THE BADGIRLS : DARKNESS WORLD

By inidaisyx_

9.8K 2.1K 1.5K

[SEBAGIAN PART DIPRIVAT HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] SEDANG REVISI! -Sinopsis baca di part prolog!- ⚠Mengan... More

AWALAN
Prolog
CHAPTER 1 [TWELVE CORES] *
CHAPTER 2 [PERAYAAN KECIL]*
CHAPTER 3 [REFRESHING]*
CHAPTER 4 [PERTEMUAN]
CHAPTER 5 [PEMENANG]
CHATER 6 [SIAPA DIA?]
CHAPTER 7 [KAKEK DAN OMAH]
Sekilas cast Kakek dan Omah
CHAPTER 8 [AKSI SOSIAL]
CHAPTER 9 [SERANGAN]
CHAPTER 10 [PERTEMANAN]
CHAPTER 11 [DIA DATANG]
CHAPTER 12 [NONGKI]
CHAPTER 13 [KARNA KANIA]
CHAPTER 14 [MENYELINAP]
CAHPTER 15 [PERMINTAAN 1: THE VAGOS]
CHAPTER 16 [HAL PENTING]
CHAPTER 18 [TERBAYANG-BAYANG]
CHAPTER 19 [ULAH RED DEVILS]
CHAPTER 20 [BERTENGKAR]
CHAPTER 21 [SISI GELAP]
CHAPTER 22 [BERSENANG-SENANG]
informasi!

CHAPTER 17 [PERMINTAAN 2:KEDEKATAN]

266 42 181
By inidaisyx_

HEYOO UPDATE!!
JANGAN LUPA KOMEN!❤
.
.
.


Setelah semalaman beristirahat dihotel, Kania dan teman-teman nya memutuskan untuk pulang jam enam pagi tadi.

Ketika sampai di depan rumah, Kania ragu untuk masuk kedalam. Dia takut dan bingung untuk menghadapi kakaknya.

‘Aduh, gimana nih’ batin Kania was-was.

“Yaudahlah, bodoamat gue capek” putus Kania. Dia lalu melangkah masuk ke dalam rumah yang megah itu.

Cklek

Dia membuka pintu besar rumahnya itu, dia lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang tamu, dan dia tidak melihat ada tanda-tanda seseorang.

Dia lalu berjalan dengan mengedap-ngedap menaiki tangga, dia berusaha untuk tidak membuat pergerakan yang dapat menimbulkan suara.

“Kemana aja semalem, hm?” tanya seseorang yang berdiri di ujung atas tangga.

Kania yang mendengar suara itupun sontak meringis dan mematung ditempat.

Dengan perlahan, Dia lalu menaikan padanganya keatas dimana suara itu datang. 

Yah, disana nampaklah sosok William yang sedang bersendekap dadanya dengan wajah dinginnya namun matanya yang terus menatap tajam keatah Kania.

Dia lantas menuruni tangga dan melewati Kania untuk duduk di single sofa ruang tamu.

“Emmm, d-dari---eummm itu--”

“Sini” perinta William tanpa menengok kearah Kania.

Kania lantas berjalan dan duduk disamping sofa yang William duduki.

“Nggak ada yang nyuruh duduk, berdiri” ketus William.

Kania yang malas berdebat itu pun lalu menuruti perintah kakaknya. Dia lalu menghela nafas sembari memutar matanya malas, setelah itu dia pun berdiri.

“Dari mana aja kamu semalem, hm?” tanya William yang kali ini tatapanya begitu menusuk tepat kearah mata Kania.

Tak ada jawaban.

“Jawab Kania!! Kemana aja kamu semalam?” desak William yang geram.

“Main” jawab Kania.

“Main?? Main apa kamu sampe-sampe semaleman nggak pulang?” tanya William.

“Ya nongkrong, kayak biasa” jawab Kania dengan nada acuh.

William sontak mengerutkan dahinya, biasa? Jadi hal seperti ini sudah biasa bagi adiknya? Dia lantas berdecak kesal.

“Trus semalem kamu tidur dimana?”

“Rumah temen” jawab Kania.

“Temen yang mana?” tanya William dengan menaikan sebelah alisnya.

'Bacot anjing, kalo bukan abang gue udah gue tembak mati ditempat lo!' batin Kania geram.

“Ck, ngapain sih kak? Kepo banget, yang itu--yang--” ucapan Kania terpotong karna bentakan William.

“ITU APAA? JAWAB YANG BENER! KAMU PASTI BOHONG KAN! KAMU TIDUR SAMA COWOK? HAH?! JAWAB!! PUNYA MULUT KAN?” bentak William yang berdiri dan langsung mencengram kedua bahu Kania.

Kania tersentak karna bentakan William. Dia lalu menunduk karna tak ingin menatap William.

“Hiks..Hiks..Hiks..” Kania lalu mengusap air matanya.

William sontak tersadar karna mendengar suara isakan Kania, dia pun merutuki dirinya sendiri karna telah membentak adiknya itu. Dia lalu  melepaskam cengramanya itu dan menarik Kania kedalam dekapannya.

“S-sayang m-maafin kakak, kakak---”

“Hiks Lepasin! Nggak ada hiks yang bisa ngertiin aku! Hiks Aku kira kakak sayang hiks sama aku, tapi ternyata kakak sama aja kayak yang lain!” jerit Kania sedikit sesenggukan.

