RAVEL-ALUNA [END]

Da zulfalinda

1.1M 127K 14.7K

Aluna Rafa gadis cantik dengan mata indah, semasa hidupnya Aluna tak pernah keluar rumah, sekolahpun tidak. A... Altro

penjelasan
prolog
02.RAVEL-ALUNA
03.RAVEL-ALUNA
04.RAVEL-ALUNA
05.RAVEL-ALUNA
06.RAVEL-ALUNA
07.RAVEL-ALUNA
08.RAVEL-ALUNA
09.RAVEL-ALUNA
10.RAVEL-ALUNA
11.RAVEL-ALUNA
12.RAVEL-ALUNA
13. RAVEL-ALUNA
14. RAVEL-ALUNA
15.RAVEL-ALUNA
16.RAVEL-ALUNA
17. RAVEL-ALUNA
18.RAVEL-ALUNA
19.RAVEL- ALUNA
20.RAVEL-ALUNA
21.RAVEL-ALUNA
22.RAVEL-ALUNA
23.RAVEL-ALUNA
24.RAVEL-ALUNA
25.RAVEL-ALUNA
26.RAVEL-ALUNA
27.RAVEL-ALUNA
28.RAVEL-ALUNA
29.RAVEL-ALUNA
30.RAVEL-ALUNA
31.RAVEL-ALUNA
32.RAVEL-ALUNA
33.RAVEL-ALUNA
34. RAVEL-ALUNA
35.RAVEL-ALUNA
36.RAVEL-ALUNA
37. RAVEL-ALUNA
38. RAVEL-ALUNA
39. RAVEL-ALUNA
40.RAVEL-ALUNA
41. RAVEL-ALUNA
42. RAVEL-ALUNA
43. RAVEL-ALUNA
44. RAVEL-ALUNA
45. RAVEL-ALUNA
46.RAVEL-ALUNA
47. RAVEL-ALUNA
48. RAVEL-ALUNA
49. RAVEL-ALUNA
50. RAVEL-ALUNA
51.RAVEL-ALUNA
SQUEL

01. RAVEL-ALUNA

44K 4K 523
Da zulfalinda

🌳🥑 H A P P Y R E A D I N G 🥑🌳

°🌳🌳🌳°

I hope you will enjoy with my stroy

Don't forget to clik stars n coment
Thank you

°🌳🌳🌳°

01. RAVEL-ALUNA

Matahari bersinar terang menyinari bumi, cahaya cantik itu membuat pagi ini berkesan dan cerah. Aluna gadis itu menatap matahari dari salah satu lubang kecil yang dia buat di kamarnya.  Kamar Aluna tak memiliki jendela jadi Aluna membuat lubang kecil agar dia bisa melihat dunia luar.

Terkadang Aluna ingin keluar, bermain seperti temannya yang lain, Aluna ingin mengenal dunia luar, Aluna ingin seperti anak seusianya yang lain, yang bermain, mempunyai banyak teman, bersekolah, dan melakukan hal seru lainnya.

Aluna ingin itu semua.

Tapi orang taunya tak mengizinkan, orang tua Aluna itu strict parents. Mereka memiliki alasan kenapa Aluna tak di perbolehkan keluar, Aluna itu berbeda dengan anak yang lain. Perbedaan itu terletak di rambutnya. Rambut Aluna berwarna coklat ke emasan serta memiliki mata biru. Maka dari itu mereka tak mengizinkan Aluna keluar, mereka takut Aluna akan di bully karena warna rambutnya.

Selain itu mereka juga bukan dari keluarga terpandang, ayah Aluna hanya seorang petani kebun dan ibunya hanya seorang penjual kue keliling dan itu menambah ketakutan mereka.

Memang tidak salah jika tak mengizinkan anak keluar rumah tapi setidaknya jangan lakukan itu selam bertahun-tahun mereka butuh ilmu untuk dirinya sendiri. Sebagai orang taunya harusnya mereka tau batasan. Tapi ya sudahlah...

"Aluna mau main," ujarnya lirih saat melihat anak tetangga berkumpul dengan teman-temannya.

"Aluna mau seperti itu."

"Ibu Aluna mau keluar," air mata Aluna luruh tanpa disuruh dia sangat ingin bermain dan mempunyai teman.

"Kenapa Aluna gak boleh keluar?"

"Kalo keluar Aluna nakal ya?"

