My Day || Hyunsuk x Heejin [S...

By HyunsukID

17.3K 3.1K 6.7K

Dua orang yang mewakili cahaya dan kegelapan di masa muda. Berbeda dalam setiap aspek, latar belakang, maupun... More

01. Exclusive Birthday Gift!
02. Hyunsuk
03. Drizzling
04. Three Colour Hair
05. Class Room
06. Problem
07. Naughty Boy I
08. Naughty Boy II
09. Trouble Maker
10. On The Way
11. Friendship
Mampir yuk :)
12. Sad or Happy I
13. Sad or happy II
15. The Homework
16. I Love My Shoes
17. Something
18. Departure
19. Shadow
20. The Secret
21. Hyunsuk House
22. The Little Devil
23. Cherry Lips
24. Stupid
25. Here We Go!
26. A-Team
27. Beautiful Girls
28. Sweet Umbrella
29. Two Voices one Heart
30. Jealousy
31. HeartCold
32. Bad Boy
33. I Need my Space
34. Memories
35. Make it Fast
36. Don't go Anywhere
37. A Snake in the Grass
38. I Do Love You
39. I know U can do it || END
40. I like the story || EPILOG
πŸ₯³[MY DAY] TERBITπŸŽ‰πŸŽ‰πŸŽ‰πŸ’–

14. See u

338 84 161
By HyunsukID

Sesampainya di lantai dua, Hyunsuk melihat Haruto sudah tertidur pulas di tempatnya, meringkuk bersama selimut yang menutupi setengah dari wajahnya. kesebelas temannya itu sudah menata tempatnya masing-masing untuk di tidurinya nanti, beralaskan futon yang hangat.

Dengan langkah yang begitu berat Hyunsuk menghampiri kamarnya. Sebelah tangannya terangkat meraih knop pintu. Namun ia urungkan kembali saat tak sengaja telinganya menangkap suara kebisingan dari luar.

Hyunsuk beralih menuju sumber suara tersebut, berakhir kini duduk di kursi balkon sambil mengamati kegiatan teman-temannya dari atas, Ia melihat Heejin tertawa lepas di bawah sana.

Entah di sengaja atau tidak, namun Hyunsuk mengulas setengah senyum di bibirnya.

Hyunsuk melihat dengan jelas wajah Heejin tertawa dengan puas. Untuk beberapa saat ia menikmati wajah itu, memandanginya lebih lama.

Apakah ini dikarenakan pertama kali baginya melihat tawa itu, sampai ia pun enggan mengalihkan pandangan ke arah lain. Sudut bibirnya terus terangkat.

Tidak masalah, Hyunsuk tak berniat menghentikan senyuman itu, ia merasa hatinya ikut menghangat. Senyuman Heejin .... kenapa Hyunsuk ingin selalu menatapnya.

Tapi sekejap wajahnya berubah menajam, tubuhnya yang gagah bergerak menegak, saat melihat pria di sebelahnya mengusak surai panjang milik sang gadis.

"Park Jihoon ...."

****

Keesokan harinya (minggu 07:00kst)

Hyunsuk and Friends sedang bersiap-siap. Pagi ini mereka akan pulang, semalam Hyunsuk begadang menelefon satu-persatu keluarga dari teman-temannya itu, sekedar memberitahu agar mereka tak perlu khawatir akan putra-putranya yang tak pulang.

Tidak terlalu merepotkan atau membutuhkan percakapan panjang, orang tua dari teman-temannya ini tidak tergolong sulit dihadapinya.

Mereka tak menanyakan hal-hal lebih, mungkin karena sudah terbiasa saja, atau... mereka adalah anak yang tak berguna, jadi para orang tuanya itu tak terlalu memikirkan.

Senantiasa lebih setia menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

Benar. Teman-temannya ini hanya beban keluarga, biang rusuh, tak tahu diri, hanya bisa menghabiskan uang saja. Bisa jadi jika mereka di culik pun, keluarganya tak akan ada yang mau berusaha mengambil darah dagingnya kembali.

Sudah di biarkan saja terculik, lumayan satu beban keluarga berkurang.

Akhirnya mereka akan pulang pagi ini, karena ini hari minggu jadi hanya ada satu Bus yang akan melewati desa, itupun pagi-pagi sekali.

Masih bersiap-siap, sementara busnya sebentar lagi tiba, Hyunsuk menyelak agar semuanya bergerak cepat. "Hei, ayo cepatlah...! Lihat Asahi sudah menunggu kalian sedari tadi." Hyunsuk mengarahkan dagunya menunjuk Asahi yang sudah rapi.

Pemuda pucat itu tengah duduk diam sembari menggendong tasnya di pundak.

