My Day || Hyunsuk x Heejin [S...

By HyunsukID

17.6K 3.1K 6.7K

Dua orang yang mewakili cahaya dan kegelapan di masa muda. Berbeda dalam setiap aspek, latar belakang, maupun... More

01. Exclusive Birthday Gift!
02. Hyunsuk
03. Drizzling
04. Three Colour Hair
05. Class Room
06. Problem
07. Naughty Boy I
08. Naughty Boy II
09. Trouble Maker
10. On The Way
11. Friendship
Mampir yuk :)
12. Sad or Happy I
14. See u
15. The Homework
16. I Love My Shoes
17. Something
18. Departure
19. Shadow
20. The Secret
21. Hyunsuk House
22. The Little Devil
23. Cherry Lips
24. Stupid
25. Here We Go!
26. A-Team
27. Beautiful Girls
28. Sweet Umbrella
29. Two Voices one Heart
30. Jealousy
31. HeartCold
32. Bad Boy
33. I Need my Space
34. Memories
35. Make it Fast
36. Don't go Anywhere
37. A Snake in the Grass
38. I Do Love You
39. I know U can do it || END
40. I like the story || EPILOG
🥳[MY DAY] TERBIT🎉🎉🎉💖

13. Sad or happy II

347 82 155
By HyunsukID









"EOH HEI LIHAT! APA ITU?!"

Doyoung melihat sesuatu di luar sana. Api besar menyala di malam hari? Apa ada kebakaran. Semuanya ikut menghampiri Doyoung yang berada di balkon.

"Apa itu api?" Yoshi menyambung dengan ekspresi bingung.

"Hei, ayo cepat!" Tanpa ba bi bu Jihoon dengan cekatan memakai sweeternya lalu mengajak yang lain untuk keluar, memastikan tak ada apa-apa di bawah sana.

Lalu? untuk apa dia membawa ember.

****

Di bawah langit gemerlapnya bintang. Udara di pedesaan terasa lebih dingin jika dibandingkan dengan ibukota kelahirannya. Entah karena masuk dalam peran atau apa, laki-laki bermarga Watanabe itu asal ikut kesal saja mendengar curhatan Heejin sedari tadi mengoceh.

Masih dengan nada yang mengejek, Haruto kembali menimpali, "Jadi, orang yang mengganggu Noona itu namanya Changbin? Dia seniormu lebih dulu dua tahun? Wah keterlaluan. Umur sudah tua tapi belum dewasa."

"Yaa ... begitulah," jawab Heejin seadanya jika mengingat sosok Changbin.

Tak berselang lama setelah keluar dari rumah Hyunsuk, Haruto mendapati sebuah api unggun di luar kemudian menghampiri perapian itu. Pikirnya, lumayan untuk menghangatkan diri.


Alhasil sekarang ia ditemani oleh Heejin. Tidak, Jangan salah paham. Haruto tak sengaja melihat gadis itu tengah bersusah payah menyapu halamannya yang dipenuhi oleh dedaunan kering.

Haruto tak mencari perhatian, ia hanya ingin membantu. Sampai akhirnya tugas itu diselesaikan oleh keduanya. Setelah selesai mereka pun memiliki waktu duduk beristirahat.

Untuk sementara ini, tak ada hal yang lebih hangat dari sebuah api unggun yang tercipta dari sampah, saking asiknya mengobrol Haruto pun tak sadar sudah berapa kali menyebut nama Heejin dengan embel-embel Noona.

Haruto menikmati cerita Heejin bagaikan kisah dongeng, hingga ia tenggelam dalam candaan yang Heejin lontarkan. Padahal Heejin menceritakan fakta yang sama sekali tak mengandung lelucon, tapi Haruto terus tertawa saat mendengar suara Heejin tampak begitu geram jika menyebutkan nama Changbin.

BYUR...!!

Datang tak dijemput, pulang tak diantar. Tiba-tiba guyuran air membanjiri tubuh Heejin dan Haruto bersamaan.

Saat itulah Heejin langsung berdiri.

"Yak! Apa-apaan ini?!!" Heejin menjerit, mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air.

Haruto menyusul, tak lupa mengibaskan rambut. "Aish Hyung! Aku sudah mandi," Mendapati Jihoon lah pelakunya Haruto kesal bukan main, sedangkan yang dimaksud kini ternganga sambil membawa ember kosong. Bukan kosong, tapi airnya sudah di siram ke wajah paripurna Haruto.

