Gabrielle's [COMPLETED]

By StyllyRybell_

2.1M 143K 11.7K

WARNING THIS IS ADULT, DDLG, BDSM CONTENT! #1 in Sexy #1 in Rich #1 in Life #1 in Classics #1 in WIAIndonesia... More

Prologue
Chapter 1 : Stone
Chapter 3 : Priority
Chapter 4 : Ashes
Chapter 5 : Godfather
Chapter 6 : Stanza Della Penitenza
Chapter 7 : Purity
Chapter 8 : Insane
Chapter 9 : Gabrielle's
Chapter 10 : Drunk
Chapter 11 : No
Chapter 12 : Different Guy
Chapter 13 : Stagione di Purificazione
Chapter 14 : Untouchable
Chapter 15 : Scent
Chapter 16 : Case
Chapter 17 : Warn
Chapter 18 : Scenario
Chapter 19 : World Spin Around Us
Chapter 20 : Lose Me
Chapter 21 : Dejected
Chapter 22 : Fiend
Chapter 23 : Other
Chapter 24 : Fight
Chapter 25 : Break
Chapter 26 : Last Time
Chapter 27 : Region
Chapter 28 : Fearless
Chapter 29 : If You Can't be Mine
Chapter 30 : Lily's Betrayal
Chapter 31 : Gabrielle's Disappointment
Chapter 32 : Goddess
Chapter 33 : Blue Moon
Chapter 34 : Better Plan
Chapter 35 : Gabrielle
Chapter 36 : Dampen Emotions
Chapter 37 : Give Up
Chapter 38 : The Truth
Chapter 39 : Gabrielle's Love
Chapter 40 : Haunted
Chapter 41 : Treasure
Chapter 42 : Sweet Dream
Chapter 43 : Black Rose
Chapter 44 : 大圈仔
My Red Cinderella
Chapter 45 : Guilty
Sorry
Chapter 46 : Prey Eat Bait
Chapter 47 : Force Lily
Chapter 48 : Fake Angel
Chapter 49 : The Consequences
Chapter 50 : I Don't Need It
Hari ini Gak Update
Chapter 51 : Damn God
Trailer
Chapter 52 : Ecstasy
Chapter 53 : The Disobedient Girl
Chapter 54 : Mess
Chapter 55 : Force
Chapter 56 : Nightmare
Chapter 57 : End
Chapter 58 : Courage
Chapter 59 : You are the one
Epilogue
QUIZ BERHADIAH
Extra Part I
Extra Part II
Extra Part III
Extra Part IV
Extra Part V
Gabrielle's Season 2

Chapter 2 : Drowned

68.1K 4.1K 178
By StyllyRybell_

La Righello Mansion | Turin, Italy
02.02 AM

Letizia mengikuti langkah Gabrielle di depannya, pria itu terlihat kesal, sudah pasti karena Letizia yang memaksa pergi ke sana tanpa izin. Ya, ia memang dilarang mendatangi Daddy-nya itu. Ia pun menyentuh tangan Gabrielle dari belakang, membuat sang empunya berhenti melangkah.

"Daddy." Gabrielle berbalik tenang, menatap gadis cantik di depannya. Sementara Letizia memberikan tatapan memohon. "Ayo ajari aku ciuman. Kau tidak mengizinkan aku dekat dengan siapa pun dan aku dianggap aneh oleh Maria karena tidak pernah berciuman juga bercinta."

Gabrielle diam sesaat, masih tenang di rautnya yang dingin, sebelum bibir tipisnya berucap, "Kau seharusnya memohon padaku untuk tidak menghukummu sekarang."

Letizia menunduk takut, sementara pria itu mengodekan sesuatu pada Ace. "What?" tanyanya sedikit panik. Gabrielle yang diam saja membuat Letizia segera menyusul langkah Ace, meninggalkan Gabrielle. Ia mengerutkan dahi mendapati Ace mengobrak-abrik lemari pakaiannya. "What are you doing, Ace?!" tanya Letizia melihat Ace mengambil beberapa lembar pakaian gadis itu sebelum membawanya keluar dan membakarnya. "Mengapa kau membakar pakaianku? Are you insane? Aku baru saja membelinya!"

"Tuan Gabrielle tidak menyukai pakaian Nona," jawab Ace meninggalkan Letizia.

Letizia mengerutkan dahi, itu pakaian-pakaian seksi yang baru saja ia beli tadi siang. Ia mengalihkan pandangan ke lantai dua di mana terdapat jendela kamar Gabrielle. Pria itu melepas jam tangannya sambil mengarahkan kepala agar Letizia pergi ke kamarnya.