Jaehyuk sepertinya perlu diberi obat penenang, ia terus berlalu lalang sambil mengoceh mencari ikat pinggangnya yang entah di mana ia letakkan.

Junkyu yang baru saja bangun dan masih mengumpulkan nyawanya itu tiba-tiba berteriak, kencang sekali, "Ya Mashiho, yang benar jalanmu!!" Kakinya tak sengaja terinjak.

"Hyunsuk, aku pinjam kaus kakimu, cuacanya sangat dingin."

"Hyunsuk, apa kau punya sarung tangan?"

"Bolehkan aku membawa selimut ini?"

"Bantal ini bagus juga."

Haruto baru saja kaluar dari kamar mandi, disusul Junghwan yang melesat masuk.

"Kau mandi lagi?"

"Ya Jeongwoo, kenapa kau memakai tasku? tasmu ada di bawah, bodoh!"

Begitulah kekacauan di pagi hari, membuat sang pemilik rumah hanya bisa memijat pelipisnya lelah,

sudah kubilang mereka itu tak berguna. -Hyunsuk.

****

"Harusnya kalian sarapan lebih dulu."

Hyemi kini ikut berdiri di perempatan jalan, menunggu bus. "Atau tinggallah satu hari lagi, kalian belum melihat tempat terbaik di sini bukan? Nanti Heejin akan menemani kalian." Imbuhnya.

Jeongwoo dengan cepat menggeleng, menolak dengan sopan, "Tak perlu bibi, lagi pula besok kita akan sekolah."

Sebenarnya Jeongwoo mau-mau saja lebih lama di sini, dia menyukai tempat tinggal Hyunsuk. Dan pemilik rumah itu pasti akan memberinya makanan lezat. Jujur saja makanan di sini sangat fresh benar-benar baru saja dipetik langsung dari kebunnya, ataupun seafoodnya yang baru saja kena tangkap. Jeongwoo akan menikmati itu semua.

Tapi ketika ia mendengar sang bibi menawarkan menjelajahi tempat bersama Heejin, ia lebih baik memilih pulang saja, belajar di rumah. Dari pada telinganya harus sakit lagi diakibatkan suara membahana dari tenggorokan gadis itu.

Seperti tadi malam, ia tak bisa tidur karena terngiang terus di seluruh kepalannya. 'yak Park Jeongwoo ulangi lagi. lagi! lagi! lagi! Dan lagi!!'

Jeongwoo bergidik ngeri.

Tak ada pilihan lain sekarang mereka harus menanti busnya datang. "Lain kali datanglah dengan nyaman, tak usah sembunyi-sembunyi seperti kemarin. Arraseo?" pesan Hyemi dengan senyum yang begitu ramah. (Mengerti?)

"Nee arraseo ...."

"YAK!! KALIAN AKAN PERGI??"

Heejin datang dari arah belakang mendorong Hyunsuk hingga tersungkur ke depan. "Aish, sialan!" Sampai tak sadar laki-laki itu mengumpat karena hampir saja tengkurap di atas tanah.

Dengan nafas terengah-engah, Heejin membungkuk, tapak tangannya bertopang pada kedua lutut kakinya, kelelahan.

Melihat keadaan Heejin saat ini membuat Junkyu tersenyum terenyuh. Pasti Heejin akan melarangnya pergi, Lihat dia tak ingin kita pergi bukan. batinnya kegirangan.

"Hhhh baguslah, cepat pulang dasar kaum-kaum merepotkan. Di mana busnya?" Heejin menengok kanan kiri mencari Bus.

Hyemi sampai tak habis pikir harus mencubit pinggang Heejin mengkode agar putrinya itu tak berbicara sembarangan.

Sesaat wajah Junkyu berubah, yang tadi sempat tersipu kini berdecih, "Kukira hubung kita special. Kau akan menangis lalu menahan kita untuk pergi," rajuknya tak percaya.

"Jangan bermimpi. Kenapa aku harus menangis?"

Hyunsuk memberikan rangkulan pada Junkyu. "Dengar, Kyu! Jangan berharap pada seokor Heejin!"

"Aku tidak punya ekor, Hyunsuk!"

"Lihat! Itu busnya."

Baiklah.. bisakah Heejin mengatakan jika itu kebohongan? Sebenarnya ia tak tahu mereka akan kembali pagi ini, bukankah ini terlalu cepat. Padahal dia baru saja memikirkan menu makanan yang ingin dia masak pagi ini, lalu disuguhkan pada mereka.

Flashback on.

Baru saja Heejin ingin memulai kegiatan memasaknya tiba-tiba ayahnya menertawakan dia saat melewatinya di dapur.

"Kenapa?" tanya Heejin yang merasa aneh.

Jeon Hae Won mendekati Heejin, mengamati semua bahan makanan yang tersedia, mengendus dan sesekali membolak-balikkan bahan tersebut, terbilang cukup banyak dari biasanya.

