SEKALA

By kaffeinlessugarr

2M 148K 54.1K

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] --Kamu adalah segenggam harapan yang tak akan pernah menjadi nyata-- Altair Sekala W... More

1. Pembuat onar
2. Cabut kelas
3. Alasan
4. Takut
5. Uks
6. Bulan (lagi)
7. Selingkuh?
8.With Kyra
9. Cakra?
10. met u
11. Sekala atau Bintang?
12. Kamu dan Senja favoritku
13. Bunga
14. Siapa dia?
15. Ribut
16. Not ur priority
17. Aleser Elard Zephyr
18. Dekapan
19. Sedikit perhatian
20. Tahap pertama
21. Upset
22. Bittersweet Sekala
23. Cantik-ku
24. Tahap kedua
25. Who is the queen?
26. Sekala dan egois
27. Punya-nya Altair Sekala
28. Masih sama
29. Kyra past
30. Maaf, Ra
31. Cepat sembuh, cantikku
32. Pekara seblak
33. Until whenever
34. Sister from the best chairman of Bertha
35. Another level of pain
36. Hampir menyerah
37. Hang in there
38. Bu Setya dan liptint
39. Terungkap
40. Setitik sesal dan sebuah pelukan
41. Berubah
42. About feels and us
43. Perdebatan
44. Cantikku VS Rara
45. hate but love
46. Letting you go
47. Melawan ego
48. Pelangi untuk Kyra
49. Kalah
50. Puncak perpisahan
51. Need to go
53. Kehilangan
54. Mereka yang ditinggalkan
55. Different pain
56. After a month
57. Feels like home
Aquila Kyra and her journey
Altair Sekala and his world
58. The final
59. Better version of us
60. Meet Family
61. Different things for us
What if ; Kyra passed away.
62. She deserve to be love
Part of Sekala Kyra ; The way he loves me.
63. We lose each other? Again?
64. Naka and his first born.
The Ending : My Forever, K. (Part 1)

52. The day

31K 2.3K 453
By kaffeinlessugarr

halooo! siapa yang kangen?😃
udah siap belum baca part ini?😲

sebelum lanjut baca, wajib hukum nya buat ninggalin vote dan komen kalian di part ini!😡❤

pastikan kalian udah nekan tombol bintang sebelum baca ini yaa!😻

terima kasih yang sudah menghargai karya aku dengan meninggalkan jejak, it's means a lot to me! wufyuu frenn!❤🍭

sama seperti di part sebelum nya, ramein tiap paragraf, aku kasih target 500 vote untuk update part selanjut nya<3!❤

jgn lupa buat play lagu yang udah aku sediain di mulmed<3!❤

🌱 - Dan pada akhirnya, perpisahan adalah satu-satu nya jalan untuk menggapai kebahagiaan. Tentang waktu yang akan terus berjalan, dan tentang aku yang setia menunggu. - 🌱

Naka menatap Kyra yang tengah menundukkan kepala nya dalam. Menghindari tatapan dingin dan intimidasi dari Naka yang mencekam di suasana sekitar Kyra.

"What do you want?" tanya Naka tenang dan dingin di waktu bersamaan.

Kyra menelan saliva nya susah payah, ia memberanikan diri untuk balas menatap Naka, "Kyra mau minta sat--."

"No, just go." Naka menyela ucapan Kyra pelan.

Bahu Kyra merosot, menatap papah nya dengan sendu, "Aku bakal pergi jauh, aku mau liat keadaan--,"

"Dia baik-baik aja." Naka kembali menyela ucapan Kyra.

Naka menumpu kedua siku nya diatas lutut, tubuh nya sedikit mencondong menatap Kyra, "Pergi ke New york, jangan kembali sampai Papah yang minta." ujar Naka tak terbantahkan.

"Termasuk kematian Sekala sekalipun, kamu gak berhak datang." sambung Naka lagi.

Bibir Kyra yang kering dan pucat itu tampak bergetar pelan, ia mengusap wajah nya kasar.

"Jangan sakitin dia lebih jauh lagi, Pah." lirih Kyra memohon.

"Bahkan itu semua gak cukup buat ngebayar rasa sakit kamu," balas Naka tajam.

Kyra mengangguk, "Oke, aku enggak bakal kembali sampai Papah minta. Aku bakal tetap stay disana. Tapi, Papah harus janji buat gak nyentuh Sekala lagi," ujar Kyra bergetar.

"Kalau Papah gak perduli sama dia, setidaknya pikirin bunda Starla yang sedih ngelihat kondisi putra kesayangan nya. Papah pernah punya putra, i know you can feel it." ujar Kyra berusaha membujuk Naka.

"Biarkan ayah nya yang bakal menghukum dia, biarkan rasa bersalah dan penyesalan yang menghukum dia." timpal Kyra lagi.