“Maafin kakak sayang, kakak tadi nggak sadar---"

“Lepas!! KAKAK JAHAT!! KANIA BENCI KAKAK!!” bentak Kania lalu mendorong William dan berlari menuju kamarnya.

“Bodoh William bodoh!! Kenapa lo nggak bisa nahan amarah lo sih!! Kenapa lo bisa lupa kalo Kania itu nggak bisa dibentak” rutuk William pada dirinya sendiri.

.....

Kania memasuki kamarnya dengan membanting pintu bercat putih kamarnya itu.

Dia lalu melangkah menghadap kearah cermin, sejenak dia memperhatikan wajahnya yang sembab dan dipenuhi dengan air mata palsu itu.

Yah, air mata itu hanya palsu. Dia lalu sedikit memiringkan kepalanya dan mengerluarkan smirk khasnya. Perlahan, dia lalu menghapus airmata palsu itu.

“Menjijikan” kekehnya dengan smirk andalannya.

Dia lalu menghela nafas panjang dan membuka jaket kulitnya, setelah itu dia merebahkan tubuhnya ke kasur king size empuknya itu.

“Huft, kali ini gue selamat” helanya.

“Capek juga ya akting kek tadi, najis banget” ujar Kania yang tatapnya mengarah pada langit-langit kamarnya.

Dia lalu mandi dan berganti pakaian, dia juga sempat tidur-tiduran sebentar sampai dia meraih handphone nya dan membuka aplikasi whatsapp miliknya.

Denis setan
Jangan lupa jemput gue.
Gue tunggu jam satu siang.


Kania sontak berdecak kesal. ‘Ck, anak setan’ batin Kania kesal.


Kania Miller
Mls.

Denis setan
Pokoknya gue tunggu.

Kania Miller
Nvr.

Denis setan
Pengecut.

Kania Miller
Bdmt.

"Ck! Dasar cowok aneh” kesal Kania.

“Masa iya gue cewek jemput cowok! gila aja” decaknya.

Tak lama kemudian ada panggilan grup dari Sinta, Risty, dan juga Nina yang masuk ke handphone Kania. Kania lalu menekan tombol hijau untuk menerima panggilan itu.

“Kenapa?” suara kania.

“Kijang 1 aman?” suara Risty.

“Goblok, apaan sih” suara Sinta.

“Lo aman nggak?” suara Nina.

“Aman” suara kania.

“Bagus deh” suara Nina.

“Sempet tempur nggak?” suara sinta.

“Ga” suara Kania.

Waduh pake jimat apaan lo? Wah jangan-jangan pake khodamnya lucinta luna ya lo! Wah gila sih” suara Risty.

“Pake Sempak bapak lo! Direndem di kuah baso” suara sinta.

“Sempak bapak gue branded asu! Merk Channel semua” suara Risty.

“Brisik” suara Nina.

“Lo jadi ketemu Denis?” suara Nina.

“Nggak tau” suara Kania.

“HAH! Mau ketemuan kau rupanya! Kenapa tak cerita?” suara Risty.

“Iiilih ha’ah laa! Kenape kau tau cerite kat kite maemunah?” suara Sinta.

“Yaudah sih temuin aja” suara Nina.

“Males, ngapain coba” suara Kania.

“Yaudah elah, dateng aja. Selesai in sekalian” suara sinta.

“Bener tuh” suara Risty.

“Apa lo bener bener” suara Kania.

“Mwehehehehe” suara Risty.

“Dih! Ngeri anjeng” suara Sinta.

“Jam berapa?" Suara Nina.

“Jam satu” Suara Kania.

“Ini udah jam satu” suara  Sinta.

“Ohh” Suara Kania.

“Lah si curut nge-oh doang bangke! Berangkat sono cuk” suara Sinta.

“HAHAHHAHAA bisa aje lo! dasar babi ngepet” suara Risty.

“Yeuuu dasar cacing kremi!” suara Sinta.

“Yaudah, gue cabut dulu” suara Kania.

“JANGAN LUPA KASIH GUE PONAKAN YAK!” teriak Risty.

“Brisik bego” suara Nina.

“BRESEK NGENTOD! Aaaghh mana pake earphone” suara Sinta.

“Gue tandain muka lo anjing” suara Kania yang lalu mematikan telfon nya.

Kania lalu melangkah keluar kamarnya, Ketika turun dari tangga kania berpapasan dengan William.

“E-eh mau kemana?” tanya William yang terlihat sedang meeting di zoom.

“Keluar” jawab Kania malas.

“Nggak boleh, kamu baru tadi pulang! masa mau keluar lagi!” ketus William yang ekpresinya benar-benar marah.

“Ih nggak akan lama juga kok” sahut Kania yang lalu berjalan melewati William.

William dengan cepat mencegat Kania lagi dengan merentangkan tanganya di depan pintu.

“Ih! Minggir nggak?!” kesal Kania.

“Nggak!" ketus William sembari menggelengkan kepalanya.

“Ih! Awas!” kesal Kania yang berusaha menerobos tubuh tegap William.

“Enggak!” kekeuh William.

“Yaudah! Kita marahan! Aku nggak akan maafin kakak” putus Kania yang lalu bersendekap sembari membuang mukanya.

“Ck, yaudah deh iya” ujar William mengalah.

“Eeett! Tapi jangan sampe kemaleman. Jam 2 siang harus udah pulang” ujar William dengan melihat kearah lain.

“Ihhh!! Ini aja udah setengah 2 kakak!” kesal Kania.

