Goresan ARABBEL

By PeaChy_meii

90K 7.9K 2.2K

"it hurts when I make a promise" Arabbel pikir ia sudah bebas, tapi ternyata tidak. Itu semakin parah. Sesak... More

Arabbel
Prolog
1 : Come Home Soon
2 : Indonesia
3 : Surprise
4 : Drop
5 : Chemotherapy?
6 : Memulai
7 : Peduli
8 : New person
9 : Meet Alander
10 : Bang Allvaro
11 : Try to Convince
12 : For Stynlic's Princess
13 : The Day of The Surgery
14 : Getting Better
15 : Start Activity
16: First Day of School
17 : I Found You
18 : Sekelas?
19 : Meet Again
20 : Rain
21 : Berbohong
22 : positive thinking
23: Me and My Twins
24 : First Diary
25 : Weird Feeling
26 : Bolos
27 : KevAbbel
Visual dan Penokohan
28 : meyakinkan
29 : Kita dan Bintang
30 : Beach
31 : At the Moment
32 : Special Person
33 : Not the Important Thing
34 : Sweet Thing
35 : waiting for the result
36 : Koarktasio Aorta
37 : ketenangan sementara
38 : strange dream
39 : Who is Kiara?
40 : What Really Happened?
41 : Perseteruan
42 : past stories
43 : Pertimbangan
44 : Sesaat Lagi
45 : Try to Understand
47 : Pain
48 : Kata Maaf
49 : Secret
50 : Hide the Pain
51 : close your eyes
52 : it's hurt
53 : What Happened?
54 : Berulang Kali
55 : Feel It
56 : weak

46 : cute moments

919 99 34
By PeaChy_meii

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

Tinggalin jejak kalian ya, komen dan vote pliiisss biar aku semangat nulisnya... Yang vote sama komen baik banget deh, suer....

Fun fact : membaca cerita wattpad akan lebih menyenangkan jika sambil diselingi untuk memberi komentar di paragraf-paragrafnya, dan memberi vote pada setiap part saya membaca juga menambah pahala dan sebagai tanda kalau kalian menghargai penulis🙂

💗
💗
💗

Suara nyaring alarm yang berasal dari ponsel membuat laki-laki yang baru saja tidur jam setengah empat subuh ini terusik. Matanya masih berat sekali untuk terbuka. Bagaimana tidak, ia baru saja nyenyak sekitar dua jam tapi sudah diganggu oleh suara alarm. Terpaksa Alka membuka matanya.

Dengan mata yang masih belum terbuka sepenuhnya ia memanjangkan tangannya ke nakas untuk mengambil ponselnya. Ia baru saja meletakan kembali ponselnya ke nakas setelah mematikan alarm saat ia tiba-tiba tersadar bahwa ini bukan kamarnya yang biasa.

Alka menghela napasnya. Ia mengubah posisinya menjadi bersandar pada kepala kasur. Lagi-lagi ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan ini sama seperti saat kemarin Agatha mengantarnya kembali ke kamar ini setelah sekian lama. Kamarnya bersama Alan dulu.

Kamar yang dulunya bertema Iron Man dan Spiderman Man saat ia meninggalkan rumah ini kini sudah berubah menjadi dominan berwarna abu-abu dan putih.

Sepuluh menit ia habiskan hanya untuk melamun memikirkan segala tentang Alan. Tapi tiba-tiba ia teringat ayahnya. Bagaimana keadaan pria itu sekarang. Ia kembali mengambil ponselnya dan menyalakannya. Banyak sekali notifikasi yang masuk.

Dua puluh pesan WhatsApp dan sepuluh panggilan tak terjawab dari Savira. Tujuh belas pesan WhatsApp dan lima panggilan tak terjawab dari Kiara.

Mama Savira

Maaf ma alka lupa ngabarin. Alka nginap di rumah teman✓✓

Yaampun. Mama bingung banget semalaman kamu gak pulang, gak ada ngomong. Lain kali jangan gitu ya.

Iya ma. Maaf✓✓

Ayah di rumah ma?✓✓

Iya di sini. Cuma masih tidur.