Melihat tatapan Kyra yang memohon, Naka mengangguk walaupun setengah hati. Hanya untuk putri nya yang sudah kelihatan putus asa.

"Papah janji." ujar Naka lembut.

Kyra tidak dapat menahan senyum nya, juga air mata yang ikut turun beriringan dengan senyum lebar dan tulus nya.

"Kyra tau Papah gak mungkin setega itu ngelihat aku memohon sampai nangis," ujar Kyra sembari terkekeh pelan.

Naka mengukir senyum hangat nya, "Papah mau peluk Kyra," ujar Naka.

Kyra berjalan menghampiri Naka, melesak masuk kedalam pelukan hangat cinta pertama nya. Satu-satu nya lelaki selain Bara yang selalu mengusahakan kebahagiaan nya.

Sekalipun Naka menyakiti nya dalam keadaan sadar, Kyra tahu bahwa pria itu tidak pernah sedikitpun memiliki niat untuk menyakiti nya. Dia hanya terlalu mencintai putri satu-satu nya, ia hanya terlalu benci melihat putri nya menangis dan terluka.

"Jangan pernah lupa, kalau Kyra punya Papah buat selalu diandalkan," bisik Naka lembut tepat di telinga Kyra.

Kyra tersenyum tipis, "Kyra bakal selalu mengandalkan Papah," balas Kyra yang berhasil membuat Naka tersenyum.

"Masih ingat gak dulu Papah pernah ngomong apa sama kamu?"

Kyra mengurai pelukan kedua nya, memilih bersandar di dada bidang Naka, "Kesedihan memang sebagian dari hidup, tapi selagi Papah masih bernafas, Papah bisa janji kalau semua nya akan tetap baik-baik aja," ujar Kyra mereka ulang perkataan Naka berbelas tahun silam.

"Dan Papah gak pernah ingkar sama Kyra," ungkap Kyra senang.

Naka tersenyum sembari mengusap pipi Kyra lembut, "Maaf, kalau Papah terlalu keras didik Kyra," ujar Naka tulus.

"You dont have to say sorry, Papah. Kyra seneng bisa jadi putri Papah." ucap Kyra tulus.

Naka kembali mendekap Kyra, "Terima kasih sudah begitu kuat, Kyra." ujar Naka tulus.

Kyra terpaku, jantung nya berdetak lebih cepat, pikiran nya membawa kepada memori beberapa waktu yang lalu.

"Makasih juga udah jadi begitu tangguh dan kuat."

Ucap Sekala kala itu. Satu-satu nya ungkapan terima kasih yang begitu menyakiti Kyra kemudian. Ungkapan terima kasih yang kemudian membawa nya pada rasa sakit yang menyesakkan.

"Kamu bakal pergi besok pagi,"

Perkataan Naka membuyarkan lamunan Kyra. Kyra mengangguk lalu tersenyum kecil, "Jam berapa, Pah?" tanya Kyra.

"Jam sembilan. Kamu dan mamah bakalan diantar sama Gerald," ujar Naka sembari mengusap rambut Kyra.

Kyra mencebik, "Papah gak mau anter Kyra? Kita bakal gak ketemu lama." rajuk Kyra dengan bibir yang mengerucut.

Naka terkekeh, ia mencubit pelan hidung Kyra, "Besok Papah ada pertemuan penting. Jangan khawatir, Papah bakal sering kunjungi kamu dan mamah disana," ujar Naka menenangkan.

Kyra mencibir, "Lupa, Papah bucin banget sama Nyonya Kara," cetus Kyra.

Naka tertawa geli lalu mencium pipi Kyra sayang, "Papah juga bucin banget sama Kyra," Kyra tertawa geli mendengar nya.

"Mual ih!" ejek Kyra.

Naka menggeleng pelan, "I love seeing you happy," ungkap Naka.

Kyra tersenyum kecil, "Papah jangan khawatir, selamanyaaa senyum ini bakalan cuman untuk Papah," seru Kyra.

Naka memasang raut mengejek, "Bohong banget. Kamu itu kalau pacaran bucin, Kyra," ejek Naka.

"Papah ih! Jangan buka kartu dongg!" kesal Kyra.

"Kyra! Mamah beliin kamu jedai baru!" seru Kara antusias.

Wanita cantik itu tadi berpamitan pergi sebentar guna membeli kebutuhan untuk besok. Terbukti dengan beberapa kantong besar yang dibawa oleh dua orang pengawal Naka.

Kyra menepuk sofa di samping nya dengan senang, mengajak Kara untuk duduk di samping nya.

"Mamah beliin kamu sepuluh, biar enggak hilang-hilangan lagi," cetus Kara sembari menunjukkan jedai dengan warna yang berbeda.

Naka menggeleng, "Tiga hari juga ilang," celetuk Naka santai.

"Papah!!" seru ibu dan anak itu bersamaan, tidak terima dengan ujaran Naka.

