Love Story Anne

By queenponyy

273K 22.6K 688

[โ€ผ๏ธ๐˜ฝ๐™๐˜ฟ๐˜ผ๐™”๐˜ผ๐™†๐˜ผ๐™‰ ๐™๐™Š๐™‡๐™‡๐™Š๐™’ ๐™Ž๐™€๐˜ฝ๐™€๐™‡๐™๐™ˆ ๐™ˆ๐™€๐™ˆ๐˜ฝ๐˜ผ๐˜พ๐˜ผโ€ผ๏ธ] Anne Chintya Hinata, sosok gadis atlet be... More

00. Prolog
01. Si Ratu Es
02. Si Penyimpan Luka
03. My Perfect Brother
04. Pertemuan Kesekian Kalinya
05. Apa Itu Keluarga?
06. Awal Dari Segalanya
07. Saingan Baru
08. Sandiwara Murahan
09. Saling Membutuhkan
10. Dress Biru
|| SPESIAL VISUAL ||
11. Rasa Yang Aneh
12. Couple Baru?
13. Rasa Kecewa
14. Anne dibentak?
15. Family
16. Clarisa The Geng Berulah
17. Perhatian Kecil Dave
18. Please Hugh Me!
19. Mengikhlaskan Atau Berjuang?
20. Makam Bunda Shella
21. Dunia Ini Sempit
22. Ratu Es Sakit
23. Dua Tukang Debat Bertemu
24. Anne VS Clarisa The Geng
25. Obat Untuk Dave
26. Ayah dan Dave
27. Naufal Modus
28. Cemburu?
29. Gibahin Hesa
30. Berkuda Bersama
31. Kelemahan Anne
32. Bertemu Camer
33. Dave Pergi?
35. Ratu Es Sakit-2
36. Penjelasan Dave
37. Berkumpul Kembali
38. Quality Time
39. Dave VS Naufal ??
40. Manjanya Coldgirl
41. Rahasia Baru
42. Menguak Rasa Ingin Tahu
43. Firasat Buruk
44. Perasaan Ragu
45. Keputusan Berat
46. Khawatir
47. Dalam Bahaya
48. Clarisa Si Iblis Licik
49. Clarisa Yang Sebenarnya
50.
โ€ข51โ€ข
โ€ข52โ€ข
โ€ข53โ€ข
โ€ข54โ€ข
โ€ข55โ€ข
โ€ข56โ€ข
โ€ข57โ€ข
โ€ข58โ€ข
โ€ข59โ€ข
โ€ข60โ€ข
โ€ข61โ€ข
โ€ข62โ€ข
โ€ข63โ€ข
โ€ข64โ€ข
โ€ข65โ€ข
โ€ข66โ€ข
โ€ข67โ€ข
68. Epilog
69. Ekstra Part I
70. Ekstra Part II
|| MY NEW STORY ||

34. Rapuh?

2.5K 240 12
By queenponyy

Welcome readers,
Love Story Anne!

|| Revisi 02-05-22 ||

(。’▽’。)♡

"Membuka hati adalah hal paling menakutkan sekaligus menyakitkan bagiku."

Anne Chintya Hinata

(。’▽’。)♡

Malam ini jauh terasa lebih dingin dari biasanya. Malam yang sunyi seperti tidak ada kehidupan lagi baginya.

Setelah kejadian di rumah Dave, Anne sama sekali tidak keluar kamar. Semua anggota keluarganya berusaha merayu dirinya untuk keluar kamar. Namun nihil, keras kepala Anne tidak ada yang bisa menyaingi. Gadis yang hampir berusia 17 tahun ini sedang berada di teras balkon kamar miliknya. Pandangannya kosong kedepan. Tidak peduli dengan angin yang terus menerpa kulit mulus dan putihnya. Tubuh mungilnya hanya terbalut oleh tanktop maroon dan celana hotspant.

Sudah hampir dua jam Anne tidak berkutik dengan posisinya. Dering telfon dan notifikasi chat terus berdatangan. Tubuh mungilnya mulai merosot kesudut balkon, memeluk lututnya sendirian.

Hal yang paling Anne takutkan telah terjadi. Disaat dia berusaha membuka hati selalu muncul cobaan yang membuatnya sakit hati. Terlalu banyak cobaan untuknya saat jatuh cinta, ia benci hal ini. Anne selalu kalah dan lemah dalam masalah cinta.