“Ck! Yaudah, Maksimal jam 5 harus udah pulang! Nggak boleh telat 1 detik pun. Kalo telat kakak bakal kasih kamu hukuman” ujar William dengan memicingkan matanya mendekat ke wajah Kania.

“Isshh nyebelin” kesal Kania sembari menghentakan sebelah kakinya.

“Isshh Biarin” balas William sembari menirukan Kania.

“Nyebelin! Awas ya nanti aku aduin ke kakek!” ancam Kania sembari menujuk wajah William.

“Iwis yi ninti iki idiiin ki kikik” ledek William.

“Kakak nyebelin” geram Kania yang lalu pergi keluar rumah dan menuju mobilnya.

“Eh eh, Kakak yang anter kamu” sahut William.

“Hah? Kakak pikir aku anak Sd apa? nggak!” tolak Kania.

“Enggak tuh, malah kakak pikir kamu anak Paud” jawab William dengan santai.

“Kakak” rengek Kania.

“Utututu gemessh gemesshh” ujar William sembari mencubit kedua pipi mulus Kania.

“Cium dulu, baru boleh pergi” ujar William.

Kania lantas menghela nafas jengah dan mengecup pipi William.

Cup

Setelah Perdebatan tadi, Kania lalu memasuki mobilnya lalu melenggang pergi.

.....

Di perjalanan, Kania sibuk mencari bangunan sekolahnya Denis. Dia sengaja memakai mobil karna cuaca yang panas dan juga agar anak-anak sekolahan tak dapat melihatnya.

Tak lama kemudian Kania sampai didepan gedung sekolah Denis. Dan sepertinya masih belum waktunya pulang.

Kania melihat ada satpam yang akan melewati mobilnya, dia lalu berinisiatif untuk bertanya.

Dia lantas menurunkan kaca mobilnya “Emm pak, maaf saya mau tanya” panggil Kania.

“Eh iya dek, mau tanya apa ya?” tanya Satpam itu.

“Ini sekolahnya pulang jam berapa ya?” tanya Kania.

“5 menit lagi dek” jawab satpam itu.

“Ohh makasih ya pak” ujar Kania.

“Sama-sama dek” sahut satpam itu lalu pergi ke pos jaga nya.

Dia lalu kembali menaikan kembali kaca mobilnya, Setelah 15 menit menunggu, Kania pun kesal sendiri.

“Hah! Lama banget sih. Jangan-jangan gue dikerjain, sialan awas aja kalo bener” geram Kania kesal.

Tak lama kemudian, ada seseorang yang mengetuk kaca mobil disampingnya.

Kania lantas menoleh dan dia sedikit terkaget melihat Denis yang sedang membungkuk dengan cengiran lebarnya tepat depan kaca.

Kania lalu menurunkan kacanya dengan menampilkan wajah kesalnya. Denis lalu melipat tangan nya di lubang kaca dan tersenyum jahil menatap Kania.

“Gue pikir lo nggak dateng” ujarnya.

“Nggak usah basa-basi, masuk” ujar Kania datar.

“Biar gue aja yang nyetir lo pasti capek” ujar Denis dengan senyum nya yang Kania anggap itu aneh.

“Dasar aneh! Minggir” ketus Kania yang lalu membuka kasar pintu itu hingga Denis terdorong.

Dia lalu berpindah tempat ke kursi samping kemudi. Sedangkan Denis masuk kedalam kursi belakang mobil Kania.

“Mau ngapain lo? Katanya mau nyetir?” tanya Kania dengan menaikan sebelah alisnya.

“Mau ganti baju bentar” ujar Denis santai.

“HAH? Jangan gila lo! KELUAR!” jerit Kania tertahan.

“Udah sih diem! Bentar doang, lo liat aja kesana jangan ngadep ke gue, ntar ke enakan lagi lo!” ujar Denis.

“Dih, ogah kali gue” ujar Kania dengan memalingkan pandangan nya keluar.

“Jangan Ngintip, kalo mau liat sini gue liatin” ujar Denis dengan terkekeh kecil.

“Ga napsu gue ama lo! Buru ganti!” ketus Kania yang lalu memalingkan wajahnya keluar.

Setelah acara Denis yang berganti pakaian dimobil, dia lalu melajukan mobil Kania membelah jalanan panas Jakarta.

“Mau kemana?” tanya Kania yang tak berniat untuk menatap kearah Denis.

Denis mentap Kania sekilas lalu tersenyum dan menjawab “Ke Mall” jawabnya.

“Ngapain?” tanya Kania.

“Mau main lah mau ngapain lagi” ujarnya dengan santai.

“Ck! Males banget sih” Gumam Kania.

“Gue bersemangat sih, kalo lo males yaudah” acuh Denis yang lalu menggoyang-nggoyang kan tubuhnya ke kanan ke kiri dengan semangat.

“Diem lo! kek bocah tau nggak!” sentak Kania dengan kesal.

‘Gue yakin dia punya kelainan, dasar cowok gila!’ batin Kania.

‘Nih cewek pasti mikir kalo gue gila, padahal yang gila kan dia, dasar cewek gila!' batin Denis.

"Oh atau lo mau gue ajak ke hotel gitu? Lo mau main yang kayak gitu? Gue bisa puasin lo ka--"

"Bacot lo! Dasar mesum!" ketus Kania yang lalu memalingkan wajahnya yang sedikit bersemu itu keluar jendela.

"Tenang, cuma ama lo doang kok" kekeh Denis.

Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah Mall, mereka lalu memarkirkan mobil di basement dan masuk kedalam Mall.

