My Day || Hyunsuk x Heejin [S...

By HyunsukID

17.6K 3.1K 6.7K

Dua orang yang mewakili cahaya dan kegelapan di masa muda. Berbeda dalam setiap aspek, latar belakang, maupun... More

01. Exclusive Birthday Gift!
02. Hyunsuk
03. Drizzling
04. Three Colour Hair
05. Class Room
06. Problem
07. Naughty Boy I
08. Naughty Boy II
09. Trouble Maker
10. On The Way
11. Friendship
Mampir yuk :)
12. Sad or Happy I
13. Sad or happy II
14. See u
15. The Homework
16. I Love My Shoes
17. Something
18. Departure
20. The Secret
21. Hyunsuk House
22. The Little Devil
23. Cherry Lips
24. Stupid
25. Here We Go!
26. A-Team
27. Beautiful Girls
28. Sweet Umbrella
29. Two Voices one Heart
30. Jealousy
31. HeartCold
32. Bad Boy
33. I Need my Space
34. Memories
35. Make it Fast
36. Don't go Anywhere
37. A Snake in the Grass
38. I Do Love You
39. I know U can do it || END
40. I like the story || EPILOG
🥳[MY DAY] TERBIT🎉🎉🎉💖

19. Shadow

247 73 166
By HyunsukID


Terima kasih atas antusiasnya Chingu😭, aku baliknya kecepeten kayaknya deh:'). Gak papa demi readers ku tersayang jadi semakin semangat. Bismillah kawal mereka sampai selesai:')

🚫Untuk sistem operasi perusahaan, ini murni karangan aku, jadi jangan bandingkan/ sangkut pautkan dengan yang real. karena pasti memiliki perbedaan🚫

Jangan lupa votenya😘

Happy reading 💜

.

.

.

.

.


Aku duduk dengan tenang, sesekali mengayunkan kaki memainkan sepatu baru. Sengaja kusandarkan kepala pada dinding di belakang, melepaskan kepenatan yang melanda tubuhku.

Keadaan ponselku sekarat kehabisan baterai. Aku nampak seperti tak memiliki tujuan padahal tujuanku adalah menunggu Choi menyebalkan Hyunsuk.

Setelah memasuki gedung megah bertuliskan YG entertainment, Hyunsuk lantas masuk membawaku ikut ke dalam. Lebih dalam lagi hingga aku berhenti di sebuah ruangan bercabang.

Tepatnya yang saat ini kutempati adalah ruang khusus tunggu, tapi Hyunsuk masuk lagi ke ruangan berbeda yang bertuliskan YG’S Trainee.

Ia meninggalkan koper besar miliknya di sampingku, dasar menyebalkan. Kukira dia membuatku berpakaian seperti ini karena ingin mengajakku menjadi trainee bersama.

Ini sungguh membosankan menunggu sendirian tanpa hiburan apapun, belum lagi gerak-gerikku sangat tidak bebas karena ada 4 CCTV yang seolah hanya mengawasiku. Bayangkan saja dalam satu ruangan tak terlalu besar ini terdapat CCTV di setiap ujungnya.

“Heejin?” Aku menoleh, menemukan Park Jihoon baru saja keluar dari ruangan yang sama saat Hyunsuk masuk tadi. Aku berdiri saat dia menghampiriku.

“Bagaimana kau sampai di sini?”

“Hyunsuk mengajakku. Dia bilang ini salah satu syarat dari Ayahnya,” ucapku terselip wajah kesengsaraan tapi Jihoon malah tertawa.

“Lalu...” pertanyaannya menggantung, Dia mengamatiku dengan intens. “Ada apa dengan pakaianmu?” aku melihat bibir Jihoon bergetar menahan sesuatu.

“Bisakah kau Jangan tertawa! Ini juga ulah dari temanmu,” jawabku kesal lalu duduk kembali.

Tiba-tiba Jihoon memindahkan jaket Hyunsuk yang berada di atas koper untuk menutup kakiku yang hanya berbalut rok pendek. “AC disini cukup dingin,” ulasnya sembari tersenyum hangat, saking hangatnya aku sampai tak sadar sedang terpesona oleh mata bulan sabitnya.

Suara decitan pintu kembali terdengar. Seseorang keluar dari tempat yang sama membuatku berpaling dan menutup wajah dengan sebelah tangan.

Aku melihat dengan jelas dari pantulan cermin siapa yang muncul dari sana, Park Jeongwoo sedang memfokuskan pandangannya ke arahku sambil memasang muka berpikir. Dahinya mengerut, disusul terdengar samar-samar suara tawa lepas berasal dari ruangan yang sama.

Aku mengintip dari sela-sela jari, dan boom semua laki-laki yang kutemui satu bulan lalu berada di sini, semuanya.

Ah benar, kawan-kawan Hyunsuk kan memang satu Agensi. Aku menunduk lebih dalam lagi, terdengar derap langkah kaki mendekat.

Mereka semua menghampiri. Salah satunya merangkul Jihoon “Hyung, kau sedang berbicara dengan siapa?” Itu suara Jaehyuk.