Letizia menurut dengan langkah berat. Setelah ia sampai di kamar Gabrielle, ia langsung masuk tanpa perlu meminta izin, seakan-akan Gabrielle memang sudah menunggunya. Ia memerhatikan Gabrielle melepas kemeja putih dari tubuh sebelum melemparnya ke keranjang pakaian.

"Ke tempat tidur," perintah Gabrielle menuang wine-nya ke gelas kaca sebelum menenggaknya.

"Daddy!" panggil Letizia memohon. "Tidak terjadi apa pun tadi, bukan? Aku juga memenangkan pertandingan! Tidak ada yang menyentuhku seujung kuku pun!"

"Ke tempat tidur."

"Daddy!" pinta Letizia, ia tidak mau dihukum, itu menyakitkan. Namun, tatapan datar tidak bersuara Gabrielle terlihat begitu mengerikan. Ia pun menurut untuk membaringkan setengah tubuhnya dengan kaki masih di lantai, membelakangi Gabrielle.

Gabrielle melepas ikat pinggangnya. "Apri," perintahnya mendekati Letizia dengan sabuk di tangan. ¹[Apri (IT) = Buka].

Letizia melelehkan air mata. Mengabaikan rasa malu begitu menurunkan hotpants juga celana dalamnya, sebelum pukulan ia rasakan di bokongnya. Letizia meringis, memejamkan mata karena kesakitan, air mata kembali meleleh di sudut netra cantik itu. "Daddy, sakit." Namun, pukulan itu masih dilayangkan. "Daddy," lirihnya mencengkram seprai. "Daddy, aku menyesal, aku tidak akan nakal lagi!" pinta Letizia memohon, pukulan itu menyakitkan. "Daddy, perdonami!" ²[Perdonami! (IT) = Maafkan aku!]

Pukulan sabuk itu berhenti, Gabrielle menjatuhkan ikat pinggangnya dan menarik Letizia agar menghadapnya. Gadis itu masih menangis, membuat Gabrielle menenggelamkan wajah Letizia ke dada bidangnya. "Jangan pernah melanggar perintahku lagi, hm?"

Letizia mengangguk cepat. Ia mendongak, menatap wajah datar Gabrielle yang sedikit menautkan dahi. Ya, Gabrielle tidak suka menghukum Letizia, hanya saja pria itu memiliki pendirian, akan menghukum siapa saja yang menentangnya, termasuk Letizia.

Gabrielle menarik dagu Letizia. "Put on."

Letizia menurut untuk memakai celananya. "Boleh aku tidur di sini, malam ini?" tanya Letizia dengan tatapan memohon. Namun, ekspresi Gabrielle membuatnya kecewa lantaran pria itu seakan tidak mengizinkan. "Kumohon," pintanya.

Gabrielle menghela napas berat seiring mengalihkan pandangannya, sebagai tanda mengiyakan dengan terpaksa. "I'll be back," ucapnya meninggalkan Letizia.

Letizia tidak bertanya. Ia memilih menjelajahi kamar Gabrielle yang begitu indah dengan penataan khas Italia, lukisan kuno, lemari pahatan Eropa klasik, dan beberapa furnitur elegan lainnya. Merasa penasaran akan apa yang diperbuat Gabrielle tidak juga kembali, Letizia pun pergi ke kamar lain yang memang sering dikunjungi Gabrielle.

Begitu Letizia hampir mengetuk pintu, ia mendengar suara dari dalam sana, erangan keras seorang wanita. Letizia tercengang tepat di depan pintu lantaran bingung. Kekasih Gabrielle tidak ada di Turin dan akan kemari besok, lantas siapa wanita yang ditiduri Daddy-nya itu? Letizia menurunkan kembali tangannya dan pergi ke kamar Gabrielle tergesa-gesa, takut ketahuan mengumping. Entah bagaimana ia akan dihukum nantinya. Namun, perasaan Letizia jadi mengganjal mendengar suara-suara tadi.

Letizia duduk di atas kasur, mengusap wajah frustrasi, sebelum akhirnya memutuskan untuk membersihkan tubuh dengan shower menyala. Guyuran air membuat Letizia membaik. Ia pun keluar dengan baju handuknya. Betapa terkejutnya Letizia mendapati Gabrielle duduk di sofa dengan keringat membasahi tubuh atletisnya yang hanya ditutupi celana panjang.