“Ck! Mau kemana?” tanya Kania dengan jengah.

“Ke Timezone aja dulu” jawab Denis.

Mereka lalu berjalan menuju Timezone yang letak nya di lantai empat. Setelah sampai disana mereka lalu mencoba permainan bola basket.

Kania yang bosan pun melemparkan bola basket ke ring nya dengan asal.

“Ck! Gini biar dapet jackpot dengan cara cepat mudah dan praktis” ujar Denis yang lalu berdiri disamping mesin yang kebetulan tidak terlalu tinggi itu,

Dia lalu mengambil satu bola basket lalu menarik dan mendorongnya di dalam ring hingga angka bertambah dengan cepat.

'Lah, si anjing malah ngecheat' batin Kania yang menatap Denis cengo.

“Tuh kan dapet banyak, cepet lagi” ujar Denis dengan bangga. 

“Udah anjing! Ntar kalo ketauan gue nggak mau ikut-ikutan" geram Kania.

“Udah diem! Biar jackpot dulu” ujar Denis yang masih fokus dengan kegiatanya menarik dsn mendorong bola kedalam ring basket.

Dan benar saja setelah selesai bermain mereka mendapatkan 10.000 tiket dalam sekejap.

“Hahahaha banyak kan” ujar Denis sembari menujukan tiket yang telah dihasilkanya.

“Yaiyalah orang lo ngecheat!” ketus Kania.

Denis lalu memasukan tiket-tiket itu kedalam tas plastik yang entah dia dapat dari mana.

Mereka lalu mencoba permainan yang lain, dan sepertinya mood Kania sedang bagus. Tanpa mereka sadari mereka bermain dan Bersenang-senang bersama.

Setelah kurang lebih bermain selama 30 menit, mereka kini sedang bermain capit boneka.

“Ah payah banget sih lo! Gitu doang nggak bisa” ejek Denis pada Kania yang sedari tadi gagal mencapit boneka.

“Sini biar gue yang main” ujar Denis yang lalu merebut tombol mesin dan menggeser tubuh Kania.

Denis sibuk menyusun strategi untuk mengincar boneka mana yang akan dia capit.

“Itu, kalo lo bisa dapetin yang itu—gue bakal cium lo” tantang Kania yang membangkitkan semangat 45 dalam diri Denis.

Denis lalu mengubah objek incarannya ke boneka little pony yang tadi di tunjuk oleh Kania.

Setelah 5 menit Denis berputar-putar mengelilingi mesin pencapit boneka dan mengatur posisi pencapitnya agar pas, akhirnya dia akan memencet tombol agar pencapitnya turun.

Sayang nya posisi boneka itu sudah pasti akan jatuh sebelum sampai ke lubang.

“Hahaha gue yakin pasti gagal! Dasar payah! Gitu doang nggak bisa! Kek gitu malah bilang gue yang payah” ejek Kania sembari menatap remeh wajah Denis.

“Dasar Pa----“

“MASUK!” pekik Denis yang membuat Kania sontak terdiam dan mematung. melihat kearah mesin.

Dia membelalakkan matanya ketika melihat Denis mengambil boneka yang dia maksud tadi. Rasa panik kini menjalar ke seluruh tubuhnya.

Denis lalu menghampiri Kania dengan seringai dibibirnya.

“Ha-ha-ha! Ini kan yang lo mau? Sekarang tepatin omongan lo!” ujar Denis dengan tajam sembari menujukan boneka yang berhasil dia capit.

“A--Apaan sih” elak Kania sembari membuang mukanya.

“Yah! Tadi aja lantang banget ngomong nya, Kalo gue jadi lo sih malu banget tuh” cibir Denis.

“Yaudah, lo merem dulu tapi” ujar Kania.

“Nggak, nanti lo kabur” tolak Denis yang tak percaya.

“Yaudah kalo gamau” sahut Kania dengan santai.

“Yaudah nih” ujar Denis yang lalu menutup matanya dan tersenyum senang.

“Jangan buka dulu sebelum gue suruh” perintah Kania yang lalu diangguki Denis.

1 detik

2 detik

3 detik

4 detik

5 detik

Cup

Senyum Denis mengembang, rasanya dia ingin jatuh ke lantai dasar. Dia lalu membuka matanya perlahan, namun sebelum itu Kania sudah lebih dulu menutupi matanya dengan tangan.

“Jangan buka dulu! Kan belom gue suruh” kesal Kania yang lalu menutup mata Denis dengan sebelah tangannya.

“Oh iya, udah belom?” tanya Denis.

Kania lalu menurunkan tangannya dari wajah Denis, Denis lalu memandang Kania dengan tatapan yang sulit diartikan.

Dia lalu memegang pipinya yang terdapat bekas kecupan Kania dengan senyum-senyum.

“Mau kemana lagi?” tanya Denis.

“Emm, Udah jam segini. Sholat dulu yuk” jawab Kania.

“Yah, Serius?” tanya Denis dengan mengerutkan dahinya.

“Kenapa?” Tanya Kania heran.

“Nanti bekas ciuman lo ilang dong” ujar Dens dengan cemberut.

“Dih, udah ayo nanti keburu waktunya habis” ajak Kania.

“Tapi nanti cium lagi yah” ujar Denis dengan mata yang berbinar.

Kania lalu menganggukan kepalanya, melihat itu Denis refleks melompat-lompat girang. Kania lalu berjalan meninggalkan Denis.