Jadi kamu langsung ke sekolah nanti dari sana? Bajunya ada?

Iya ma. Bajunya juga ada✓✓

Yaudah. Titip salam sama teman mu ya.

Iya ma.✓✓

Setidaknya Alka merasa sedikit lega karena ayahnya pulang ke rumah dalam keadaan baik-baik saja. Setelah meletakan kembali ponselnya ia turun dari kasur dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Tapi ia tidak tau jika sebenarnya Louis semalaman tidur di sofa ruang tamu dan merancau tidak jelas menyebut-nyebut nama Alan membuat Savira bingung apa yang sebenarnya terjadi. Pria itu baru bisa tidur dengan tenang pukul empat subuh tadi dan belum bangun hingga sekarang.

Mabuk? Mungkin itu yang terjadi pada Louis.

Alka baru saja keluar kamar mandi setelah membersihkan seluruh badannya dan pandangannya langsung tertuju pada seragam sekolah yang tergeletak di atas kasur.

Jika dilihat dari posisinya, pakaian itu seperti tidak diletakan dengan baik di atas kasur melainkan dilempar dari jauh hingga posisinya sedikit berantakan.

Di sisi lain Alvarro yang sudah lengkap dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya dan ransel yang tersampir di bahu kanannya berjalan santai menuruni tangga.

"Abang mu mana, Al?" tanya Agatha saat Alvarro baru saja mendudukan tubuhnya di kursi meja makan.

Wanita itu sedang menyiapkan sarapan dibantu Bik Fifi.

"Al...." panggil Agatha lagi saat Alvarro tak menjawab ucapannya.

"Hm? Gak tau, Nda," ucap Alvarro.

"Kamu belum kasih bajunya?" Agatha berjalan ke arahnya dengan dua gelas susu coklat di tangannya. Rasa favorit Alka dan Alvarro. Berbeda dengan Alan yang lebih menyukai susu rasa vanila.

"Sudah." Alvarro menerima segelas susu itu saat Agatha memberikan padanya.

"Terus?"

"Tadi gak ada pas Al ke situ. Mandi mungkin." Alvarro mengedikan bahunya.

Agatha tertawa kecil saat mendapat respon seperti itu dari Alvarro. Sepertinya ia sudah menghancurkan mood anaknya di pagi hari.

Iya, Agatha lah yang meminta Alvarro untuk meminjamkan seragam sekolahnya pada Alka. Alvarro tidak membantahnya, tapi ia sempat menolak saat Agatha menyuruhnya untuk memberikan seragam itu sendiri pada Alka.

Walaupun akhirnya ia menurut tapi Alvarro tetap lah Alvarro yang keras kepala dengan seribu gengsi. Ia hanya melemparkan pakaiannya ke kasur itu tanpa melangkah masuk ke kamar abangnya. Dan Agatha hanyalah seorang ibu yang ingin kedua anaknya berbaikan.

"Ya udah Bunda liat ke atas dulu," ucap Agatha.

"Selainnya mau rasa apa, Den?" tanya Bik Fifi yang sedang membuat roti panggang.

"Apa aja, Bik," jawab Alvarro.

Agatha membuka pintu kamar Alan yang kini sedang ditempati oleh Alka. Pandangan keduanya bertemu saat Alka hendak mengambil pakaian itu tapi terhenti saat Agatha menghampirinya.

"Yakin mau sekolah? Semalam Bunda udah bilang gak usah sekolah dulu tapi kamunya kekeh tetap mau pergi," ucap Agatha. Ia menyentuh kening Alka yang sudah tidak panas lagilagi hanya untuk memastikan.

"Hari ini praktek, Nda. Ribet kalau nyusul," jawab Alka.

Agatha mengangguk, "ya udah pakai seragamnya sana." Ia mengambil pakaian yang terlihat berserakan di kasur dan memberikannya pada Alka.

Ragu-ragu Alka mengambil seragam itu, membawanya masuk kembali ke kamar mandi untuk mengganti bajunya yang semula hanya memakai kaus putih dan celana pendek milik Alan.