Kara mengumpulkan rambut Kyra menjadi satu, membentuk nya menjadi satu gelombang indah. Anak rambut di depan Kara biarkan terurai agar putri nya semakin terlihat manis.

"Kyra pengen potong rambut," celetuk Kyra yang sedang berkaca di ponsel Kara.

Kara mengedikkan bahu nya, "Izin sama Tuan Naka," ucap Kara santai.

"Enggak berani, Mamah!" rengek Kyra sembari memeluk Kara erat.

"Kyra Papah mau minta maaf," Kara dan Kyra sontak menoleh kepada Naka yang sedari tadi fokus memperhatikan mereka berdua.

Kyra menatap Naka bingung, "Maaf? For what?" tanya Kyra bingung.

Naka membasahi bibir bawah nya dengan lidah, "Maaf karena Papah gak bisa nyentuh Bulan. Karena itu permintaan terakhir Bara." ujar Naka berusaha memberi pengertian sebaik mungkin kepada Kyra.

Kyra terdiam, ia menyelami bola mata Naka yang warna nya sangat mirip dengan bola mata milik nya, "Aku sekarang tau kenapa aku gak pernah sanggup nyakitin dia,"

Kyra tidak lagi menatap Naka. Netra nya fokus pada sebuah bingkai foto yang terpajang indah. Gambar diri nya dan Bara sewaktu masih kecil.

"Selain aku begitu mencintai Sekala. Aku juga gak bisa nyakitin salah satu bagian terpenting dari hidup bang Bara."

***

Pria jangkung dengan punggung tegap menatap nanar gerbang tinggi di hadapan nya. Ia kembali melirik kepada ninja hijau nya yang bertengger di samping nya.

Bintang menghela nafas nya, ia menekan sebuah tombol di samping kanan gerbang. Lalu seorang pria bertubuh tinggi dan berisi, mengenakan pakaian hitam menghampiri Bintang.

Sanjaya's guard.

Begitulah tulisan yang dapat Bintang baca di sisi kanan seragam pria itu. Bintang menelan saliva nya, jadi Sanjaya seketat dan semengerikan ini?

"Cari siapa?"

Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Bintang. Ia menyugar rambut nya yang berantakan akibat helm.

"Bisa saya ketemu Kyra?" tanya Bintang to the point.

"Maaf, non Kyra sedang tidak diizinkan bertemu siapapun." jawab lugas pengawal Naka.

Bahu Bintang merosot, "Sebentar aja, apa gak bisa?" Bintang masih berusaha mencoba.

Pengawal tersebut hendak kembali menjawab, namun gadis dengan rambut coklat di cepol tinggi yang memperlihatkan leher jenjang nya, mengalihkan perhatian mereka.

"Bintang?" beo Kyra kala melihat Bintang.

Manik mata Bintang bersinar indah kala melihat Kyra baik-baik saja. Sejujur nya, Bintang sangat mengkhawatirkan kondisi gadis itu karena sudah lama mereka tidak bertukar kabar.

"Rara, lama gak ketemu," sapa Bintang dengan senyum tipis nya.

Kyra menatap pengawal Naka, "Pak, biarin dia masuk," tahu pengawal Naka akan menolak, Kyra memotong nya cepat.

"Dia bukan teman-teman Sekala," ujar Kyra berusaha sesantai mungkin. Namun, sekeras apapun Kyra menyembunyikan kesedihan nya, Bintang tetap akan tahu.

Gerbang di buka lebar, saat Bintang hendak memasukkan motor nya, pengawal lain dengan seragam yang sama mencegah nya.

"Tuan Naka hanya memberi waktu sepuluh menit." ujar nya sembari setia berdiri di samping Kyra.

Kyra menghela nafas lelah, ia meraih tangan Bintang untuk di genggam. Bintang terkesiap, mata nya mengerjap pelan. Namun, itu tidak berlangsung lama ketika Kyra masuk kedalam pelukan nya.

Tanpa ragu, Bintang balas memeluk erat. Mengabaikan puluhan mata pengawal Naka yang menatap nya datar.

"Boleh enggak, kalau gue bilang gue kangen banget?"

Kyra tersenyum kecil mendengar gumaman Bintang di dalam ceruk leher nya. "Lo baik-baik aja kan?" tanya Kyra.

Dapat Kyra rasakan Bintang mengangguk di dalam pelukan nya.

"Bin,"

"Hm?"

"Lupain gue ya?"

Bintang tertegun, mengurai pelukan kedua nya. Menatap Kyra dengan sedih. "Kenapa?" tanya Bintang sesak.

Kyra tersenyum tipis, "Kita nggak bakal pernah sama-sama, dalam artian lebih." ujar Kyra lembut namun sangat menyakiti Bintang.

"Sekala?" tukas Bintang.

Kyra mengangguk pasti, "Jangan jadi dia buat dapatin gue," tutur Kyra.