“Tapi bo’ong” ujar Kania lalu berlari, dia tertawa melihat Denis yang tadinya tersenyum bahagia menjadi cengo.

“E—eh kok gitu sih! Eh tukerin dulu tiket nya! WOI!!” ujar Denis yang dihiraukan Kania.

......

Setelah menukarkan tiket, Denis dan Kania menuju ke mushola yang ada di dalam Mall. Kania melaksanakan sholat terlebih dahulu karna Denis yang pergi ke toilet namun tak kunjung kembali.

Tapi tenang saja, Tak lama setelah Kania selesai, Denis menunggu didepan pintu musholah, Kania pikir Denis sudah selesai sholat namun ternyata Denis menunggu Kania untuk bertanya apakah boleh bertayamum apa tidak.

Penyebabnya bukan karna tidak ada air tetapi Denis tidak ingin bekas ciuman Kania tadi hilang karna terkena air. Alhasil Denis mendapat sabetan maut dari Kania dengan sajadah yang dia gunakan untuk sholat tadi.

Setelah drama singkat tadi, kini Denis dan Kania sedang berada di salah satu tempat makan, setelah bermain setengah jam lebih perut mereka pasti sudah meronta-ronta untuk diisi.

Kania duduk berhadapan dengan Denis.

Ketika menunggu pesanan mereka datang, tiba-tiba Denis mengeluarkan sesuatu dari paperbag yang tadi dibawanya.

“Nih buat lo! Tadi gue tukerin tiket nya buat itu, lucu kan?” ujar Denis sembari menyodorkan sebuah bando berbentuk mutiara yang sangat cantik.

“Gue pasangin yah?” tanya Denis yang dijawab dengan anggukan kepala dari Kania.

Denis lalu memasangkan bando itu di kepala Kania.

‘Sempurna’ batin Denis.

Denis menatap wajah Kania dengan rasa kagum, kini dia sedang menikmati karya indah hasil ciptaan tuhan. sedangkan yang ditatap merasa risih karna Denis menatapnya senyum-senyum dengan bertopang dagu.

“Ekhem! Gue juga punya sesuatu buat lo!” ujar Kania memecahkan kefokusan Denis.

“Oh yaa? Apaan tuuuh” ujar Denis dengan antusias.

Kania lalu mengeluarkan barang yang dia maksud.

“Tadaa!! Ini dia” ujar Kania.

Denis yang melihatnya hanya melongo, pasalnya barang yang Kania tunjukan adalah bando kucing berwarna hitam.

“Gue pakein yah!” ujar Kania dengan antusias.

“E—eh nggak nggak!” tolak Denis sembari menjauhkan tubuhnya.

“Kenapaa?” ujar Kania bingung.

“Ya lo mikir lah! Masa iya gue make itu! Harga diri gue sebagai ketua geng Vagos gimana? Ternoda ntar!" jawab Denis tak terima.

“Jadi lo nggak mau?” tanya Kania dengan mengerutkan dahinya kesal.

“Ya jelas enggak lah!” tegas Denis.

“Ohh yaudah” ujar Kania yang lalu memalingkan wajahnya.

Dia lalu menunduk dan membuka handphone nya, dia bertingkah seperti dia hanya sendirian dan  seolah olah dia sedang ngambek karna Denis menolak pemberian nya.

Padahal ini memang rencananya untuk mengerjai Denis agar Denis mau memakai bando itu, maka dia memutuskan untuk pura-pura ngambek. Mana mungkin seorang Kania ngambek seperti ini apalagi bersama seorang laki-laki yang aneh seperti Denis.

Tak lama kemudian pesanan mereka pun datang, dan mereka pun mulai memakan nya.

“L-lo ngambek?” tanya Denis yang tidak mendapat respon apapun dari Kania, Kania malah sibuk memakan makananya.

“Kania?” Panggil Denis.

“Hmm” jawab Kania singkat.

“Lo marah sama gue?” tanya Denis lagi sembari memiringkan kepalanya agar dapat melihat wajah Kania yang menunduk.

Kania lalu menghela nafas dan menjawab pertanyaan Denis tadi dengan mengedikan bahunya.

“Ck! Nggak asik ah” ujar Denis.

Dia sontak terdiam dan berfikir sejenak sebelum melanjutkan ucapanya.

“Hufft, Yaudah sini pakein” ujar Denis malas.

‘YESSSSS’ batin Kania bersorak gembira.

Dengan antusias Kania langsung memasangkan bando itu ke kepala Denis.

“Nah kan jadi lucu” ujar Kania sembari mencubit kedua pipi Denis, sedangkan yang dicubit malah cemberut.

“Kaniaaa nanti gue dikira uke gimanaa?” rengek Denis.

“Kan ada gue” ujar Kania santai.

“Ck! Kalo nanti ada anggota geng gue, atau musuh gue liat gimanaa?” rengek Denis lagi.

“Udah diem! Nanti gue yang lawan. Udah makan tuh” ujar Kania sembari melanjutkan Makan nya.

"Nih, gue kasih masker!" ujar Kania yang lalu memberikan satu masker hitam kepada Denis.

Tak lama kemudian mereka sudah menyelesaikan acara makan-makan nya.

“Kaniaa gue lepas yah” bujuk Denis.

“Ihhh jangan! Abis ini pulang” Ujar Kania.

Denis pun merengut kesal.

Lagian kalo mau copot, copot aja sih kenapa nurut aja ama gue. Emang dasar cowok aneh’ batin Kania.

“Ke toko es krim dulu yuk” ajak Kania.