Agatha tersenyum memperhatikan Alka yang mulai tak terlihat di balik dinding kamar mandi. Ia mendudukkan tubuhnya di pinggir kasur, kepalanya menoleh ke arah nakas. Memperhatikan foto Alan yang terpajang di situ.

Tangannya terulur mengambil bingkai foto itu. Mengelusnya dengan kelima jarinya sambil tersenyum sendu. "Bunda kangen Alan. Kenapa Bunda gak diizinin buat liat anak-anak Bunda kumpul lagi? Kebahagian Bunda gak akan pernah lengkap kalau gak ada Alan," bisiknya.

'Alan minta maaf, Bunda.'

Hanya butuh waktu sekitar lima menit untuk Alka berganti baju. Kini ia dan Agatha sedang berjalan beriringan menuju ruang makan. Langsung menyaksikan Alvarro yang sudah anteng memakan rotinya.

"Alka mau selai rasa apa?" tanya Agatha setelah mereka berdua duduk di hadapan Alvarro.

"Apa aja, Nda," jawab Alka.

🥀🥀🥀🥀🥀

Pagi ini kegiatan sarapan keluarga Stynlic tidak seperti biasanya. Villara yang biasa selalu menyempatkan untuk menanyai satu persatu kegiatan yang akan dilakukan anaknya kini tidak mengeluarkan suaranya. Jevanno yang biasanya selalu mencari celah untuk mengusili Aravvel atau mencari keributan sekarang hanya diam saja. Sepertinya juga perang dingin antara Allvaro dan Jevanno masih berlanjut.

"Abbel sudah makannya? Itu belum habis loh," ucap Villara saat Arabbel membalik sendok yang ia gunakan untuk memakan serealnya.

"Udah, Ma, enek kalau kebanyakan. Nanti sakit perut." Arabbel lalu mengambil segelas air putih dan meneguknya.

Arabbel berdiri sambil menyampirkan tas di pundaknya, hendak menyalimi tangan kedua orang tuanya tapi terhenti saat Jevanno bersuara.

"Abbel berangkat sama Jevan," ucap Jevanno. Ia meletakan gelasnya kembali kemeja setelah minum lalu berdiri.

"Pak Raffi udah siapin mobilnya," balas Arabbel.

"Sama. Abang." Jevanno menekan ucapannya. Tanpa menunggu balasan apapun ia langsung berjalan meninggalkan ruang makan.

Semuanya menatap kepergian Jevanno dalam diam. Arabbel melihat ke arah Harry dengan tatapan bertanya.

Harry mengangguk, "udah ikut aja." Ia menyodorkan punggung tangannya pada Arabbel.

Arabbel menyalimi tangan kedua orang tuanya lalu beralih pada Allvaro setelah itu langsung berlari menyusul Jevanno.

"Kenapa sih?" tanya Aravvel di sela ia mengunyah sandwich tapi tak mendapat balasan apapun dari keluarganya.

🥀🥀🥀🥀🥀

"Tumben mau nganter? Biasanya males kalau kelas siang," ucap Arabbel pada Jevanno di dalam mobil.

"Bosan di rumah." Fokus Jevanno masih tertuju pada jalan di depannya.

"Masih berantem ya sama Bang All?"

"Enggak."

"Kenapa sih emang?" tanya Arabbel memaksa.

"Nggak ada apa-apa, Bel."

Arabbel diam, tak lagi mengeluarkan suaranya hingga mereka sampai di depan pekarangan SMA Global Exander dan Arabbel berpamitan untuk turun.

"Kalau ada apa-apa bilang. Jangan diem-diem sendiri aja. Kalau emang gak sempat nelpon bilang sama teman mu atau si Varro."

"Bang!" sentak Arabbel karena merasa Jevanno sedang mengejeknya.

"Abang serius, Bel. Mereka orang-orang yang paling dekat sama kamu kalau di sekolah. Udah sana masuk." Jevanno mengusap surai Arabbel dengan tatapannya yang langsung tertuju pada mata Arabbel.

Tatapan lembut yang membuat Arabbel merasa jika Jevanno berbeda.

"Hm, iya, Bang."