"Gue bisa jadi apapun yang lo mau," ujar Bintang dengan suara serak nya.

"Masalah nya itu orang nya, bukan cara nya, Bintang," ujar Kyra lembut.

Kyra mengusap rahang Bintang yang mengeras, "Jangan jadi bodoh buat terus berusaha masuk di hidup orang yang enggak pernah mengakhiri masa lalu. Jangan mau jadi bayang-bayang orang lain." Kyra menggantung ucapan nya dengan sesak.

Air mata menggenang di pelupuk mata nya, "Gue perempuan penuh kerusakan, Bintang." Kyra tersenyum di setiap kata yang ia ucapkan.

Menujukkan kepada Bintang dan dunia seberapa kuat diri nya untuk berdiri di kedua kaki nya sendiri, "Gak ada yang bisa ngobatin nya--,"

"Bisa! Gue bisa! I can fix that!" sela Bintang cepat.

Kyra terkekeh kecil, "Enggak Bintang. Gak ada yang bisa memperbaiki segala yang rusak di hidup gue, kalau bukan gue orang nya." tutur Kyra.

Bintang menatap Kyra berkaca-kaca, tampak sekali tak ingin kehilangan gadis itu, "Kasih gue satu kesempatan buat berdiri di samping lo, kasih gue satu kesempatan buat memayungi disaat kesedihan mengguyur hidup lo Kyra..," lirih Bintang memohon.

Kyra menggenggam erat tangan Bintang, "Kesempatan itu ada. Tapi bukan milik kita berdua, melainkan milik lo sendiri, Bintang," jelas Kyra.

"Kenapa di patahin satu orang, lo nutup hati buat semua orang?"

Kyra tertampar lagi dengan kata-kata itu. Ia menatap Bintang yang menatap nya begitu tulus, begitu teduh, dan begitu sayang.

Kyra bisa merasakan hal itu. Kyra bisa merasakan rasa cinta yang Bintang berikan kepada nya. Bintang selalu ada dikala Kyra membutuhkan sandaran. Laki-laki itu selalu ada di titik terendah nya. Sosok yang berdiri di depan nya ini, selalu memperlakukan Kyra dengan baik.

Tega kah Kyra mengabaikan cinta tulus yang Bintang berikan kepada nya?

Apakah kini Bintang adalah kisah awal nya dalam menyusuri jalan baru?

"Non, sudah sepuluh menit."

Kyra melepaskan genggaman tangan Bintang yang semakin mengerat. Sebelum ia benar-benar masuk, Kyra menatap Bintang dalam.

"Bintang, should we try?"

Bintang tersenyum lebar kemudian.

***

"Gue mau balik ke Singapura."

Keempat inti Bertha menatap Aleser bingung sekaligus kaget.

"Dih? Ngambek lo?!" sewot Arkan. Aleser menggeleng lemah, "Gak bisa move on gue disini, Kan," lirih Aleser.

Arkan tertawa mengejek, "Bangun lah! Cewek banyak, coba buka mata lo sesekali!" ujar Arkan menyemangati.

Zaki mengangguk setuju, "Jangan lari lagi Lard, lo itu cuman menghindari, bukan menyelesaikan masalah." ucap Zaki yang membuat Aleser terdiam.

"Gak semua orang itu dihadirin di hidup kita buat menemani sampai akhir," ujar Sakti yang dari tadi menyimak.

Aleser menatap Sakti, "Kyra belum mau mimpin Bertha, lo punya tanggung jawab besar disini." ujar Sakti lagi.

Mendengar nama Kyra, Zaki menjentikkan jari nya, kemudian bahu nya merosot lemas. "Gue denger-denger, Kyra bakal ke New york," cetus Zaki sedih.

Aleser melotot kaget, "Lah? Ngapain dia kesana? Bukan nya sekolah?!" tanya Aleser kaget.

"Self healing i guess,"

Stevan yang sedari tadi sibuk dengan stik PS nya, menoleh cepat kepada keempat sahabat nya, "Dih, ngaco lo Sak!" cetus Stevan.

"Her life full of brokenness, Stevan." ujar Sakti tenang namun penuh makna.

Arkan sontak menoleh ke arah Aleser, membuat cowok bertato itu mendelik sebal ke arah nya, "Iya Kan! Ngaku gue mah, setan lu!" sungut Aleser.

"Banyak hal yang rusak di hidup dia, yang harus segera dia benahi, by her self." timpal Sakti lagi.

Masih fokus dengan stik PS di genggaman nya, Stevan menyeletuk, "Itu anak kuat banget anjing. Gak mau banget sampai orang tau kalau dia lagi berantakan nyaris gila."

"Bangsat Stevan!" seru Aleser kesal.

Zaki menerawang ke depan, memerhatikan sebuah bingkai foto seorang lelaki dengan senyum terbaik nya, memakai jaket kebesaran Ketua BERTHA dengan gagah nya.

