya selamanya hingga akhirnya dia pergi kepangkuan sang kuasa.
Ravel begitu mencintai Aluna seperti dia mencintai ibunya, dia memperlakukan Aluna seperti ratu, memperhatikan semua yang gadis itu lakukan. Mendukung semua apa yang Aluna inginkan.
Ravel ingin menjadi sosok yang terbaik untuk Aluna, Ravel ingin menjadi pacar, calon suami dan Abang yang baik untuk Alunanya.
•••
Vote and coment:)
Hi!
See u next chptr!
More info : ig : @wattpad._zulfa
@itsmezulfa._
Tiktok : @cappucicooo
30 Juni 2021
📍 Bumi