Anne benci jatuh cinta.

"ANNE, BUKA PINTUNYA!" teriak Hesa dari luar kamarnya. "JANGAN NYIKSA DIRI SENDIRI, DEK!"

"Buka pintunya dong, sayang. Cerita ayo sama bunda." bujuk bunda.

"KAKAKK!! HIKS... JANGAN DIKUNCI HIKS... PINTUNYA HIKS...GI—GIBRAN KHAWATIR." Gibran ikut serta merayunya. Sejak kakaknya tidak keluar kamar, Gibran menangis tanpa henti.

Semua terlihat cemas dan khawatir di luar sana, tetapi Anne tidak mendengar suara ayahnya. Entah beliau sedang lembur atau memang tidak peduli pada dirinya, yang terpenting sekarang dia hanya ingin sendirian tanpa diganggu oleh siapapun.

"GUE DOBRAK NIH DEK KALAU LO BENERAN GAK MAU BUKA PINTUNYA!"

"Anne, jangan buat bunda cemas, nak."

"GUE HITUNG SAMPAI TIGA KALAU LO GAK MAU BUKA PINTUNYA, GUE DOBRAK BENERAN NIH, DEK!" Hesa menatap bundanya untuk meminta izin dan bunda mengangguk pasrah karena dirinya juga khawatir dengan putrinya yang tiba tiba datang menangis dan mengunci diri selama ini.

"SATU!"

"DUA!!"

"DUA SETENGAH!"

"MUNDUR, ANN!"

"TIGA!!"

BRAK!

Pintu kamar Anne sudah rusak karena tendangan sang kakak. Hesa mengedarkan pandangannya dan tepat disudut balkon ia melihat keadaan adik perempuannya yang sedang tidak baik baik saja.

"ANNE!" teriak bunda dan Hesa bersamaan.

"KAKAK!" Gibran tidak kalah histeris.

"Bunda sama Gibran ke kamar aja, biar Hesa yang urus Anne."

Gibran menggelengkan kepalanya, "GAK! Gibran mau temani kak Anne disini" hendak bocah itu berlari kearah Anne namun dicegah oleh Hesa.

"Lihat kakak! Kak Anne baik baik aja, dia hanya butuh waktu sendiri. Biar kak Hesa yang urus. Lagian udah malam, kamu juga harus tidur sama bunda."

"Kasihan kak Anne, kak. Gibran mau peluk kak Anne sekarang!"

Bunda sebenarnya juga ingin memeluk putrinya namun dia tahu hanya Hesa yang paling dekat pada putri semata wayangnya.

"Gibran sayangkan sama kak Anne?" tanya bunda yang dijawab anggukan oleh putra kecilnya. "Biar kak Hesa yang ngomong sama kak Anne ya, kita ke kamar aja."

"Hiks... yaudah kak Hesa janji bakal jaga kak Anne kan?" Hesa mengiyakan ucapan adiknya.

"Kalau gitu bunda bawa Gibran dulu ke kamarnya. Kamu tenangin Anne ya, bang."

"Iya, bund." jawab Hesa.

Setelah kepergian bunda dan adiknya dari kamar Anne, Hesa segera menghampiri adik perempuannya. Keadaan Anne bisa dibilang cukup berantakan. Bibirnya memucat, mata sembab, dan gelungan rambut yang tidak berbentuk kembali. Hesa langsung memeluk adiknya dengan erat. Bisa ia rasakan kalau Anne menangis dalam diam.

"Lepasin, Ann. Jangan nangis dalam hati terus." seketika tangis Anne langsung pecah dan ambruk kepelukan kakaknya. "Jangan siksa diri sendiri, Ann. Ada abang disini."

"Cerita sama abang semuanya, dek. Jangan bikin abang gak berguna jadi kakak kamu selama ini." imbuhnya.

Anne tidak bisa berbicara, ia masih setia menyembunyikan wajahnya didada bidang sang kakak. "Siapa yang buat lo kayak gini? Bilang sama gue!"

"Da—dave, bang."