Jihoon mengerjap kemudian kembali sadar, "Heii, kenapa kalian di sana? Kalian terbakar?" ujarnya heboh.

Tibalah anggota lain yang tadi mengikutinya.

"HEI AYO, AMBIL AIR LAGI! HEEJIN DAN RUTO TERBAKAR!!!" Jihoon kembali memerintah namun dengan fakta yang salah.

Haruto tak dapat berkata-kata, dahinya mengerut, mulutnya setengah terbuka. "Apa? terbakar?"

"Park Jihoon kau gila?!!" Kemarahan Heejin menguar, ia melewati Haruto segera menghampiri Jihoon yang kini sedang heboh berteriak kebakaran.

Supaya tersadar mungkin Heejin perlu memukul lengan berotot pria itu. "Park Jihoon bodoh! Apa-apaan kau ini?"

Pemuda itu sekarang menoleh padanya.

"Eoh ya ... Kau tidak papa? Kau sudah tidak terbakar?" Jihoon memutar-mutar tubuh Heejin memastikan gadis itu dalam keadaan baik-baik saja.

Tapi pemuda dengan suara melengking itu belum juga bernapas lega, ia kembali berteriak dan memerintah, "Ayo, selamatkan Haruto!"

Mungkin dikarenakan apinya terlalu besar. Heejin yang duduk di belakang perapian, kelihatan tak terlalu jelas jika sebenarnya mereka di belakangnya, bukan di dalamnya.

Tapi karena Jihoon terlalu panik ia pun secara tak sadar membuat teman-temannya panik bersamaan. Yoshi berbalik, tapi dia malah mengambil sapu lidi.

Doyoung dan Junghwan hanya bisa mematung, mencerna kejadian apa yang sedang terjadi. Mashiho dan Asahi sudah kembali dengan masing-masing ember berisikan air di tangannya.

Dasar bodoh, di luar saja ada kran air, kenapa mereka susah payah masuk ke dalam mencari air, -suara hati seorang Yedam. Dia sedang memasang selang panjang siap untuk disemprotkan.

Junkyu hanya lari-lari tak jelas semakin memperkeruh suasana. Dan Jeongwoo, ia mencabut tanaman di pot lalu memukul-mukul api tersebut berusaha mematikan.

Jaehyuk berteriak memerintah dengan lantang. Pemuda itu memiliki suara yang besar, sehingga dengan jelas terdengar di telinga.

Hyunsuk yang dari tadi menyaksikan dari balkon hanya bisa tertawa jungkir balik, menyaksikan betapa konyolnya Heejin diguyur oleh Jihoon. Belum lagi teman-temannya yang malah menjadikan keadaan semakin gila.

Tapi Hyunsuk akhirnya memutuskan untuk turun setelah tertawa puas. Takut tetangga sekitar terganggu, jadi ia harus menghentikan keadaan di luar secepat mungkin.

Ia menuruni tangga seraya mengusap ujung matanya yang berair karena tawanya. Disambarlah sebuah panci lalu bergegas membuka pintu.

"Diaaaammm!!!!!" teriak Hyunsuk sambil memukul-mukul pantat panci yang ia bawa.

Semuanya terlonjak mematung. Pada akhirnya heninglah tempat itu hanya ada bunyi percikan api.

Hyunsuk menahan bibirnya agar tak bergetar, rasanya ingin sekali tertawa melihat ekspresi Heejin yang kini menatap dirinya dengan wajah bingung sekaligus memelas. Gadis itu bagaikan anak tikus yang baru saja tercebur ke dalam got.

Tapi... Begitu imut.

"Tidak ada kebakaran di sini, lihat itu! hanya sampah yang sedang dibakar," Hyunsuk mengakhiri dengan menunjuk gundukan api di sana.

"Aku bukan sampah Hyung." Haruto tiba-tiba muncul dari belakang api berjalan kaku kedinginan lalu menghampiri spesiesnya.

Kali ini Hyunsuk tak dapat menahan tawanya lagi, ia jatuh terpingkal-pingkal menyaksikan penderitaan Heejin ditambah dengan Haruto.