Aluna menghela nafas pelan, dia melirik ke arah pintu kamarnya lalu dia beranjak dan membuka pintu itu dengan pelan menggunakan kunci yang sudah dia ambil semalam.

Kepalanya menyembul melihat kanan dan kiri takutnya ada ayah dan ibu, setelah memastikan kondisi aman Aluna keluar dari kamarnya dan berjalan menuju pintu utama rumahnya.

Aluna membuka pintu itu dengan pelan, dia menatap kagum pada benda-benda yang dia lihat untuk pertama kalinya.

"Wahh, itu pohon kan?" Tanyanya sendiri.

Aluna keluar dari rumahnya dia berdiri di halaman depan rumahnya, dia menatap kagum pada semua objek yang dia temui.

"Ini apa?" Tanya Aluna saat melihat semut.

"Hei, siapa namamu? Apakah kau bisa berbicara seperti boneka babi milikku?" Tanyanya.

"Kenapa kau diam? Aku bertanya wahai kecil, kau menyebalkan!"

"Lihat dia siapa?"

"Dia cantik seperti berbie."

"Jinja? Jangan bilang dia anaknya pak Harto dan ibu Desi."

"Gila, anaknya cantik banget."

Aluna menatap sekumpulan remaja yang sedang membicarakan dirinya, Aluna berjalan mendekati pagar tanpa menggunakan alas kaki.

"Kalian siapa? Kenapa kalian disini? Apakah rumah kalian dekat dengan rumah ku?"

"Harusnya gua tanya,"

"Gua itu apa? Aku baru mendengarnya."

"Lo bodoh ya?"

Aluna menggaruk pipinya pelan, dia bingung. Aluna tidak mengerti.

"Bodoh apa? Kamu berbicara apa? Aku tidak mengerti."

"Berhenti membual, kau jangan berpura pura bodoh."

"Aku tidak mengerti apa yang kalian katakan! Ah aku kesal!" Aluna menghentakkan kakinya di tanah lalu memasuki rumahnya dan mengunci pintu.

Sepertinya besok dia akan keluar lagi.

•••

"Aluna bangun sayang, waktunya kamu sarapan," panggil Desi.

Aluna membuka matanya saat mendengar suara sang ibu. "Iya ibu, Aluna udah bangun. Nanti Aluna sarapan," jawabnya dengan nyawa yang belum terkumpul.

"Baiklah, ibu tunggu sayang," setelah itu tak ada lagi suara Desi dan itu tandanya wanita paruh baya itu sudah pergi dari kamar Aluna.

Aluna beranjak dia mengikat rambutnya lalu mencuci muka dan gosok gigi, Aluna akan mandi pagi setelah semua pekerjaan rumahnya selesai.

"Pagi," sapanya ceria.

"Pagi sayang, makanlah ibu sudah membuatkan makanan kesukaanmu."

"Terimakasih."

"Aluna hari ini ibu dan ayah akan pergi ke kota, kau disini baik-baik ya. Ibu dan ayah akan lama di kota mungkin sekitar satu bulan dan ingat jangan keluar dari rumah," jelas sang ibu.

"Baik ibu, hati-hati kalian, Luna akan merindukan kalian."

Ayah terkekeh lalu mencium pucuk kepala anak gadisnya itu. "Anak ayah pintar, ayah akan lebih merindukanmu princess."

"Kapan kalian akan berangkat ke kota?" Tanya Aluna disela-sela kunyahannya.

"Setelah sarapan ini," jawab Hartono.

Aluna mengangguk dia cukup terbiasa di tinggal orang tuanya ke kota tapi tidak pernah selama ini.

"Aluna, ibu dan ayah berangkat ya sayang. Ingat jangan keluar rumah atau ibu akan menghukummu," peringat Desi.

"Luna ingat ibu," jawabnya pelan.

"Bagus, ibu pamit sampai jumpa bulan depan sayang."

"Babay, aku akan merindukan kalian."

Kedua orang tua Aluna pergi menuju kota menggunakan mobil yang sudah menunggu di depan. Aluna melambaikan tangannya dari balik jendela agar para tetangga tidak melihat.

Padahal di daerah rumahnya tidak ada tetangga hanya ada rumahnya sendiri dan saat sore hari akan ada anak kecil bermain di dekat rumah Aluna.

"Waktunya membersihkan rumah," serunya.