Hesa melonggarkan pelukannya dan menggendong adiknya menuju kasur. Mendudukan Anne di pinggir kasur. Hesa berjongkok dihadapan sang adik, lalu menatap tubuh Anne yang cukup berantakan.

"Apa yang dia perbuat?" sebenarnya Anne enggan menceritakannya karena dia paham sifat Hesa yang mengerikan saat tau dirinya disakiti.

"Bilang sama abang dia apain kamu, dek?"

Tidak ada jawaban sama sekali dari Anne membuat Hesa mengumpat. "Shit! Berani beraninya dia sakitin adik gue. Lihat aja besok, habis ditangan gue!"

"Jangan," ucapnya lirih.

"Kenapa? Jangan lindungi dia kayak lo lindungi Naufal dulu! Abang gak suka lo disakiti gini, Ann,"

"Jangan buat anak orang sakit, bang."

"Terus lo yang di sakitin terus gitu? GAK! Gak akan abang biarin itu terjadi, dek."

"You love me, don't you?"

"Questions that don't need to be answered!"

"Turutin kemauan Anne."

"Untuk kali ini abang gak mau kamu ngalah terus, Ann. Dengarin abang sekali aja!"

"Ada apa ini?" suara bariton dari lelaki dewasa membuat mereka berhenti berdebat. "Ada masalah, Hesa?"

Hesa menunduk tidak berani menatap wajah datar ayahnya. Apa lagi Anne yang masih terisak di hadapan Hesa. Jika ayah sudah bertindak maka semua akan dalam masalah besar. Apalagi tau kalau ada yang menyakiti anggota keluarganya.

"Apa yang terjadi, Anne?" tanya ayah dengan nada lembut.

"Gak ada, yah." jawabnya lirih.

"Hesa! Jawab!" suara itu terdengar dingin sekali ditelinga kedua anaknya.

"Yah! Jangan—–"

"AYAH TANYA HESA BUKAN KAMU!" suara ayah semakin meninggi saat melihat bibir pucat dan mata sembab putrinya.

"HESA!"

"H—hesa gak tau jelas apa yang terjadi sama Anne, yah. Tapi pu–pulang dari rumah Dave udah nangis dan gak mau makan dari tadi. Kunci kamar sampai malam g—gini." jawab Hesa dengan nada gugup.

Ayah menatap anak perempuannya yang menunduk dengan bahu yang bergetar. Jarang sekali ia lihat Anne menangis seperti ini apa lagi hanya karena soal cowok.

"Anne, sini!"

Dengan ragu Anne berdiri, tubuhnya sedikit sempoyongan karena belum makan sejak pulang sekolah. Tadi ia hanya minum susu kesukaannya ditambah camilan saat di rumah Dave. Hesa yang takut terjadi apa apa dengan adiknya lebih memilih menahan tangan Anne.

"HESA!" suara ayah yang cukup tinggi membuat bundanya segera menenangkan suaminya.

"Mas, udah jangan marah marah dong."

"Kamu kembali ke kamar Gibran, Raina!" ucapnya dingin.

"I–iya tapi jangan kasar sama anak anak." ucap Raina, bundanya.

"Lepasin tangan Anne, bang." Hesa menggeleng, menolak.

"Hesa, jangan buat ayah marah!"

"Hesa yang salah, yah. Harusnya Hesa gak biarin—"

"Udah! Lepasin, bang." dengan berat hati Hesa melepas genggaman tangannya.

Dengan kepala yang sedikit berkedut akibat terlalu lama menangis, Anne berjalan menghadap sang ayah. Tepat dihadapan lelaki dewasa tersebut Anne hanya menundukan kepalanya, Tidak berani menatap wajah ayahnya yang sedang tersulut emosi.

"Mau peluk ayah?" dengan sisa tenaganya Anne langsung memeluk ayahnya dan pecah kembali tebeng pertahanannya.

Tak peduli dengan sifat ayahnya yang aneh karena sekarang Anne hanya ingin menangis dan sebuah pelukan. Hesa yang awalnya juga terkejut namun seketika ujung bibirnya sedikit terangkat walaupun tipis hampir tak terlihat.

"Ada masalah apa?" tanya ayah.

"D–dave mau pergi...."

"Pergi?" tanya Hesa dan ayah secara bersamaan.

"Kemana emangnya?"