Di halaman parkir Arabbel bisa melihat dua mobil sejenis berwarna hitam terparkir berdampingan di salah satu barisan. Satu mobil milik Alvarro dan satunya lagi .... Alka?

Kedua cowok itu keluar dari mobil secara bersamaan dengan gerak gerik yang juga hampir serupa. Mungkin memang belum banyak siswa sekolah ini yang tau jika mereka adalah saudara kandung. Tapi bagi siapapun yang melihat mereka sekarang pasti langsung menyetujui jika mereka memang cocok untuk dikategorikan sebagai siblings goals

Walaupun hubungan keduanya juga sedang tidak baik dan dari kecil juga mereka sering bertengkar ringan, tidak bisa disangkal jika mereka berdua mempunyai banyak kemiripan dibanding dengan Alan.

Tatapan tajam dan bentuk mata dengan warna coklat terang yang keduanya miliki memang sangat mirip. Berbeda dengan Alan yang memiliki tatapan lembut setiap saatnya. Mungkin juga sifat keras kepala, egois, dan tidak mau kalah yang sama-sama tertanam dalam hati Alka dan Alvarro lah yang membuat mereka susah untuk akur dari kecil. Berbeda dengan Alan yang selalu berhasil menjadi penengah di antara keduanya.

Jika diperhatikan, banyaknya kemiripan yang Alka dan Alvarro miliki diturunkan dari ayah mereka–Louis. Sementara Alan lebih menurunkan sifat Agatha yang penyabar dan lembut.

Itu juga yang sedang Arabbel pikirkan saat ini tentang kedua kakak beradik itu. Walaupun ia tetap melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam gedung sekolah, tapi arah matanya tetap tertuju pada Alka dan Alvarro yang sekarang masih berjalan beriringan dan tepat seperti yang Arabbel kira, Alvarro berjalan menghampirinya sementara Alka tetap melangkah menuju lobby sekolah.

"Kalian udah baikan?" tanya Arabbel saat Alvarro merangkuk pundaknya.

Alvarro mengerutkan dahinya kemudian menggeleng tanpa mengeluarkan suara.

"Kok bisa barengan datangnya?"

"Gak tau. Kebetulan."

Arabbel tak membalas lagi. Ia tetap melangkah bersama Alvarro yang sekarang sudah menggenggam jari-jari tangannya.

"Kenapa?" tanya Alvarro karena Arabbel terus memperhatikannya.

Arabbel menggeleng lucu, "nanti jadi?"

"Iya. Mau kemana nanti?" Alvarro menoleh sekilas ke belakang dan menarik pelan tangan Arabbel kepinggir agar tidak menghalangi jika ada mobil yang akan parkir.

"Nanti deh pulang sekolah aku bilang."

🥀🥀🥀🥀🥀

Akhirnya waktu yang dari tadi ditunggu oleh Arabbel tiba juga. Kegiatan sekolah sudah berakhir dari sepuluh menit yang lalu dan kini ia dan Alvarro sudah berada di dalam mobil.

"Jadi?" Alvarro bertanya untuk memastikan kemana Arabbel ingin pergi setelah ia menyalakan mobilnya.

"Kita ke pet shop dulu, ya?" pinta Arabbel.

Alvarro mengerutkan dahinya bingung kenapa Arabbel memintanya pergi ke tempat itu. "Ngapain?" Ia mulai menjalankan mobilnya dengan pelan keluar dari parkiran.

"Ada yang mau dibeli. Bentar aja kok."

Alvarro mengangguk. Ia hanya menuruti apa yang diinginkan gadis itu. Ia mulai menjalankan mobilnya menuju salah satu pet shop terdekat.

"Kamu tunggu sini aja. Aku cuma bentar," ucap Arabbel saat Alvarro baru saja memberhentikan mobilnya di parkiran pet shop.

"Bel–"

"Bentar aja... Pokoknya kalo kamu turun gak jadi jalan!" ucap Arabbel setelah itu ia langsung buru-buru keluar dari mobil. Meninggalkan Alvarro yang masih terpaku di tempat duduknya. Terkejut atas ancaman Arabbel barusan.