Aluna membersihkan setiap sudut rumah, dia termasuk anak yang suka kebersihan dan akan risih jika melihat sesuatu yang menurutnya kotor.

2 jam dia membersihkan rumah dan sekarang terlihat rapi dan bersih setelah itu Aluna mandi lalu dia hanya akan berdiam diri di kamarnya.

"Aku mau keluar," ujarnya pelan.

"Apakah aku harus menggunakan sandal? Tapi aku tidak punya sandal, ah aku akan memakai sandal ibu," Aluna berjalan ke belakang rumahnya mengambil sendal ibunya lalu memakainya.

Aluna membuka pintu, lalu keluar dan duduk di halaman depan rumahnya, matanya menatap langit yang sangat indah.

"Wah apakah itu matahari? Dia cantik," kagum Aluna.

Aluna hanya berdiam diri dihalaman rumahnya sambil merasakan hangatnya matahari menyentuh kulit putihnya.

"Panas," gumamnya.

Lalu dia berpindah duduk di ayunan.

Dia kembali diam hingga suara seseorang mengejutkannya.

"Siapa kamu?" Tanya seorang wanita yang mungkin umurnya sekitar 20 tahunan.

"Aluna," jawabnya pelan.

"Kau anak Bu Desi?" Tanya perempuan itu lagi.

"Iya aku anaknya."

"Kenapa kau tidak pernah keluar dari rumah?"

"Ibu bilang padaku katanya di luar ada monster mengerikan jika aku keluar monster itu akan mengkapku dan memakanku. Tapi sekarang monster itu tidak ada," jelas Aluna.

"Luna kan namamu? Luna perkenalkan aku Ratih rumahku di ujung sana, em boleh aku masuk?" Tanya Ratih.

"Tidak, aku tidak mengenalmu."

Dalam hati Ratih mengumpat karena menurutnya Aluna menyebalkan.

"Baiklah, apakah kau mau ikut denganku Luna?" Tanya Ratih

"Kemana?"

"Ke suatu tempat di mana kau akan bebas melihat dunia," ujar Ratih.

"Kau tidak akan merasakan yang namanya dikurung lagi, kau tidak akan merasakan kesepian lagi," lanjutnya.

"Aku mau," jawab Aluna.

"Baiklah aku akan menjemputmu besok pagi jam 10."

"Sepuluh? Apa itu? Aku baru mendengarnya."

Ratih tercengang mendengar penuturan gadis didepannya ini. Apakah dia tidak pernah belajar?

"Tidak, aku akan menjemputmu besok pagi. Jadi bersiap lah untuk itu," setelah mengatakan itu Ratih pergi.

•••

Sesuai janji Ratih kemarin sekarang perempuan itu berada di depan rumah Aluna dia sedang menunggu Aluna berkemas.

Aluna keluar dari rumahnya dengan sebuah tas yang berisikan baju-baju.

"Kau sudah siap?" Tanya Ratih.

"Sudah," jawab Aluna.

Mereka bergegas pergi menuju salah satu terminal dan menuju kota, 2 jam perjalanan mereka lewati dan sekarang mereka sudah sampai di salah satu agen yang akan memberangkatkan orang-orang keluar negeri untuk menjadi TKW.

Aluna yang emang dasarnya mudah percaya sama orang nurut-nurut saja.

"Aluna kita akan meninggalkan Indonesia, dan setelah itu kau akan bebas."

"Berarti aku akan meninggalkan orang tuaku?" Tanya Aluna.

"Ya, tapi kau masih bisa bertemu dengannya."

Aluna mengangguk lalu duduk sambil menunggu antrian untuk dipanggil wawancara.

"Antrian 20 atas nama Aluna Rafa," kata si mbaknya.

Aluna maju lalu ikut bersama Mbak yang memanggil namanya, Aluna di bawa ke ruangan wawancara dimana disana ada seorang wanita dan laki-laki yang tengah berbincang

"Permisi pak Bu, ini selanjutnya."

"Baiklah, silahkan duduk," Aluna menurut lalu duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Aluna Rafa ya, apa tujuanmu ikut menjadi TKW?" Tanya perempuan itu.

"TKW apa itu?" Tanyanya.

Keduanya mengerutkan kening mendengar pertanyaan Aluna sedikit heran tapi setelah kembali membaca biodata Aluna mereka paham Aluna anak yang tidak pernah keluar rumah.