"Untuk apa kau berbelanja sebanyak ini?"

Itu adalah hal yang jarang sekali dilakukan oleh Heejin. Bangun pagi-pagi hanya untuk memasak, sebelumnya ia tak pernah melakukan itu.

"Aku dan Ibu akan memasak banyak untuk teman-teman Hyunsuk," ujarnya mulai memasang salbet di perut.

"Kau yakin? Bukankah mereka pulang hari ini?" Heejin terhenyak, matanya membulat.

"Apa?"

"Ibumu sudah mengantar mereka pergi menghadang bus, di__" Heejin melesat pergi dari sana meninggalkan Ayahnya yang belum selesai bicara.

Ia berlari sambil melepas salbet kemudian dibuang begitu saja.

FlASHBACK END

Heejin's pov

Untung saja, tak sia-sia aku berlari dari rumah hingga jalan besar ini, masih mendapati mereka tengah menunggu.

Aku ragu untuk mengucapkan selamat tinggal, hati hati, sampai bertemu lagi, semacam itu. Atau mungkin, aku yang terlalu gengsi? Jika dikatakan begitu memang benar adanya.

Aku datang bersikap biasa saja, dan benar aku tidak mengucapkan selamat tinggal atau apapun.

Aku hanya mengamati. Mereka mulai memasuki bus satu persatu. Kenapa aku merasa berat hati akan kepergiannya. Apa karena aku belum mengucapkan salam perpisahan dengan benar?

Park Jihoon, Kim Junkyu, Park Jeongwoo mereka sudah di dalam bus, aku melihat dari luar, Junkyu dan Jeongwoo melambai heboh ke arah Hyunsuk, sedangkan Jihoon sepertinya sedang mengomel karena ingin duduk tapi terhalang.

Mereka adalah kaum terberisik diantara yang lain, mungkinkah setelah ini aku masih bisa mendengar suara menghibur dari ketiganya?

Yoshi, Jaehyuk, di belakang. Aku akan berdoa agar mempunyai sahabat perempuan seperti mereka. Walaupun dongo, lemot, lugu, tapi mereka lembut dan bisa diandalkan, aku bisa melihat itu dari cara mereka bersikap kepada anggota lain.

Yedam menyusul duduk, ia menoleh ke arah Hyunsuk tersenyum lalu memberi hormat singkat ala pertemanan.

Sebenarnya aku ingin sekali memiliki banyak waktu dengannya, untuk berbincang-bincang, aku yakin otak kami satu frekuensi, sama-sama pintar meski sedikit kasar. Dan pastinya aku ingin belajar sifat tegas yang dimiliki Yedam.

Aku melihat Haruto duduk di sebelah Yedam, pemuda tinggi itu berhutang cerita padaku. Aku sudah menceritakan semua masalah yang menimpaku di sekolah, sedangkan dia belum sempat bercerita apapun.

Saat itu ... kami berjanji saling bercerita satu sama lain, tapi belum sempat aku menyelesaikan ceritaku, siraman air Jihoon terlebih dulu menghancurkan momentnya.

Tak sengaja aku manangkap wajah Doyoung sedang tersenyum, kurasa kali ini senyuman itu mengarah padaku, kubalas senyumannya, sedikit membungkuk. Dia sangat baik, dia pandai menyelesaikan sesuatu dengan tenang.

Ada Mashiho dan Asahi di urutan belakang, aku jadi penasaran, sifat apa yang mereka pakai. Melakukan banyak hal tanpa bersuara, tanpa guncangan apapun, itulah yang selalu aku inginkan untuk hidupku, tak peduli dan terlampau rileks.

Mereka seperti hidup di dalam peribahasa yang berbunyi 'Air tenang menghanyutkan, Artinya orang yang kelihatannya pendiam, namun ternyata banyak menyimpan ilmu pengetahun'.

Pintu bus tertutup dengan anggota terakhir yang masuk ke dalam. Seo Junghwan, bisakah tinggalkan anak itu di sini bersamaku?


Jujur, aku akan merindukan Semua itu. Dan untuk pertama kalinya, dengan waktu yang sesingkat ini. Aku merasakan kenyamanan dari orang baru.

See u Treasure ....

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TAMAT

......

Gak gak canda, belum ada konflik udah tamat aja:")

Ada yang masih nunggu My Day? Atau kusudahi saja sampai di sini:')

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 81.5K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi πŸ”žπŸ”ž Homophobic? Nagajusey...
100K 10.5K 26
Pernah gak kalian ngerasain suka sama seseorang, tapi orang itu gak tau sama sekali? gimana rasanya nyembunyiin perasaan disaat keadaan memaksa kamu...
244K 36.7K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
84.8K 8.1K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...