"Kalau Bara masih di sini, Kyra gak mungkin sekacau ini kan?" gumam Zaki sedih.

Bukan perkara mudah BERTHA bangkit setelah kematian ketua mereka. Kematian tiba-tiba yang membuat mereka semua terpukul. Bara adalah pria hangat, ramah, dan perduli.

Sakti ikut menatap arah pandang Zaki, menyunggingkan sebuah senyum kecil. Senyum kerinduan.

"Bara diatas sana pasti bangga banget kan, Sak?" Arkan bertanya kepada Sakti.

Sakti mengangguk, "Dia pasti bangga, karena adik nya masih tetap bisa hidup, walaupun berkali-kali terbunuh dari dalam." ujar Sakti.

"Fak! Cukup topik ini! Gue mau nangis bajingan!" sela Aleser dengan wajah yang memerah.

Kehilangan kekasih, juga kehilangan sahabat merupakan pukulan kuat untuk Aleser Elard Zephyr. Apalagi ia mengetahui kematian Bara kala sosok itu sudah seminggu di kebumikan.

"Halo Bang Stevan?"

Keempat pria itu menoleh kepada Stevan yang kini tidak menggenggam stik PS, melainkan ponsel nya.

"Lo besok mau ke New York? Ngapain hah? Lari dari masalah yang mana satu lo?!" cerocos Stevan.

Kyra terkekeh pelan di sebrang sana, membuat keempat pria itu mengelilingi Stevan karena juga ingin berbicara dengan Kyra.

"Masalah gue kebanyakan,"

"ANJING LO!" seru Arkan. "Heh bumbu pecel! Lo mau gue sentil hah?!" sewot Arkan.

Kyra tertawa lagi, "Lo mau ngelihat gue gila disini? Ngedekam di RSJ? Mau lo?"

Mereka saling berpandangan, walaupun Kyra mengucapkan dengan nada bercanda, mereka tahu bahwa gadis itu serius dengan ucapan nya.

"Kyra." panggil Aleser dengan suara berat nya.

"Hm? Dont worry, i'll be fine."

"Jangan lupa kalau kamu punya kita semua. Jangan terus-terusan bertingkah sok kuat. Let the tears down." ujar Aleser.

"Udah terlalu banyak air mata. Tired as fuck."

"Jangan ngumpat lo bocah!" seru Zaki.

"Anjing, bangsat, babi, mony--,"

"Lo gak bisa bohongin kita semua." Sakti berucap dengan nada dingin.

"Gue gak lagi bohongin siapa-siapa. Gue beneran gak mau gila dengan terus-terusan disini."

Arkan menggertakkan rahang nya, "Gue cari Sekala anjing! Gue habisin itu anak! Gak perduli kalau Batara sama Bertha war!" ujar Arkan penuh amarah.

"Hey, its not about him. Ini soal gue dan diri gue yang memang berantakan, Bang."

Kelima inti Bertha tertawa remeh, Kyra mencoba membohongi mereka? Kyra pikir mereka bodoh? Kyra pikir mereka tidak mencari tahu soal gadis itu? Kyra pikir mereka berhenti menjaga diri nya?

Its totally not. Mereka selalu berada di belakang dan depan Kyra, menjaga gadis itu layak nya harta berharga. Hanya saja, mereka baru tahu segala yang terjadi sekarang, di karenakan informasi mengenai Altair Sekala sangat sulit di kulik.

"Toxic relationship, am i wrong? Hm?" ujar Stevan seraya menyeringai kecil.

Kyra di sebrang sana terdiam. Zaki berdecak, "Lo itu emang bego Kyra! Kenapa lo gak pernah cerita? Kenapa lo tetap milih bertahan sama dia hah?!" semprot Zaki.

Arkan mengangguk setuju, "Lo gak belajar apa dari pengalaman lo sama Aleser? Lo emang mau nunggu di todong pistol lagi hah?!"

"Bangsat, gue lagi yang kena." umpat Aleser.

"I was love him."

Sakti menggeleng, "Jangan jadiin alasan itu buat ngehancurin diri sendiri," ujar Sakti.

"Gue gak mau ngerasain kehilangan lagi, gue gak mau ngerasain sakit yang sama waktu ditinggal bang Bara dan Aleser. Gue tau banget gimana rasa nya ditinggal, so that's why i choose to stay."

"Kehilangan seseorang yang udah lo cinta banget, gak bakalan gampang buat bangkit setelah dia pergi dari hidup kita. Gue pernah dimasa itu dan gue gak mau lagi." sambung Kyra dengan nada bergetar yang sekuat mungkin ia tahan.

"But, he hurts me so fuckin' damn."

Aleser mengusap wajah nya kasar, kedua telinga nya memerah, "Lo lebih baik gak usah hidup dari pada harus ketemu sama cowok brengsek kaya gue dan Sekala." sentak Aleser kasar, lalu cowok itu meninggalkan keempat sahabat nya yang mematung memandang punggung nya.