"Pe—Perancis."

Bibir ayah sedikit terangkat dan emosinya berkurang saat mendengar penuturan anak perempuannya. Hesa tak paham dengan mimik wajah yang ayahnya tunjukan.

"Mau makan? Ada seblak kesukaan kamu." Anne menolak tawaran ayahnya  karena moodnya sedang tidak baik.

"Lo belum makan dari siang loh, dek." sahut Hesa.

"Tuh makan dulu ya?" tawar ayah sekali lagi.

"Mau tidur."

"Yaudah kamu tidur aja kasihan matanya kayak panda gini." ayah menoel pelan hidung Anne yang tersumbat karena terlalu lama menangis.

"Kamu temanin adik tidur ya?" ucap ayah pada Hesa.

"Iya, yah!"

"Ayah ke kamar dulu kalau gitu," kedua anaknya mengangguk. "Besok mang Ading datang benarin pintu kamar kamu."

"Maaf, yah tadi Hesa dobrak paksa."

"Gapapa." ayah menepuk pelan bahu Hesa lalu pergi meninggalkan kedua anaknya.

Hesa menatap adiknya yang tertunduk memijat pelipisnya. Tiba tiba tubuh Anne melayang dengan sigap ia mengalungkan tangannya pada leher sang kakak.

"Pusing?" Anne mengangguk lemah. "Sekarang tidur ya."

Hesa menempatkan tubuh adiknya disisi kanan kasur, sedangkan dia disisi kirinya. Anne menyandarkan kepalanya pada dada kakaknya, berusaha mencari posisi ternyaman sebelum tidur. Hesa mengurai rambut Anne yang berantakan, lalu ia usap pelan dan mengecup puncak kepalanya. Hangat, ada rasa hangat, nyaman dan aman saat diperlakukan Hesa seperti itu. Seposesif apapun kakaknya tetap Hesa yang paling paham akan kebutuhan Anne.

Anne mulai tertidur dan bisa Hesa rasakan nafas adiknya mulai teratur. Dia menarik selimut menutupi badan adiknya sebatas dada bersama dia disampingnya.

"Perancis? Buat apa tuh bocah pergi kesana." gumam Hesa. 

(。’▽’。)♡

Selamat malam semuanyaa!

Ada yang baca gak kalau aku up malem malem gini?

Mau curhat dulu boleh gak? Hehehe

Serius aku makin semangat update pas banyak yang neror minta lanjut di akun2 aku😭🙏

Seseneng ini ternyata kalau banyak yang nungguin🥺 Thanks you buat kalian <3

Bantu aku ramaiin cerita ini yuk! Share, like dan komen disetiap partnya!

Jangan lupa follow akun aku👇

SEE YOU NEXT PART❤

Continue Reading

You'll Also Like

336K 24.8K 52
"๐‚๐ข๐ง๐ญ๐š ๐๐š๐ง ๐š๐ฆ๐›๐ข๐ฌ๐ข, ๐›๐š๐ ๐š๐ข๐ฆ๐š๐ง๐š ๐œ๐š๐ซ๐š ๐ฌ๐ž๐ฆ๐ž๐ฌ๐ญ๐š ๐ฆ๐ž๐ซ๐ž๐ฌ๐ญ๐ฎ๐ข?" -๐“ง๐“ช๐“ฟ๐“ฒ๐“ฎ๐“ฎ๐“ป๐“ฌ๐“ช๐“ต โ€ขโ€ขโ€ข Brigas Air Samudra, lelaki d...
18.3K 344 5
Girene yang berarti 'Rakyat hutan' yang menjadi sebuah geng Abal Abal untuk mengenang masa ketiga remaja sma. Ditepi danau terdapat rumah pohon beruk...
81.9K 7.5K 36
[ FOLLOW AKUN KU DULU SEBELUM BACA CERITA INI ] Dunia memang kecil. Takdir mempertemukan Alaskar kembali bertemu dengan sosok wanita yang mirip denga...
10.9K 711 29
ini saquel cerita ONAโœ“ โš ๏ธbuang buruknya ambil baiknyaโš ๏ธ alih judul dari: |BATA:incident|โœ–๏ธ ke: |BARA:My Menta, Mom Bastra|โœ”๏ธ _______________________...