"Ah, aku melupakan pakaianku di kamar!" seru Letizia memukul kepalanya pelan seiring menuju pintu.

"Where do you think you're going?" ucapan Gabrielle berhasil membuat gadis itu berhenti melangkah dan membalikkan tubuh untuk menatap lawan bicara. Tatapan Gabrielle menajam. "Kau ingin keluar dan memancing orang-orang dengan penampilanmu itu?" Melihat Letizia tidak mampu menjawab, Gabrielle melontarkan perintah, "Pakai kemejaku."

Letizia mengerjap-ngerjapkan mata. "Bagaimana dengan pakaian dalamku?"

"Tidak usah dipakai."

Letizia tertawa renyah karena mengira Gabrielle sedang bercanda dengannya, namun melihat pria itu tidak ikut tertawa seakan tidak bercanda, Letizia melongo. Apa? Bagaimana bisa ia tidur tidak memakai pakaian dalam bersama Gabrielle? Letizia masih punya malu! Apalagi ia masih perawan. Namun, jika Gabrielle memang akan menyerangnya, Letizia akan senang sekali karena ia ingin merasakan apa yang dirasakan orang dewasa, sebab ia dianggap aneh oleh Maria -pelayan pribadi Letizia- karena masih perawan.

"Apa yang kau tunggu? Ingin aku yang memakaikan pakaian?" tanya Gabrielle mengangkat sebelah alis. Pria itu pun berlalu ke kamar mandi.

Letizia menghela napas berat, menatap pantulan bayangannya dari cermin. Ia menjadi teringat cerita dari Ansell, bagaimana Letizia dibawa ke kehidupan Gabrielle. Pria itu membakar sebuah panti karena menginginkan Letizia di umur Gabrielle yang masih muda. Otak Letizia sedikit sulit menerima cerita Ansell, namun setelah memerhatikan kebengisan Gabrielle, hal itu tidak lagi diragukan.

Letizia tersadar dari lamunannya, sebab tidak bisa memungkiri sejak tadi bokongnya berdenyut sakit karena pukulan Gabrielle. Ia pun melepas bath robe di tubuhnya dan melihat bekas pukulan Gabrielle lewat cermin di depannya, memar. Pantas saja sesakit itu. Namun, terdengar suara pintu tidak lama setelahnya, Letizia buru-buru mencari kemeja Gabrielle dari lemari dan mengambilnya secara acak.

Begitu Letizia hendak memakai pakaian di tangannya, tubuh gadis itu meremang merasakan Gabrielle mendekat ke arahnya dan menunduk untuk menatap memarnya. Gabrielle terlihat mengerutkan dahi, seolah merasa bersalah. "S-sto bene," ucap Letizia karena hendak memakai pakaiannya. Lagi, ia malu setengah mati karena Gabrielle memandangi salah satu bagian tubuhnya yang cukup sensitif. Namun, bukannya mengindahkan perkataan Letizia, Gabrielle malah mencium bokongnya. "Daddy!" ³[Sto Bene (IT) = Aku baik-baik saja].

Gabrielle tidak peduli protesan Letizia. Pria itu mengambil obat dari PPPK yang ada di salah satu sudut ruangan sebelum mengoleskan obat itu ke bagian memar Letizia. Gabrielle berdiri dan menghadap gadis di depannya, menarik dagu Letizia untuk menatap lurus netranya. "Jangan pernah menentangku lagi, hm?" tekannya. Setelah melihat Letizia mengangguk pelan juga menahan malu dengan wajahnya yang merona, Gabrielle mengambil kemejanya dan memakaikan gadis itu.

Letizia pun menaiki ranjang dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal, lalu menurunkan suhu AC. Ya, ia ingin bersembunyi di balik selimut setelah apa yang diperbuat Gabrielle padanya tadi. Letizia melirik Gabrielle yang memakai celana boxer, namun buru-buru ia mengalihkan pandangan untuk mengambil ponsel Gabrielle dari atas meja. Ia memeriksanya. "Ada panggilan dari Vanessa. Dia juga mengirim pesan—"

"Letakkan kembali," potong Gabrielle cepat dengan dahi mengerut. Melihat Letizia menurut, ia pun berbaring tepat di samping gadis itu. Seperti biasa, Letizia memeluk manja, minta diusap kepalanya. Gabrielle menyeringai samar, mengelus lembut puncak kepala gadis itu.

"Daddy," panggil Letizia mendongak untuk menatap netra biru laut pria itu. "Boleh aku dapat hadiahku sekarang? Bukankah aku menang tadi?"