Ayolah, Arabbel sendiri yang mengajak Alvarro untuk jalan hari ini dan ketempat ini. Tapi gadis itu juga yang mengancamnya kalau mereka gak akan lanjut jalan jika dia turun dari mobil. Bukankah harusnya Alvarro yang melontarkan kalimat seperti itu pada Arabbel?

Alvarro mengalah. Sekarang ia seperti orang kebingungan yang hanya duduk diam di dalam mobil dengan arah pandang yang terus tertuju pada pintu masuk. Menunggu Arabbel keluar dari tempat itu.

Sekitar lima menit ia menunggu akhirnya Arabbel datang juga. Gadis itu langsung masuk ke dalam mobil tanpa sepatah kata pun dengan kantung plastik berukuran sedang yang ia bawa.

Alvarro mengambil alih kantung belanja Arabbel untuk melihat isinya, "Makanan anjing? Buat apa?"

"Kamu kenal gak pengurus kuburan yang di tempatnya Bang Alan sama Aca?" Arabbel bertanya balik.

Alvarro menggeleng.

"Tapi aku kenal. Kemarin pas aku, Bang Ravvel sama Bang Leon jalan aku sempat minta ke kuburan. Nah rumahnya Pak Adi, yang penjaga kuburan itu ada di dekat situ. Kemarin habis dari makamnya Aca sama Bang Alan aku sempat ngobrol sama Pak Adi, terus dia bilang anjingnya baru beranak. Jadi aku maksa Bang Leon sama Bang Ravvel buat liat ke rumahnya Pak Adi. Ternyata iya! Banyak banget lucu-lucu. Jadi aku mau liat lagi." Arabbel bercerita dengan sangat antusias pada Alvarro hingga senyum cowok itu terbentuk.

"Suka banget?" tanya Alvarro.

"Banget! Aku suka banget liat anjing yang lucu-lucu apa lagi yang masih puppy. Sebenarnya gara-gara aku liat anak anjingnya Pak Adi aku jadi tambah pengen pelihara. Semalam aku minta sama Papa buat beli tapi gak boleh. Kekeh banget gak bolehin padahal dulu kita punya dua golden retriever cuma udah mati."

"Kamu tau gak ....... "

Dan selama perjalanan Arabbel terus menceritakan tentang anjingnya dulu, macam-macam jenis dan sifat anjing juga banyak tentang hewan lainnya termasuk kucing dan kelinci yang juga sangat ia suka. Sementara Alvarro hanya menanggapinya dengan senyum, kekehan, beberapa pertanyaan juga sesekali mengusap kepala atau menggenggam tangan Arabbel dengan sebelah tangannya. Sementara tangan yang lainnya tetap pada stir mobil.

"Ini?" tanya Alvarro. Ia memarkirkan mobilnya di depan rumah itu setelah mendapat anggukan dari Arabbel. Mereka pun sama-sama turun dari mobil itu.

"Eh, Abbel?" ucap Tente Mina–istri dari Pak Adi–sambil membuka pagar rumahnya kemudian mempersilahkan Arabbel dan Alvarro masuk. "Mau ngeliat anak anjingnya, ya? Kemarin Bapak yang bilang."

"Iya, Tante. Kita gak ganggu 'kan?" balas Arabbel sopan.

"Ya enggak dong. Yuk masuk."

"Pak Adi-nya gak ada, Tan?" tanya Arabbel.

"Lagi keluar, Bel."

Mereka sama-sama masuk ke halaman rumah. Mina pun mengeluarkan semua anak anjingnya dari dalam kandang setelah menutup pagar agar mereka tidak berlari keluar.

Tak terasa mereka sudah menghabiskan waktu setengah jam lebih untuk bermain-main dengan anak-anak anjing itu setelah memberi mereka makan dengan dog food yang Arabbel bawa.

"Abbel gak mau ambil salah satu anak anjingnya?" tawar Mina. "Besok mereka mau dibawa Pak Adi ke penampungan, Bel. Soalnya kebanyakan."

Arabbel menggeleng lesu, "enggak, Tan. Papa gak bolehin." Ia menyuapkan sepotong biskuit anjing pada puppy di hadapannya.