"TKW atau TKI itu adalah tenaga kerja wanita dan tenaga kerja Indonesia mereka biasanya akan dikirimkan ke luar negeri untuk bekerja tapi kami disini akan mengirimkan orang kami jika ada yang berminat."

Aluna mengangguk tanda bahwa dia paham.

"Baiklah Aluna apakah kau bisa bahasa asing?"

"Aku bisa beberapa."

Mereka tersenyum setidaknya ada kemampuan yang Aluna punya.

"Baiklah, wawancaranya kami akhiri. Untuk kau di terima atau tidaknya akan kami infokan lagi."

Aluna mengangguk lalu keluar dari ruangan itu, setelah itu dia kembali mengikuti Ratih yang membawanya ke salah satu kostan yang ada di dekat sana.

"Kita tinggal disini untuk sementara," jelas Ratih.

"Terimakasih."

Dua hari setelah wawancara waktu itu Aluna kembali di panggil ke kantor.

"Aluna ada yang menginginkan kamu menjadi TKI di Swiss kamu tenang saja dia berasal dari Indonesia tetapi dia tinggal di Swiss."

"Apakah kau berminat?"

"Aku mau," jawab Aluna, dikepalanya sekarang hanya ada bagaimana dia bisa hidup tanpa terkurung lagi.

Perempuan itu tersenyum dalam hati dia bersyukur karena Aluna menerima jika Aluna menolak kantornya akan di tutup.

"Besok kau akan berangkat ke Swiss, persiapkan dirimu Aluna."

Aluna mengangguk lalu pergi meninggalkan kantor dia cukup senang. meski ada yang mengganjal di hatinya.

•••

Aluna sudah mempersiapkan diri untuk berangkat ke Swiss mereka sudah di bandara, gugup? Tentu saja apa lagi ini pertama kalinya bagi Aluna.

Setelah pemberitahuan untuk masuk chek in dan segala macamnya akhirnya pesawat yang Aluna tumpangi take off dia bersama temannya yang lain tidak bersama Ratih karena Ratih dapat di Negera lain.

Setelah menempuh waktu 17 jam akhirnya pesawat yang di tumpangi Aluna sampai di bandara Swiss, setelah itu Aluna dan yang lain memesan taksi untuk mencapai tempat tujuan.

Akhirnya mereka sampai di salah satu mansion yang megah dan mewah. Mansion Wiratama.

Mereka turun dan memberi tahu tentang keperluan mereka dan di izinkan masuk oleh satpam. Mereka disuruh menunggu di ruang tamu.

"Bagus banget rumahnya," kagum Aluna.

"Heh, gak usah norak jadi cewek!"bentak perempuan yang make up-nya lumayan tebal.

Aluna terdiam, dia sedikit takut jika dibentak karena ayahnya saja tak pernah membentaknya.

"M-maaf"

Tak...tak...

Seorang lelaki paruh baya turun dengan tegasnya siapa lagi kalau bukan bapak Wiratama.

"Kalian sudah sampai, silahkan perkenalkan diri kalian," tegas Farhan.

"Saya Amber pak, umur saya 20 tahun," kata perempuan yang make up menor tadi.

"Lanjut,"

"Saya asih pak, 23 tahun."

"Lanjut,"

Dan sekarang giliran Aluna gadis itu hanya diam karena dia tidak terlalu paham.

"A-aku Aluna," ujarnya gugup.

"Berapa umurmu?" Tanya Farhan.

"Emm aku tid—"

Ucapan Aluna terpotong karena Amber " dia tidak bisa berhitung pak," ujar Amber sinis.

Asih menatap tajam ke arah Amber apa-apaan itu.

"Saya tidak bertanya dengan anda," jawab Farhan dengan intonasi tegas.

Asih tersenyum lalu "dia bisa beberapa bahasa asing pak," ujar Asih.

Farhan mengangguk "baiklah, kalian saya terima. Tempat dan tugas kalian akan di jelaskan istri saya."

Mereka mengangguk lalu mengikuti langkah tangan kanan Farhan.

"Disini kamar kalian, dan nyonya akan kesini memberi tahu tugas kalian!"

"Baik pak, terimakasih," jawab mereka serentak.

•••

Mereka sudah di bagi tempat masing-masing oleh Arsi dan Aluna dapat di bagian mansion atas dan dapur, Amber dapat di bagian halaman belakang karena Arsi kurang suka dengan Amber.