"Sorry, Ra. Elard masih gak bisa maafin diri dia sendiri," ucap Stevan memeberi pengertian, karena mereka yakin Kyra mendengar jelas ucapan Aleser dengan nada kasar nya.

"Biarin aja dia, ntar juga kalau udah punya pacar malu sendiri bucinin gue sampe segitunya,"

Mereka tersenyum mendengar kekehan kecil Kyra. Masa bodoh dengan tawa itu asli atau palsu, yang pasti mereka bisa memastikan bahwa gadis itu tidak separah dulu. Yang bahkan untuk mengangkat satu sudut bibir nya saja sangat sulit.

"Jadi, berapa lama lo disana?" tanya Zaki.

"Sampai papah yang suruh balik."

"Jadi kalau bokap lo minta balik lima tahun lagi, lo bakalan balik lima tahun yang akan datang?"

"Iya. I would back, if tuan Naka allow me."

Arkan mencebik, "We will miss you," ujar Arkan sebal.

"I know,"

"Setan!" kesal Arkan, membuat Kyra tertawa.

"Jam berapa lo flight?" tanya Sakti.

"Jam sembilan pagi."

"Boleh anter?" tanya Stevan mewakili perasaan mereka.

"No need. Papah belakangan ini lagi over, gue gak mau kalian kena semprot."

"We can handle it." ujar Sakti.

"Gak. Gak usah."

Zaki berdecak mendengar penolakan gadis itu, "Yaudah! Awas lo gak balik!" ancam Zaki.

"Jangan sentuh Sekala selama gue gak ada. Gue bisa tahu, dan gue bakal stay disana sampe mati kalau lo pada ketauan sentuh dia."

Kyra menghafal baik karakter kelima pria tersebut, pasti mereka sudah terbesit rencana licik dan sebuah pembalasan.

"Janji?"

Arkan mendumel, "Gak boleh janji-janji!" ketus Arkan.

"Fine, i wouldn't back anymore."

Arkan dan Zaki melotot, "IYA YAALLAH! SETAN LU!" seru kedua pria itu bersamaan.

Kyra tertawa, "Thank you, itu udah bantu ngeringanin beban fikiran gue."

Stevan mendelik, "Berhenti pikirin orang lain bocah!" ucap Stevan sebal.

"Dia bukan orang lain, he wasn't my everything, till we be nothing."

"BACOT!" seru Stevan, Zaki, dan Arkan.

Sakti tertawa, "Oke, i'll be wait for a new Kyra." ucap Sakti lembut.

"Jangan berharap banyak ya sama gue? Jangan terlalu khawatir juga. I'll be fine, as a promise."

Sakti kembali tersenyum, "See you soon, safe flight sweetie."

Terdengar tawa renyah Kyra, "Okey, jaga diri ya, gue bakal balik, thank you for everything you've done to me." ujar Kyra tulus.

"SAKTI AJA!" kesal Stevan, Arkan, dan Zaki.

"Hey, jangan marah. Buat semuanya kok, dadah!"

Belum sempat membalas, Kyra lebih dulu mematikan sambungan nya, membuat ketiga pria itu mengumpat.

"The way universe work."

***

"

Semua udah siap?" tanya Naka kala Kyra dan Kara turun menggeret koper nya.

Naka meneliti pakaian Kyra dari atas hingga bawah, putri nya itu tampak sangat cantik dan elegan. Mewajarkan banyak pria yang jungkir balik untuk mendapatkan nya.

Dan menyayangkan kala menyadari fakta bahwa putri nya selalu di sakiti oleh lelaki pilihan nya.

Kyra mengeluarkan rambut coklat tebal nya dari blazer coklat yang ia kenakan, "Udah, Pah," jawab Kyra sembari mengaitkan jam tangan pada tangan kiri nya.

Tanpa sengaja, pandangan nya jatuh kepada gelang hitam yang melingkar di tangan kanan nya. Gelang milik pria itu, pria yang sampai sekarang masih menempati hati nya.

Tersenyum kecil sebentar, ia tidak berniat melepaskan gelang itu sama sekali. Biarlah Kyra tenggelam dengan kenangan mereka. Biarlah Kyra membawa kenangan nya ini bersama nya.

"Hati-hati dijalan sayang, kabarin aku kalau sampai," Kyra kembali kepada kenyataan kala Naka memeluk Kara erat, dan melayangkan ciuman dalam nya di kening Kara.

"Nanti ketemu lagi, ingat, jangan langsung cari pacar," pesan Naka kala Kyra masuk kedalam pelukan nya.

Kyra mencibir, namun tersenyum lebar kala Naka melayangkan ciuman nya di pipi Kyra, "Papah cinta kamu,"

"Aku juga sayang Kyra."