“Ck! Yaudah ayo cepet” ujar Denis sembari menarik tangan Kania.

......


Tak lama kemudian mereka sudah sampai di depan toko es krim. Denis yang tadinya di depan Kania kini berubah menjadi dibelakang, dia sedang bersembunyi dibelakang tubuh Kania.

“Ih lo ngapain sih! Heh!” ujar Kania kesal sembari berusaha melepaskan dirinya dari Denis.

“Ayo masuk” ujarnya pelan.

Kania lalu menghela nafas dan mulai memasuki toko itu, dia berjalan kikuk karna Denis yang terus bersembunyi dibelakang badannya.

“Denis jangan gini ah! Lo kan udah pake masker!” ujar Kania kesal.

Bukanya menuruti perkataan Kania, Denis malah melingkarkan tanganya di perut Kania, posisi nya seperti Denis sedang memeluk Kania dari belakang.

"Tetep aja kan gue malu" guman Denis.

“Lepas nggak! Gue hajar lo! Denis” desis Kania.

Kania merasa malu karna para pegawai dan juga para pengunjung di toko itu melihat ke arah nya.

“Ada yang bisa kami bantu kak?” tanya salah satu pegawai.

“Eehh, saya mau pesan 1 cone rasa strowbery  dan Vanila, 1 cone lagi rasa coklat sama Vanila” Pesan kania

“Gue nggak suka Vanila” sahut Denis yang masih setia menyembunyikan wajah nya di bahu Kania.

“Emmm satunya coklat aja mbak” ralat Kania yang di angguki pegawainya.

“Kak, pacarnya manja banget sih” ujar salah satu pengunjung.

“Ihh iya, kalian lucu banget” sahut yang lain sembari memotret Kania dan Denis.

“Kapan yah gue bisa kek gitu” timpal yang lain.

“Woy! udah dong! Gue malu diliatin gini” ujar Kania lirih.

‘Rasain! Gue tau lo pasti pengen malu-malu in gue kan! Makan tuh’ batin Denis girang.

“Ini mbak, totalnya 50 ribu” ujar pegawainya sembari menyodorkan 2 cone es krim.

“Ohh iya, makasih” ujar Kania sembari memberikan selembar kertas berwarna merah untuk membayarnya.

“Duduk lo!” perintah Kania yang akhirnya dituruti oleh Denis.

Kania merasa sangat kesal dengan Denis namun dia menahan amarahnya karna banyak pasang mata yang melihat kearah mereka.

Melihat ekspresi Denis yang seperti orang yang tak bersalah membuat Kania semakin kesal, Denis justru tersenyum menang dan menikmati Es krim nya.

“E—eh foto dulu yuk! Dari tadi kita belom foto loh” ujar Kania dengan tersenyum licik.

Denis pun merasa panik dan menghentikan kegiatan makan es krim nya, masalahnya jika Kania memiliki fotonya yang sedang memakai bando seperti ini maka Kania akan memiliki objek untuk mengancamnya.

“Ayooo” ajak Kania yang sudah siap dengan kameranya.

Dengan terpaksa mereka lalu berfoto, Kania tertawa tak henti-henti karna melihat wajah murung Denis.

Ckrek.

Lalu tiba-tiba Denis mengajaknya berfoto lagi tetapi berganti menggunakan kamera yang ada di handphone Denis.

Setelah posisi dirasa cukup bagus, Denis lalu melancarkan ide jahilnya.

Cup

Cekrek

Kania mematung karna kecupan yang diberikan Denis di pipinya.

‘Aaaaaa baperrr’

‘Anjir, gue pengen’

‘Yok tahan yok! bisa yok’

‘Romantis banget gilaa’

Begitulah sorakan- sorakan yang terlontar dari para pengunjung toko yang membuat Kania semakin malu dan bahkan pipinya sudah seperti kepiting rebus.

Sedangkan Denis tersenyum menang, kapan lagi bisa mengambil kesempatan emas seperti ini, apalagi hasil jepretan nya terlihat sangat sempurna.

Foto itu memperlihatkan Denis yang mencium pipi Kania sedangkan Kania tersenyum, karna tadi berjalan begitu cepat, jadi Kania tidak menyadarinya.

Kini mereka berdua sama-sama memiliki kelemahan.

Kania yang tersadar dari lamunanya itu pun langsung memukul bahu Denis, jika saja mereka berada di di luar maka sudah dipastikan Kania akan menghajarnya habis-habisan.

Kania benar-benar marah kali ini,  dan Denis sedang membujuknya. Tetapi tiba-tiba ada seorang anak Kecil yang mendatangi mereka.

“Hai kakak” sapa seorang gadis kecil yang umurnya sekitar 5 tahunan.

Mereka berdua sontak mengalihkan pandanganya kearah gadis kecil itu.

“H---hai” Balas Kania gugup.

“Hai manis, kenapa?” tanya Denis.

“Hai kakak, Nama aku Naqilaa. Naqilaa Cuma mau menyapa kakak cantik ini, dia baik banget. Tadi dia kasih Naqilaa uang pas di Timezone, dan sekarang mau Naqilaa beliin es krim, Makasih ya kakak cantik” Ujar Naqilaa.

“Oh ya? Emang Kenapa dia kasih kamu uang?” tanya Denis heran.

“Kakak nggak tau? Tadi kakak cantik ini suruh Naqilaa buat cium kakak ganteng” jawab Naqilaa.