Malam ini Arsi memasak cumi asam manis dan sayur-sayuran. Aluna menyiapkan semuanya di atas meja makan setelah semuanya sudah siap Aluna kembali kebelakang untuk membersihkan dirinya.

"Hei bocah! Jangan karena kau dapat di dalam mansion kau bisa seenaknya!" Bentak Amber tiba-tiba.

"I-iya."

"Bagus! Dan ingat jangan ke centilan!" Bentak Amber lagi.

"Kenapa kau selalu mengganggunya?" Ketus Asih.

"Ini urusanku dengannya, kau tidak perlu ikut campur Asih!"

"Dan kau, dengar apa yang aku ucapkan!"

Aluna mengangguk kepalanya tertunduk air mata sudah menggenang di pelupuk matanya dia tak suka di bentak dan orang tuanya tak pernah membentaknya.

"Jangan membentaknya!" Tegas seseorang.

"T-tuan," gugup Amber entah karena terpesona atau karena takut.

"Berhenti membentaknya atau kau ku pecat!" Bentaknya lagi.

"B-baik tuan."

"Pergi dari sini!" Amber pergi dengan perasaan takut.

"Hei, jangan menangis."

Aluna mendongak menatap lelaki didepannya. Tampan. Itu yang ada di kepala Aluna.

"Kau siapa?" Tanya Aluna dengan suara serak.

Dia tersenyum tipis mendengar pertanyaan gadis di depannya ini. "Saya Ravel."

Aluna mengangguk menatap Ravel yang lebih tinggi darinya. "Kau majikanku juga?" Tanya Aluna polos.

Ravel terkekeh pelan, senyum manis terpatri dibibir nya. "Kau menggemaskan, ya saya majikanmu."

"Ah maaf, aku tidak tahu."

"Tidak apa-apa, kenapa dia membentak mu?" Tanya Ravel.

"Hanya masalah kecil tuan."

"Masalah kecil? Tapi kau menangis," ujar Ravel sambil menghapus sisa air mata di sudut mata Aluna.

"Saya tidak menyukai ada air mata keluar dari mata mu," ujar Ravel.

"Tersenyumlah, dan bilang padaku jika dia membentak mu," kata Ravel tegas.

Aluna mengangguk lalu tersenyum.

"Terimakasih."

Ravel mengangguk lalu meninggalkan Aluna, ada perasaan tak suka melihat Aluna di bentak tadi apalagi air mata itu keluar dari netra indah itu.

"Aluna," gumam Ravel.

Ravel mengambil handphonenya lalu menelpon seseorang yang menjadi kepercayaan.

"Halo, cari biodata tentang Aluna, maid di mansion Wiratama," tegas Ravel.

"Baik tuan."

"30 menit"

Ravel mematikan sambungan telepon secara sepihak senyum miring terpatri di bibir merahnya.

"Mine!" Gumamnya sambil menatap foto Aluna yang dia ambil secara diam-diam.

°🌳🌳🌳°

Haiiii, aku balik lagi di cerita ini!!

Tanganku gatel mau up ceritanya!

I hope you like it guys!!

Jangan lupa vote and coment!

Jangan lupa follow : ig : @wattpad._zulfa
                               @itsmezulfa._
          Tiktok :  @cappucicooo

THANK YOU 1K READERS UNTUK CERITA RAVEL-ALUNA!!

21 may 2021

Continua a leggere

Ti piacerà anche

300K 13.3K 54
Akibat suatu kejadian yang membuat satu batang coklat gepeng, Devano yang dingin dan cuek harus berurusan dengan Aletta, junior yang sifatnya bertola...
105K 7.6K 42
[cover by : Diitsme] "Hai gue Gema Langit. Hobi gue? Bucin sama Gresea, manah hati Gresea. Intinya hobi gue mencintai Gresea sepenuhnya. Cuma itu...
189K 11.8K 54
Alleta Nadeleine, gadis cantik yang harus pindah sekolah karena mengikuti papanya yang bekerja. Namun, siapa sangka di sekolah barunya ini membawanya...
32.3K 2.4K 38
"Atharya, ayo pacaran!" "Boleh," balas Atharya seraya menatap lurus ke arah cewek di depannya itu dengan senyuman tipis. "Hah?" "Tapi ada satu sya...