Gabrielle ikut menatap wajah Letizia, mengangkat sebelah alisnya. "Mengapa kau sangat ingin berciuman?"

"Aku penasaran," jawabnya pelan sambil memanyunkan bibir. Gabrielle masih diam, seolah tidak akan mengizinkan sehingga Letizia kembali bersuara, "Aku takut jika melakukannya dengan orang lain." Daddy-nya masih diam, alasan Letizia belumlah kuat. Ia mencoba berpikir. "Bantu aku beranjak dewasa."

Gabrielle tersenyum miring amat tipis, seolah iblis yang telah menyusun rencana di dalam kepalanya. Ia memejamkan mata. "Alright, go on."

Letizia tersenyum lebar. Ia pun mengecup bibir pria itu. Sementara Gabrielle kembali membuka mata, merasakan kecupan amat singkat di bibirnya, ia terkekeh pelan. "Tidak ada rasanya," komentar Letizia mendengus sebal. "Maria bilang rasanya seperti terbang ke atas awan."

Lagi, Gabrielle tertawa pelan mendengar hal itu. Entahlah, Letizia terlihat sangat menggemaskan dan ia ingin sekali mengerjainya. Gabrielle pun menyeringai jahat. "Use your tongue." Melihat Letizia terlihat bingung dengan dahi mengerut, Gabrielle menarik dagu gadis itu. Menyipitkan netra, seakan menekankan dalam aliran matanya yang memabukkan. "Rasakan dan pelajari," tekannya dengan suara berat memabukkan, sebelum mendaratkan kecupan di bibir Letizia.

Letizia memejamkan mata, suara seksi Gabrielle menggetarkan gendang telinga hingga merangsang ke seluruh tubuhnya. Bibir panas pria itu menghisap tepi mulut Letizia, menggigitnya membuat Letizia sedikit memekik. Letizia kehilangan dirinya. Apa ini? Ia tidak tahu, yang jelas itu terasa memabukkan dan bagaikan candu. Detik itu pula Gabrielle memasukkan lidahnya ke mulut Letizia bermain dengan lidah gadis itu, begitu lihai. Letizia merasa terbakar dan hampir meleleh tidak mampu menyeimbangi. Letizia mencengkram bahu Gabrielle lantaran tidak kuat lagi, ia benar-benar ditenggelamkan dalam mabuk dan candu Gabrielle. Seluruh tubuh Letizia terasa panas.

Letizia semakin mengeratkan cengkraman lantaran ia hampir kehabisan napas, namun Gabrielle masih belum selesai. Ia mencakar Gabrielle karena benar-benar membutuhkan udara atau paru-parunya akan meledak. Detik selanjutnya, Gabrielle melepaskannya. Letizia yang kehausan napas menghirup udara sebanyak-banyaknya layaknya tenggelam ke dasar lautan dan baru saja terdampar di tepi pantai.

Gabrielle tersenyum miring dengan bengis, menaikkan sebelah alis tanpa mengendurkan seringai tipisnya. "How it feels?" tanya Gabrielle di netranya yang dingin, layaknya iblis nan amat menggoda. Memabukkan dan mampu menghipnotis. Ah, sial. Letizia sepertinya terperangkap ke dalam sangkar iblis.

Letizia berusaha menetralkan deru napasnya yang tersengal-sengal. "Rasanya seperti tenggelam."






#To be Continue...

Uhuk uhuk! Author khilaf lagi arghhh biarin aja deh kan reader seneng juga author khilaf wkwk, tapi cerita ini bakalan fast update kalo Innocent Prince selesai yaaa
Salam cinta Stylly Rybell ❤️

110621 -Stylly Rybell-
Instagram @maulida_cy

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 168K 31
17+ Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️ [ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ] "Turun." "Di...
29.2K 3.5K 40
[ BL!, bahasa!, rioncaine!AU, tnf!AU, tokyoverse!AU, on-going! ] Seorang perusuh dan seorang penolong seharusnya berbeda seperti api dan air. Tetapi...
6.6K 492 5
Aland Gavin Mahendra, Pemuda berusia 18 tahun anak tunggal Mahendra, Seorang Ketos dingin dan kejam, yang memiliki keahlian multitalenta Dia bertrans...
4.4M 170K 30
Danella Atmaja, seorang siswa SMA tahun terakhir yang menyadari bahwa masa mudanya tidak hanya sekedar berantakan, melainkan sudah hancur lebur. Keh...