Jawaban dari Naqilla membuat Denis melongo, sedangkan Kania mengalihkan pandangan nya ke arah lain. Setelah itu Naqilaa pergi entah kemana.

Flashback on

“Ha ha ha! Ini kan yang lo mau? Sekarang tepatin omongan lo!” ujar Denis sembari menujukan boneka yang berhasil dia capit.

“A--Apaan sih” Ujar Kania sembari membuang mukanya.

“Yah! Tadi aja lantang banget ngomong nya, Kalo gue jadi lo sih malu banget tuh” Sinis Denis.

“Yaudah, lo merem dulu tapi” ucap Kania.

“Nggak, nanti lo kabur” Ujar Denis tak Percaya.

“Yaudah kalo gamau” Ujar Kania santai.

“Yaudah nih” ujar Denis dengan menutup matanya.

“Jangan buka dulu sebelum gue suruh” perintah Kania yang lalu diangguki Denis.

Melihat Denis yang sudah menutup mata, Kania langsung memanggil salah satu anak kecil yang sedang bermain capit boneka juga, namun di mesin yang berbeda.

“Sttt, cium kakak itu oke! Ini kaka kasih uang” ujr Kania sembari memberikan lima lembar kertas berwarna merah.

Gadis itu mengangguk lalu kania mengangkat nya dan—

Cup

‘Berhasil’ batin Kania.

Dia lalu menurunkan anak kecil itu, lalu anak kecil itu berlari kearah lain.

Kania menahan tawanya setengah mati melihat wajah girang Denis yang memegangi pipinya, dia pikir Kania yang telah menciumnya padahal bukan.

Denis lalu membuka matanya, namun sebelum itu Kania sudah lebih dulu menutupi mata Denis dengan tangannya.

“Jangan buka dulu! Kan belom gue suruh” ujar Kania.

“Oh iya, udah belom?” tanya Denis.

Flashback off

Denis lalu memandang wajah Kania dengan Kesal, dia lalu pergi keluar toko dengan berjalan cepat.

Kania tidak menyangka kalau Denis akan semarah ini, Denis bahkan melupakan rasa malunya saat memakai bando kucing dan melangkah keluar toko, bahkan Denis tidak berniat untuk melepaskan bando itu atau memakai kembali maskernya.

Kania berhasil menggapai tangan Denis dan langsung membalikan badanya.

“Lo kenapa sih?” tanya Kania.

“Kenapa lo bilang? Lo bohongin gue” jawab Denis kesal.

“Yaudah sih maaf” ujar Kania.

“Nggak, gara-gara lo gue mau sholat aja mikir dua kali” ujar Denis.

“Ya itu kan salah lo! Ngapa jadi gue” Ujar Kania tak terima.

"Dan yang paling penting---Gue benci pembohong dan penipu" desis Denis dengan tajam.

“Gue gamau tau! Gue nggak butuh maaf lo! Sekarang cium gue!” ujar Denis dengan tegas.

Kania lalu membelalakan matanya.

“Enak aja! Nggak! Lagian lo tadi udah nyium gue!”ujar Kania tak terima.

“Emang apa spesialnya?” sinis Denis.

“Heh! Denger ya! Nggak ada cowok lain yang bisa cium gue seenaknya kecuali kakak dan bokap gue! Dan lo! Lo udah cium gue seenak jidat lo!” ujar Kania tersulut Emosi.

“Untung Cuma gue geplak! Kalo aja nggak ada yang liatin tadi, udah abis lo ditangan gue!” sambungnya.

“Uuuuuu atut” ujar Denis dengan manja, bukanya gemes Kania malah ingin menampol kepala Denis.

“Yaudah deh, seenggaknya gue nggak rugi-rugi amat” ujar Denis santai lalu melangkah pergi.

“Dasar anak setan” geram Kania.

.......


Setelah perdebatan itu mereka sempat mampir ke toko roti karna Kania yang ingin membeli beberapa roti untuk dibawa pulang.

Kini mereka sedang berada di basement, mereka sedang menuju ke mobil Kania yang terparkir lumayan jauh dari pintu masuk.

Dan kalian tau? Denis bahkan sekarang lupa bahwa dia masih menggunakan bando kucing berwarna hitam pemberian Kania. Mungkin dia sudah merasa nyaman.

Tapi tenang, dia tidak lupa untuk memakai masker yany diberi Kania tadi.

Ketika hampir sampai di mobil Kania, Kania dan Denis terlonjak karna suara teriakan seseorang.

“BOSSS!!” teriak orang itu.

Mereka berdua lalu melihat kearah sumber suara itu datang, ternyata yang berteriak adalah seorang laki-laki, dia bersama dengan beberapa teman nya.

Kania dan Denis pun membelalakkan mata mereka, begitu pula segerombolan laki-laki itu.

“I—itu si bos kan?” tanya salah satu dari mereka.

Gerombolan itu lalu menghampiri Kania dan Denis yang masih terdiam di tempat.

“PFTTTTT BAHAHAHHHAHAHA” tawa mereka pecah bersama.

Kalian tau siapa mereka? Mereka adalah Revan, Ale, Ken, Vallen, Iqbal, Dimas, dan David.

Lima menit sudah mereka tertawa melihat wajah konyol Denis yang memakai bando kucing itu, namun Denis tak juga menyadari keanehan yang ada pada dirinya.

Badan mereka lemas, sampai-sampai mereka berjongkok memegangi perut  karna tak sanggup berdiri bahkan tergeletak di tanah.

“Kalian kenapa sih?” Tanya Denis gayanya yang berubah menjadi gagah.