Naka terkekeh, lalu beralih pada Gerald, "Drive safe," ujar Naka.

"Sure, Sir."

"Dadah, Pah!" seru Kyra sembari melambai kepada Naka sebelum masuk ke dalam mobil.

Naka tersenyum, berdiri di depan pintu rumah, memastikan bahwa anak dan istri nya sudah keluar dari mansion.

New York. Kyra akan memulai hidup nya yang baru disana. Melupakan segala jenis luka dan kepahitan yang sempat tinggal di hidup Kyra. Menempuh bahagia baru, yang tidak ia dapatkan disini.

"Sayang?" panggil Kara yang sedari tadi memerhatikan Kyra melamun sembari menatap jalanan.

Kyra masih tidak menggubris, tatapan nya kosong dan sendu. Kara tau bahwa gadis itu berusaha kuat untuk berpura-pura tegar di depan Naka.

"You wanna see him?"

Pertanyaan Kara berhasil membuat Kyra menatap nya.

Kyra menatap Kara sendu, "Can i?" lirih Kyra sedih.

Kara tersenyum kecil, ia mengusap rambut Kyra, "Iya sayang, kita jenguk sama-sama ya?"

Kyra lantas memeluk sang ibu erat. Menempatkan diri nya di pelukan ternyaman dan terhangat milik Kara.

"Makasih, Mamah. Kyra sayang banget sama Mamah," gumam gadis itu.

Kara mengangguk, "Gerald, ke rumah sakit sebentar, dan make sure Naka gak tahu, can you?"

Gerald terdiam beberapa saat, pesan Naka adalah untuk langsung mengantarkan mereka ke bandara. Namun, melihat tatapan memohon Kara dan bola mata sedih Kyra, membuat pria itu tidak tega.

Kara adalah orang yang mengenalkan Gerald kepada Naka, karena kejadian yang hampir merenggut nyawa istri dari Naka Samudera Sanjaya itu.

Dengan senyum tipis, Gerald mengangguk, "I will."

Lima belas menit jarak yang mereka butuh kan untuk menuju rumah sakit, setiba disana Kyra turun dengan tergesa. Berlari meninggalkan Kara dan Gerald yang berjalan di belakang nya.

Kara membiarkan gadis itu, ia sangat paham apa yang dirasakan oleh putri nya. Serba salah. Antara maju dan mundur. Antara memaafkan dan mengulang, atau membenci dan pergi.

Kyra membuka ponsel nya, mengscrool pesan nya dan Cakra beberapa hari yang lalu. Guna melihat pada ruangan berapa Sekala di rawat.

"I got you." gumam Kyra kala berhenti di ruangan VVIP.

"KYRA?!" seru Darel, Cana, dan Virgo kaget.

Tanpa menghiraukan ketiga sahabat Sekala yang berseru heboh, Cakra yang kaget, dan Xavier yang tetap pada biasa nya, ia menerebos masuk ke dalam ruangan Sekala.

"Al...," tangis gadis itu pecah melihat kondisi Sekala yang terbaring jauh dari kata baik-baik saja.

Rasa rindu, khawatir, bersalah, sakit, semua berbaur menjadi satu kala melihat Sekala terbaring lemah di ranjang nya. Bola mata hitam kelam kesukaan nya itu, tertutup damai. Bibir yang sering menyakiti nya lewat kata-kata itu tampak pucat. Wajah tampan itu sedikit menirus, dengan kantong mata hitam di bawah nya.

Kyra memaksakan kaki lemas nya untuk berjalan menghampiri Sekala yang tengah tertidur. Kyra duduk di kursi tepat di samping kanan ranjang Sekala, ia meraih jemari itu yang tampak dingin. Membawa nya untuk ia genggam.

Kyra menahan isakan nya yang hendak keluar, "Maaf baru datang...," lirih Kyra dengan air mata yang kembali membasahi pipi nya.

Kyra semakin mengeratkan genggaman nya dan Sekala, "Al nya aku harus sembuh, harus balik kaya dulu. Harus jalan kembali tanpa aku di samping kamu, tanpa ada kata kita di hidup kamu...," ucap Kyra sesak.

Kyra membawa tangan Sekala untuk di cium nya, "Aku sayang kamu, aku sayang kamu, gak bakal cukup mendeskripsikan kamu hanya dengan kata aku sayang kamu dan aku cinta kamu, Al." jelas Kyra.

Ia membawa tangan Sekala ke pipi nya, seolah Sekala tengah mengusap pipi dan air mata nya. Tangis gadis itu kembali pecah.

"M-maaf...," ujar Kyra bergetar.

"Semesta emang gak menakdirkan aku dan kamu bersatu dalam kata kita. Bintang Altair, bintang paling terang di rasi Aquila. Tapi, Aquila yang ini..," Kyra menggantung ucapan nya sembari menunjuk diri nya sendiri.