Lagi- Aku melihat sepasang sepatu berdiri tepat di depanku. Aku menjepit bibirku rapat-rapat. “Aku seperti pernah melihatnya, Hyung.” Perkataan itu sudah kuduga keluar dari lisan Jeongwoo.

Kuharap Jihoon mengerti maksudku, bahwa aku tak ingin mereka semua mengetahui bahwa ini adalah aku...

“Dia Heejin.”

Aish! Sial.

Aku mendongak perlahan, saat itu juga langsung mendapatkan tatapan terkejut dari seluruh anggota. Kupaksa memberikan senyum meski canggung, “Hai ....”

Tiba-tiba Junkyu terbatuk, tersedak liurnya sendiri. “Nenek lampir, bagaimana bisa di sini?”

Senyumku memudar. Tanganku bertolak pinggang menatap Junkyu tajam. “Siapa yang kau sebut dengan nenek lampir, eoh?!” belum sempat menginterogasi Junkyu, Jihoon menggantikan jawabanku.

“Heejin kemari karena mengantar Hyunsuk, dia dimintai oleh__”

“Heiiiiii, kau dan Hyunsuk pacaran? Kenapa bajunya couple?” Yedam memotong seenak jidat.

“Jangan membuat gosip murahan!” aku menjawab tegas, enak saja pacaran. Tiba-tiba kesebelas lainnya membuat suara bergelombang.

“Huuuuuu~......” soraknya berirama.

Aku hanya memutar bola mata, malas melanggati kekonyolan yang mereka semua ciptakan. Tetapi tunggu, kenapa mereka cuma sebelas, Di mana Hyunsuk?

“Apakah kalian sudah selesai, kenapa Hyunsuk belum juga keluar?” Pertanyaaku keluar begitu saja karena ingin segera pulang dan beristirahat.

“Huuu... baru saja ditinggal beberapa menit sudah main rindu saja.” Demi Petrik si bintang laut aku sungguh ingin menampar mulut Jaehyuk.

“Dia sedikit ada masalah” ujar Haruto langsung membuatku menoleh ke ujung “Masalah apa, apa hal besar?” tanyaku lagi.

“Tidak, Hyunsuk hanya butuh beberapa materi tambahan dari PD_nim.” Jawaban Jihoon sangat membantu,

Syukurlah.

“Apa kau sangat lapar sampai ingin segera pulang?” tebak Jihoon.

“Aku?.. aku tidak lapar,” bohongku menggeleng kecil tetapi perut ini sungguh tak bisa di ajak kerja sama, dia berbunyi ikut memberi jawaban seolah kelaparan. Aku melirik Jihoon, dia mengulum bibir menahan tawa.

“Ayo kita makan bersama,” ajaknya pada yang lain.

“Aku harus membereskan barang-barangku.”

“Aku masih ada urusan.”

“Aku harus segera pulang.”

“Aku ada latihan lagi...”

“Aku ada les.”

“Aku sudah dijemput.”

Krik, krik......

Semuanya pergi begitu saja dengan alasan masing-masing, kini tinggal aku dan Jihoon yang tersisa.

Aku berdeham, “Tidak perlu Ji. Aku tidak lapar, sungguh.”

Jihoon menggandeng tanganku tanpa izin. “Ayo!”

“Bagaimana dengan Hyunsuk?" Kakiku refleks tertahan, dia pasti akan memarahiku jika tau aku tak menuruti pesannya.

“Aku akan memberitahunya nanti.”

Aku masih enggan berdiri. Malah mengutarakan bisikan sampai Jihoon pun mendekatkan telinganya, “Perusahaanmu? Bukankah ini adalah larangan.”

Aku mendengar desas-desusnya, bahwa seorang trainee dilarang berkencan bahkan jika sudah debut sekalipun. Aku jadi was-was dan terus menoleh kanan dan kiri.

“Tidak."

🍃🍃🍃🍃

Jihoon bilang tempatnya tak begitu jauh, jadi kami putuskan untuk berjalan kaki menuju lokasi tersebut ‘sekali kali nikmatilah indahnya pemandangan sore berada di kota’ begitulah perkataan Jihoon padaku.

Kami berjalan beriringan. Meski suasananya tak setenang di pedesaan, tapi ini lumayan membuatku merasakan suasana baru selain dari tempat asalku.

“Sebenarnya di perusahaan ada restoran, tapi tidak dikhususkan untuk para trainee,” Jihoon membuka obrolan.

“Kenapa begitu?”

“Entahlah, ada peraturannya.” Aku mengangguk paham, bersamaan dengan itu perasaanku mendadak tak nyaman. Mulai merasakan gelisah.

Tiba-tiba sebuah mobil melintas di sampingku sangat dekat, suara klaksonnya menyentak membuatku menutup telinga. Dengan cepat Jihoon membawaku berpindah ke sisi kirinya, “Kau tidak papa?”

Dadaku bergemuruh. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan diri dan berpikir positif. “Tidak papa, hanya sedikit terkejut.”