Mereka lalu berhenti tertawa dan menatap kearah Denis, tak lama kemudian mereka mulai tertawa lagi.

Bayangkan saja Denis yang bersikap gagah perkasa dengan bersendekap dada tetapi memakai bando kucing yang sangat lucu, bahkan pemandangan ini adalah pemandangan langkah.

“B-boos bando i—itu b—beli dimanahahahahahha” ujar Iqbal yang tak kuat menahan tawanya.

Seketika itu Denis menyadari alasan teman-temanya itu tertawa. Dia lalu melepas bando itu dengan kasar lalu melemparnya ke arah Kania yang sedang terkikik geli.

“Puas lo? Puas?” tanya Denis pada Kania yang sedang menutup mulutnya agar tidak tertawa keras.

“PUAS KALIAN?!” bentak Denis pada Teman-temanya dan seketika itu mereka terdiam dan mulai membenarkan posisi mereka masing-masing.

“E—eh bos disini?” tanya Revan sembari menggaruk rambutnya.

“Nggak, dilaut” jawab Denis datar.

“Emmhh udah jam segini” ujar Kania sembari melihat jam yang melingkar ditanganya dan menunjukan pukul 5 Kurang 10 menit.

“Kenapa?” tanya Denis dengan lembut.

“Udah jam segini, gue pasti telat pulang nya” jawab Kania.

“Yaudah, ayo pulang! Gue anterin” ujar Denis.

“Ehh, nggak usah gue bisa sendiri kok! Lo pulang aja sana” ujar Kania.

“Ekhhm!”

“Ekhmm!”

“EKKKHMMM HMM”

“UEKMMM EKMMM KHMM HUEKK” suara Revan yang terlalu semangat sampai-sampai kebablasan.

“Ck! Nggak papa, lagian ini udah mau malem. Yuk! Katanya tadi telat” ajak Denis.

Kania lalu mengangguk pelan.

“Kalian, ikutin mobil dari belakang” perintah Denis yang lalu diangguki yang lainya.

Mereka lalu menancap gas dan keluar dari basement.

..........


Selama diperjalanan Kania tak henti-hentinya menatap jam tangan yang melingkar ditangan indahnya.

“Kenapa sih? Kok muka nya panik gitu?” tanya Denis.

“Ck! Ntar pasti kena marah gara-gara gue pulang telat” jawab Kania.

“Emang sering kek gitu?” tanya Denis lagi.

“Enggak sih! Cuma tadi gue udah janji nggak bakal pulang telat” jawab Kania.

“Sorry yah, gara-gara gue lo pulang nya telat” Ujar Denis.

“Santai aja kali! Kakak gue nggak akan marah-marah banget, lagian gue udah beliin dia roti kesukaanya” ujar Kania sembari menatap bingkisan yang dia pangku.

“Lo nyuap?” kekeh Denis.

“Enggak, gue Cuma ngasih oleh-oleh aja” ujar Kania santai.

“Btw, Kabar pacar lo gimana? Dia keliatanya kasar sama lo, gue bisa liat dari cara dia maksa lo pulang waktu di cafe” tanya Denis.

“Pacar? Hahahahaha” bukanya menjawab Kania malah tertawa.

“Yeee kenapa malah ketawa?” tanya Denis heran.

“Ekhm! Dia bukan pacar gue, dia kakak gue” jawab kania.

“Oh jadi dia abang lo” ujar Denis yang lalu di angguki Kania.

“Wah, Calon kakak ipar gue galak ternyata” gumam Denis yang dapat didengar Kania.

“Paan sih! Kakak ipar? Ngimpi lo!” ketus Kania.

“Kan semua hal itu berawal dari mimpi dulu batu jadi kenyataan” ujar Denis dengan nada bijaknya.

“Hmm, terserah”

Tak lama kemudian mereka sudah memasuki gerbang rumah Kania, disusul dengan dua mobil teman-teman Denis.

Mereka lalu turun dari mobil secara bersama.

“Ini rumah lo?” tanya Vallen pada Kania, Kania lalu mengangguk sebagai jawaban.

“Rumah nyokap gue lebih tepatnya” ujar Kania.

Mereka semua terkagum-kagum melihat rumah megah Kania, kecuali Denis yang sudah terbiasa melihat rumah-rumah besar seperti rumah Kania.

“Yaudah kita balik dulu” ujar Denis.

“Oh nih bawa” ujar Kania sembari menyodorkan bingkisan yang berisi roti yang tadi dibelinya.

“Buat apa? Nggak usah” tolak Denis.

“Ohh makasih, makasih” ujar Revan yang langsung menerima bingkisan itu.

“Yeuu dasar anak curut” sinis Dimas.

“Yaudah kita balik dulu” ujar Denis yang lalu diangguki Kania.

“Hati-hati” ujar Kania dengan tersenyum, dia lalu tersadar dan merubah wajahnya datar.

Mereka lalu memasuki mobil, dan mulai meninggalkan kawasan Rumah Kania.

Tanpa Kania sadari, sedari tadi ada sepasang mata yang menatap ke arahnya dengan intens.

.......

TBC!!


HEYOO LUV!!
GIMANA KESANYA CHAPTER KALI INI?
DAPET NGGAK SIH FEEL NYA?:(

JANGAN LUPA VOTE
SEE YOU LUV!❤

Continue Reading

You'll Also Like

691K 34.2K 51
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...
833K 79.4K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
361K 19.3K 27
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
1M 103K 27
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...