Park Jihoon selaku dalang dari kekacauan ini seharusnya meminta maaf, tapi pemuda itu sempat-sempatnya mengusap tengkuknya kemudian ikut tertawa lepas bersama Hyunsuk, saling memukul bahunya tak tahan akan perutnya yang menggelitik.

Tak terkecuali untuk Heejin.

"Kurang ajar!!! Yak Park Jihoon, ini semua karenamu!" Heejin memekik, mengambil sebuah bilah kecil untuk menyambit Jihoon.

"Mau mati kau?" Pria itu keterlaluan menyebalkan. Heejin ingin memukul Jihoon menggunakan ranting digenggamannya tapi Jihoon terus mengelak, ia dengan cepat menghindar dan langsung berlari.

"Jangan kabur, Jihoon!"

Yang lain malah sibuk tertawa.

"Berhenti kau, Park sialan Jihoon!!" Heejin terus berlari mengejar mangsanya. Tapi dengan bodohnya mereka berdua hanya mengitari kobaran api itu, sehingga menjadikan kepala Jihoon pusing.

"Ya Heejin, berhentilah! Oke aku minta maaf," katanya sambil terus berlari.

Keberuntungan sedang memihak seorang wanita. Jihoon yang terus berlari tak sadar gadis itu menghadangnya di depan. Alhasil Heejin berhasil menangkap Jihoon. Tangan kirinya digunakan untuk  mencengkeram pergelangannya sedangkan tangan kanannya untuk menyambit kaki Jihoon menggunakan ranting.

Sampai akhirnya berhasil membuat Jihoon mengaduh kesakitan dengan serangannya yang bertubi-tubi.

"Rasakan ini!"

"Aw__ Noona....!” Jihoon merancau.

"Aku bukan Noona_mu!!!"

****

Aksi kejar-kejaran membuatnya lelah, tak hanya Heejin dan Jihoon, tapi mereka semua lelah karena ikut tertawa terpingkal-pingkal.

Mereka menikmati malam ini, bersama api unggun yang terbuat dari sampah. Baiklah ini tidak terlalu buruk, setidaknya para anak kota itu tak membakar makanan di atas api sampah.

"Hei, Yoshi! Sudahku bilang jangan memanggang Marshmallow di sana." Untuk sekian kalinya Heejin berteriak. Padahal tadi sudah sempat menegur Jeongwoo karena bandel berusaha memanggang Marshmallow juga di atasnya, sekarang Yoshi. Apa mereka tidak tahu asap itu bisa saja beracun.

Setidaknya api ini hanya mampu menghangatkan saja. Sebelas anak sekolah itu berada di luar, duduk melingkar. Semuanya merasakan hangatnya api, bagaikan acara api unggun di kegiatan Pramuka. Anggap saja seperti itu.

Terkecuali untuk Heejin yang masih tetap kedinginan padahal sudah mengganti pakaiannya yang basah, Bahkan Hyunsuk sampai meminjamkan jaket tebalnya untuk Heejin.

Sempat menerimanya dengan ogah-ogahan, tapi pada akhirnya Heejin mau. Coat putih berbulu tebal nan halus milik Hyunsuk sekarang menempel cantik di badan Heejin.

"Haruto di mana?" Heejin bertanya karena tak melihat keberadaan teman satu korbannya itu.

"Dia sedang berendam air hangat di dalam," jawab Jeongwoo.

"Ya Heejin? Kau tadi sedang apa berduaan dengan Haruto di sini?" Mengingat hal tadi Jihoon jadi penasaran.

Hyunsuk yang fokus pada layar ponsel, entah apa yang menyambar, seketika langsung melirik tajam.

Jadi mereka habis berduaan.

Benarkan? Jihoon tak akan menyiram keduanya jika mereka duduk di tempat yang tepat. Di bawah pohon misalnya, atau untuk apa ada kursi di sana jika tidak digunakan untuk duduk.

Sudah terlihat apinya menyembur besar, tapi mereka ada di baliknya walau sebenarnya cukup jauh, tapi kan Jihoon tak terlalu mengamati dan langsung mengambil kesimpulan di otaknya bahwa mereka tengah terbakar.

"Dia habis membantuku mengumpulkan daun kering, lalu beristirahat sebentar, tapi kau tiba-tiba datang menyiramkan air. Dasar kurang ajar!" Jawabnya masih terselip emosi.