"Yah, sayang banget... Alva gak mau ambil?" Mina melihat Alvarro.

"Boleh, Tan," ucap Alvarro santai.

Arabbel langsung melihat ke arah Alvarro. Ia sedikit kaget karena Alvarro mau untuk mengadopsi salah satu anak anjing itu.

"Beneran?" tanya Arabbel antusias.

Alvarro mengangguk, "iya."

"Kenapa?"

Alvarro tak menjawab. Ia hanya mengarahkan dagunya pada salah satu anak anjing yang duduk menghadap Arabbel.

Di saat anak anjing yang lainnya sibuk bermain-main ke sana dan ke sini hanya ia lah yang tetap duduk tenang dengan kepala yang mendongak dan mata bulatnya yang terus memperhatikan Arabbel. Seakan anjing itu mengabaikan teman sejenisnya hanya karena kehadiran Arabbel. Membuat Arabbel jadi tidak tega melihatnya apa lagi untuk meninggalkannya.

"Makasiii...." jerit Arabbel pada Alvarro. Kini mereka sudah duduk di dalam mobil dengan anak anjing itu yang berada di pangkuannya. Alvarro hanya membalasnya dengan senyuman sambil mengusap singkat puncak kepala Arabbel.

"Bunda gak marah?"

"Bunda malah suka banget sama anak anjing. Asal dia gak gigitin bunganya Bunda aja," ucap Alvarro bercanda.

"Mau kasih nama siapa?" tanya Alvarro.

"Cookie!"

🥀🥀🥀🥀🥀

"Nda..." panggil Alvarro saat ia baru saja memasuki rumahnya.

Sehabis mengantar Arabbel pulang tadi ia langsung berpamitan pada Villara untuk segera pulang juga. Ia tentu tidak bisa lama-lama di rumah Arabbel karena ia meninggalkan Cookie sendiri di mobilnya. Walaupun ia menurunkan sedikit kaca mobil untuk udara masuk, tapi tetap saja Alvarro tidak mau Cookie menghancurkan isi mobilnya karena di tinggal kelamaan.

"Bunda," panggil Alvarro lagi saat tak ada satupun yang menjawabnya. Bahkan sepertinya Bik Fifi juga sedang tidak ada di rumah ini, karena biasanya Bik Fifi lah yang langsung membuka pintu jika ada yang datang tapi kali ini tidak. Mobil Alka juga tidak ada di halaman. Berarti laki-laki itu langsung kembali ke rumah Louis setelah pulang sekolah tadi.

"Iya bentar, Al...." sahut Agatha dari lantai atas yang segera berjalan untuk turun menghampiri Alvarro.

"Dari man– eh, lucu banget... Anjingnya siapa?" Agatha dari langsung menuruni tangga dengan cepat setelah melihat makhluk kecil menggemaskan yang digendong Alvarro.

Yup, respon Agatha sesuai dengan yang Alvarro bayangkan.

TBC

*Jangan lupa vote ya... Terimakasih🤍

Pendek dulu gak papa kan? Jujur lagi males ngetik banget nih. Idenya ada, cuma nyampaikannya kok males banget sih😭 tapi kalau aku lagi mood itu aku pasti bakal ngetik terus kok. Bahkan kalo emang lagi mood ngetik banget satu part itu bisa panjang banget. Tapi kali ini gak papa kan? Gak papa lah ya.

Rencananya di part ini mau aku bikin melow gitu tapi gak tau kenapa malah jadi gini😭 yaudah deh melownya di part selanjutnya aja.

Kalian ada yang setuju gak kalo Alvarro sama Alka cepet baikan? Alasannya apa?

BINTANGNYA JANGAN LUPA DIPENCET!!!!

25/05/2021

Continue Reading

You'll Also Like

402K 32.9K 42
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...
3.6M 214K 57
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
2.1M 73.9K 44
Jangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus g...
1M 52.7K 40
Bagaimana jika kalian sudah dijodohkan dengan seorang mafia? Tidak tidak, bukan cowonya yang seorang mafia, tapi cewenya. Tidak selesai sampai di si...