"Aquila yang ini kelam, Aquila yang ini gak ada cahaya buat hidup nya sendiri, kamu gak bakal bersinar terang kalau tetap tinggal dengan Aquila yang ini, Al...," lirih Kyra.

Kyra meraba wajah Sekala lembut, menggigit bibir bawah nya kuat, menahan tangis yang kembali memaksa keluar.

"Aku.., a-aku..,"

Kyra tidak sanggup melanjutkan kata-kata nya hingga gadis itu memilih menenggelamkan wajah nya di dada Sekala sembari menangis tersedu-sedu.

Kyra yakin bahwa Sekala di beri obat bius, karena pria itu adalah pria yang gampang terjaga. Ia akan terbangun kala mendengar suara, atau hal yang mengusik tidur nya.

"Nanti kita ketemu lagi ya? Ketemu di titik terbaik menurut takdir. Ketemu lagi disaat semesta udah bersetuju. Jangan lupain aku ya? Aku bakal sedih banget kalau di lupain sama kamu." isak Kyra.

"Jangan sering merokok, makan yang teratur, jangan suka berantem, jangan suka kebut-kebutan. Jangan jadi cowok jahat ya? Hidup kamu gak bakal berantakan cuman karena di tinggal aku, aku yakin...,"

Kyra melepaskan diri nya dari Sekala, ia tersenyum tipis. Menatap wajah Sekala beberapa saat, merekam wajah tampan ini di dalam memori nya. Mengingat setiap lekuk wajah Sekala, karena ia tidak ingin benar-benar menghapus Sekala dari hidup nya.

"Thank you, my best ever heartbroken."

Setelah itu Kyra mendaratkan ciuman nya pada kening dan bibir Sekala.

Darel menatap ke langit-langit rumah sakit, menahan air mata yang hendak jatuh. Begitu juga sahabat Sekala dan sahabat Kyra yang lain nya.

Zemira menyeka air mata nya kasar, "Brengsek, Sekala beruntung banget Kyra secinta itu sama dia." ujar Zemira.

Mata Kirei kembali memanas, "Kyra, lo perempuan dengan hati paling tulus. Lo temen gue paling baik sial." ujar Kirei diiringi isakan kecil nya.

Aurel tersenyum kecil, "Dia ngambil keputusan yang benar," ujar Aurel.

Lalu tak lama, Kyra keluar dari ruangan Sekala. Bersitatap dengan ketiga sahabat nya dan memeluk ketiga perempuan itu erat.

"Baik-baik ya, jangan nakal bangsat," gurau Kyra di sela tangis nya.

"Pergi jauh, pergi sejauh mungkin. Tapi lo harus janji, lo harus balik bawa kebahagiaan," ucap Zemira ikhlas.

"Janji, gue janji,"

"Non Kyra, waktu kita sudah tidak banyak," Gerald melerai acara pelukan itu.

Aurel mengelus bahu Kyra lembut, "Kita bakal nunggu, gak bakal ada kok yang gantiin posisi lo," ujar Aurel membuat Kyra terkekeh kecil.

Kyra beralih menatap keempat sahabat Sekala, lalu tersenyum lebar kemudian, "Titip ya?" pinta Kyra dengan suara serak dan mata berkaca-kaca.

"Jangan biarin dia ngerokok terus," ucap Kyra bergetar.

Mereka mengangguk, memberikan Kyra senyuman kecil tanda mereka akan melaksanakan dan merelakan Kyra pergi.

"Pamit."

***

HALOO SEMUAA? KANGEN GAKK? NUNGGU NYA LAMA YAA? AKU BALIK LAGI BAWA KESEDIHAN WKWKWK!😃✋💛

Gimana? Mau end sampai disini aja? Tim happy ending atau sad ending nih kalian? Oleng enggak ke kapal sebelah?😜😹

komen emot "⭐🌌✨👑" buat penumpang kapal BintangKyra!

komen emot "💀🐯☔👑" buat penumpang SekalaKyra!

udah vote dan komen kan? make sure kalian udah vote dan komen setelah/sebelum baca part inii, okiii?👍✨

bantu aku buat share cerita sekala yaa, kalian bisa promosiin lewat tiktok, instagram, wa, atau kasih tau temen temen kalian, makasih banyak atas bantuan nyaa temen temen!😻💗

stay healthy ya kalian semuaa, istirahat yang cukup, minum air putih yang banyak, dan makan yang teraturr, minum susu juga vitamin yaa di kondisi kaya ginii!✨💗

segitu aja dari aku, sampai ketemu di next part sekala yaa, bubayy!😻

salam sayang ;
naylaoreo🙋💜

bonus pict ;

Aquila Kyra

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 60.8K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPPE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...
623K 52.2K 34
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
2.1M 74.4K 44
Jangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus g...
2M 110K 53
PART MASIH LENGKAP. "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan deng...