"Ya sudah ... 'kan aku sudah minta maaf" Jihoon memainkan ranting, menggambar sesuatu di atas tanah yang tak memiliki arti.

"Hyunsuk, kau melihat apa?" Doyoung sedikit heran ketika melihat Hyunsuk yang sedari tadi memandang ke arah lain dengan tatapan tajam.

Ia mengikuti pandangan Hyunsuk, tapi tak menemukan apapun. Hanya percakapan singkat antara Jihoon dan Heejin.

Semua yang ada dalam sana beralih memandang ke arah Hyunsuk.

"Aku?.. Eumm aku.. melihat nyamuk, lihat! Nyamuknya banyak sekali, kan?" Hyunsuk mengibas tangan kepanasan.

"Melihat nyamuk itu dibasmi! Kenapa malah diusir seperti itu? Aneh sekali,” ungkap Junkyu.

Hyunsuk menurunkan tangannya mendadak "Terserah aku lah, lakukan itu kalau nyamuknya mengganggumu. Jangan menghakimi kehidupan orang lain!"

Kenapa dia semakin aneh? Padahal hanya perkara nyamuk.

"Hyunsuk masuklah! Api ini membuat wajahmu merah, kau kepanasan?" Yedam curiga.

"Eum... yaa.... Apinya terlalu panas, mungkin."

Hyunsuk berdiri ragu, hendak memasuki rumah. Sempat melirik Heejin terlebih dahulu sebelum kedua mata itu bertemu.

Heejin masih duduk tenang. Sampai ia menyadari arti wajah Hyunsuk yang kini menatapnya segan. Heejin mengerutkan bibirnya kesal. "Jaketnya akanku kembalikan nanti! Tidak usah khawatir, dasar pelit!" Wajahnya melengos ke arah lain.

Tapi.. bukan itu yang ada di kepala Hyunsuk, Heejin!

Hyunsuk tak membalas, ia berlalu pergi.

****



Heejin's pov.

Ada satu hal yang baru kupelajari hari ini. Mereka memang dari kota, tapi tak semua orang itu memiliki sifat negatif sepenuhnya.

Buktinya sekarang prinsip yang bertahun-tahun menempel padaku, kini mulai memudar. Tentang kesombongan yang kupikir ada di jiwa mereka.

Mungkin sekarang aku harus lebih bisa mengatur pola pikirku terhadap orang lain. Saat kecil dulu aku sama sekali tak mau jika di ajak ke kota. Alasan pertama, aku tak suka orang-orangnya yang tak ramah.

Alasan kedua, aku benci melihat orang-orang berdasi, berseragam rapi, tapi membuang sampah sembarangan.

Namun nyatanya jika dipikirkan kembali, mereka bukannya tak ramah. Tapi lebih keartian, karena tidak saling mengenal. Ada ribuan orang yang secara acak dipertemukan, tidak mungkin satu per satu harus menyapa, dan begitulah kenapa mereka saling tak acuh.

Untuk orang yang membuang sampah, mungkin tak semua orang seperti itu, seperti sekarang ini, awal yang aku kira Treasure ini sombong, tapi lihatlah, tak ada titik kesombongan yang aku lihat sedari awal bersama mereka.

Mereka membantuku mengambil tas kembali, yaaa... walaupun dengan cara yang salah. Tapi paling tidak, aku menjadi tahu akibat jika membohongi Ibu seperti sore tadi. Itu membuatku tak ingin mengulanginya lagi.

Baiklah Treasure atau apa pun nama kalian, kalian sangat menghiburku juga menyenangkan, hingga rasanya aku ingin menjadi laki-laki saja dan bergabung bersama kalian.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

15.6K 1.2K 30
[17+] [ producer universe ] FIKSI YA CINTAKU!! #DaMar Genre? Kayak isi es cendol, banyak macam, semua gue tabrakin :))))
YES, DADDY! By

Fanfiction

306K 1.8K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
3.3K 357 13
Hyunsuk itu cowo yang ceria, ramah, pintar, pokoknya multitalen, siapa saja yang melihat dia pasti akan merasakan aura positif. Namun senyum yang sel...
11.6K 1.1K 27
Setelah tiba-tiba jadi Wakil Ketua OSIS tanpa persetujuannya, Jeongwoo malah mendapat masalah lagi karena Tunangan dengan gadis yang sikapnya Kekanak...