“Tidak seperti biasanya mobil ugal-ugalan seperti itu,” monolognya memperhatikan kepergian mobil tersebut.

Tanganku mulai basah mengeluarkan keringat dingin, ayolah Heejin kumohon kendalikan dirimu!

“Ngomong-ngomong, bagaimana kau diizinkan masuk ke perusahaan?” Jihoon bertanya sambil menuntunku berjalan kembali.

“Hyunsuk bilang kalau aku ini memiliki urusan penting, konyol bukan?” Jawabanku membuat Jihoon terkekeh.

Aku mengamati sekitar, di seberang jalan ada beberapa orang berteriak lantang. Ini hanya perasaanku saja atau orang-orang di sana bergerak 2 kali lebih cepat dari sebelumnya.

Aku menggeleng mengedipkan mata bersamaan, siapa tahu ini hanya pandanganku yang bermasalah. Aku mencoba mengalihkan pandangan ke arah lain. Tepat di tepian jalan yang searah denganku, aku melihat segerombol orang-orang berlarian, yang mana itu menciptakan suara teriakan ricuh tak beraturan.

“Dia selalu pintar jika dalam keadaan buru-buru.” Aku mulai tak masuk ke arah pembicaraan.

“Heejin lihat! Sepertinya di depan sedang ada sesuatu, mereka berbondong-bondong membawa kertas diskon. Ah ... pantas saja. Sedang ada flash sale ternyata”

Aku tak tahu apa yang sedang dibicarakan Jihoon. Aku hanya bisa merasakan kepanikanku semakin melanda saat melihat sekumpulan orang di depan sana lari ke arahku sambil membawa sebuah kertas. Napasku memburu, pandanganku mengabur dan orang-orang yang kulihat membawa kertas itu, seketika berubah menjadi pisau dan alat tajam lainnya.

Wajahnya menyeramkan penuh luka lebam. Mereka seperti hendak menikamku, mataku tak dapat melihat warna lain selain putih abu-abu. Aku kehilangan keseimbangan hampir saja roboh jika tak memegangi lengan Jihoon, bahkan tanpa sadar aku mencekalnya dengan kuat. “Heejin_ah kau baik-baik saja? Ada apa?”

Bahkan kepanikan Jihoon yang 2 kali lipat dariku, aku tak bisa merasakannya. Dia menyentuh kedua bahuku.

Namun tak ada gunanya. Suara Jihoon hanya membuat gema di kepalaku. Membuatku semakin pusing. Aku merunduk, tubuhku bergetar, tenggorokanku tercekat. Untuk memahami jelas ucapannya pun aku tak bisa. Di tambah dadaku sesak, mempersulit segalanya. Aku menarik Jihoon membawanya pergi ke lain tempat.

Melihat sebuah gang kecil aku masuk begitu saja, duduk meringkuk memeluk lututku dengan erat.

Aku menitikkan air mata, meski sudah sekian lama. Penyakit ini tak kunjung bisa kukontrol. Kesalahan itu, dosa yang menghantuiku itu, detik ini menghancurkan diriku kembali. Trauma itu berhasil menguasai tubuhku lagi.

Tubuhku tambah gemetar, keringat dingin mengucur deras di pelipis. Panik serta ketakutanku tak kunjung hilang, rasanya ingin sekali memilih mati jika sedang merasakan hal ini.

Aku mengeratkan pejaman mataku, meski sudah menutup telinga rapat-rapat, tetap saja ada macam-macam suara bersarang di kepalaku. Pikiranku kacau, seluruh rambutku sudah berantakan. Tanganku yang gemertak kuat kian melemah. Pandanganku lambat laun mengabur, aku nyaris pingsan.

Namun pendengaranku samar-samar mendengar deru suara berteriak dengan kemarahan, kemudian di balik mataku tempat air mata mengembun, masih dapat kulihat sepasang sepatu familiar muncul, sepatu hitam yang baru saja bersisian denganku di dalam Bus.

Hal terakhir yang kurasakan adalah tangan dinginnya memikulku sebelum aku pingsan.

 ***

“Jangan pernah membawanya pergi tanpa seizinku, Park Jihoon!”


.
.
.
.
.

.
.

.
.
.

.
.
.
..
.
..
....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
...
.
.
...
.
.
.
.
Tbc

Dialog terakhir suara siapa itu wkwkwk, suara pak supir taxi kayaknya deh

Dan, kira kira apa tu yang menghantui Heejin👀?

Adakah yang ingin aku doble up?:)

Continue Reading

You'll Also Like

6.5K 352 22
"Dih, ogah ah suka sama anak teknik" 🏅 51 Viral 🏅 6 Kating 🏅 1 Anak tongkrongan 🏅 2 Anak teknik 🏅 6 Lee Heeseung
44.4K 5.6K 51
SEQUEL SUDAH ADA Kak Jaehyuk cuma cowo dingin, cuek, posesif tapi gue sayang. "Nih coklat. Katanya bisa bikin kita ga sedih lagi." "Emang siapa yang...
1.7M 65.4K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
YES, DADDY! By

Fanfiction

304K 1.8K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar