BIRU [ On Going ]

By YatiFifzii

6.8K 2.5K 7.8K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] WARNING‼️ Mengandung kata-kata kasar. Harap bijak memilih bacaan. Ambil posit... More

1.Selamat Tinggal Luka
2. Move On
3. Biang onar
4. Tamparan manis
5. Terkuak nya Amarah
6. Begitu?
7. Si Kebo
8. Maaf
9. 2 CeCan
10. Perdebatan
11. Terlambat
12. Kambuh
13. Kok ?
14. Kesetanan
15. Salah paham
16. Makhluk Astral
Larissa Frauen
17. Tetap Pendirian
18. Secarik Kertas
19. 2 M
20. Pacar Katanya
21. Kesempatan
22. Keputusan
23. Pengakuan
24. 100% Ngeselin
25. Ego dan Hati
26. Melepas Atau Menetap?
27. Kebenaran & Kekecewaan
28. Apa lagi Ini?
29. Sudah Kecewa
30. Mencari Solusi
31. Danau Penyejuk
32. Pelukan Singkat
33. Rumah Baru
34. Kembaran Charlina
35. Promise
36. Aisha Cenayang?
37. Sakit Aja Terus!
38. Akhirnya
39. Bertemu Lagi
40. Harus Jadi Rahasia!
41. Aku sih, yes!
42. Dia Kembali
44. Pertikaian
45. Seberkas Kisah

43. Hujan di Kala Itu

61 18 111
By YatiFifzii

Setelah mendapati Hauraa yang menangis usai bertemu Zain. Ketiga sahabatnya itu memutuskan untuk kembali ke kamar asrama. Acara makan pun dibatalkan. Hal itu tentu saja membuat Sella kesal. Akan tetapi, ia juga tak mungkin memaksakan kehendaknya. Ia juga tahu keadaan. Tidak mungkin Hauraa ikut ke kantin dalam keadaan menangis bukan?

Setibanya di kamar, bukannya mereda, tangis Hauraa malah semakin pecah. Membuat ketiga sahabatnya semakin kebingungan. Mereka tidak pernah mendapati Hauraa menangis sehisteris ini. Bahkan, saat ia dilanda kebingungan selama delapan bulan ini pun Hauraa tidak menangis. Adalah mungkin, tetapi dalam diam. Lalu sekarang, kenapa sehisteris ini?

"Dia bukan Ustaz Zain," ucap Hauraa di sela tangisnya. "Katakan padaku, dia bukan Ustaz Zain!" Tangis Hauraa tak jua reda. Entah kali keberapa ia mengucapkan kalimat itu. Sedari tadi, hanya kalimat itu yang ia ucapkan.

Ayra menangkup wajah Hauraa yang telah dibanjiri air mata. "Ada apa, Ra?" Hauraa menggeleng sembari memegang kedua tangan Ayra yang tengah menangkup wajahnya. Air matanya masih terus mengalir.

"Dia bukan Ustaz Zain, 'kan? Iya, 'kan?" tanyanya penuh harap. Entah kenapa, tatapan Hauraa membuat hati Ayra terasa tercubit. Ia ikut sedih melihat Kondisi Hauraa saat itu. Sahabatnya itu terlihat benar-benar terpukul.

Ayra tak menjawab, gadis itu hanya menggeleng. Itu artinya, pria tadi benar-benar Zain. Zain yang dipuja-puja santriwati selama ini. Zain yang selalu ingin Hauraa lihat selama ini, dan Zain yang dijodohkan dengannya. Hal itu membuat tangis Hauraa semakin menjadi.

"Ada apa, Ra? Ceritalah! Jangan dipendam sendiri!" kata Aisha yang sedari tadi diam. Dia juga turut sedih melihat kondisi Hauraa sekarang.

Tangis Hauraa sedikit mereda. Ayra pun mengusap air mata Hauraa menggunakan kedua jempolnya. Lalu, tersenyum. "Yok!" Ayra berseru di sela senyumnya. Hauraa pun mengangguk ragu.

"Tunggu!" Tiba-tiba saja Sella menyela kala Hauraa hendak membuka suara.

Hal itu tentu saja membuatnya mendapatkan tatapan menghunus dari Aisha dan Ayra. Baru saja mereka merasa sedikit lega karena Hauraa bersedia bercerita, tetapi gadis Singkong itu malah menghentikannya. Sella selalu mengganggu.

"Baca!" lanjut Sella tanpa memperdulikan tatapan tajam Aisha dan Ayra. Ia pun memberikan buku yang ada ditangannya. Aisha dan Ayra yang tadinya menatapnya jengkel pun berpindah menatap buku yang disodorkan Sella.

Dengan ragu, Hauraa pun mengambil buku tersebut. Selang beberapa saat, kedua pangkal alisnya pun saling bertautan. Bingung lebih tepatnya.

"Tulisan siapa?" tanya Aisha.

"Ini bukan tulisanmu," ucap Ayra seraya mengambil alih buku itu. "Bukan tulisan kita bertiga juga," sambungnya lagi sambil menatap Aisha dan Sella secara bergantian.

Assalamualaikum, Hauraa.
Bagaimana kabarmu? Kuharap kau baik-baik saja.

Subhanallah.
Skanerio Allah sungguh mengagumkan. Tiada kusangka, kita akan kembali bertemu di tempat suci ini. Aku mengira, setelah perpisahan yang tak diinginkan silam menghampiri kita, pertemuan kedua tak akan pernah tiba. Aku sempat berpikir untuk menepis rasa yang ada. Akan tetapi, kenyataannya apa? Takdir benar-benar mempermainkan kita ternyata.

Maaf untuk luka yang tanpa kuinginkan tertoreh di hatimu. Maaf karena telah meninggalkan sepercik lara. Semua itu bukanlah kehendakku, tetapi semestalah yang menentang. Bahkan, Sang Pencipta juga melarang. Hubungan kita salah.

Sekarang, semesta kembali mempertemukan kita. Apa lagi jika bukan memberi kesempatan kedua? Terlebih lagi kita terjerat perjodohan yang sama sekali tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Awalnya aku ingin menolak. Namun, entah kenapa hatiku seakan memaksa untuk mengatakan 'ya'. Dan ternyata, gadis yang dimaksud Ustazah Layla adalah kau. Aku tak bisa berkata-kata lagi kala mengetahuinya. Ini sungguh diluar dugaanku.

Hauraa ...
Izinkan aku untuk memperbaiki hatimu yang retak. Izinkan aku menata serpihan luka yang mengikis relung hatimu. Aku harap, kesempatan kedua itu benar-benar ada, dan secepatnya aku akan menemui kedua orang tuamu.

Maaf karena telah mencoret bukumu.
Selamat atas selesainya ujian akhirmu. Semoga mendapatkan hasil yang memuaskan.
Barokallahufiik, Ukhti.

From: Navero Erlangga
To: Hauraa Nadilla Az-Zahra


Tangan Hauraa gemetar, napasnya naik turun tak beraturan, kepalanya pun menggeleng kecil. Tak ada lagi isakkan tangis yang terdengar. Hanya saja, cairan putih bening itu masih mengalir. Ia menangis tanpa suara.

"Na-navero Erlangga?" Sella berpikir keras. Sangat kentara raut bingung di wajahnya. "Bukannya yang dijodohkan denganmu itu Ustaz Zain? Lalu, kenapa sekarang jadi Vero?" Sella semakin pusing dibuatnya.

Tunggu! Jika yang tertulis di buku itu benar, itu artinya yang dijodohkan dengan Hauraa bukan Zain, 'kan? Setitik harapan untuk Sella selaku pemuja Zain pun tampak. Bolehkah Sella senang sekarang?

"Ada hubungan apa antara kau dan Vero? Kalian pernah ada kisah?" Kali ini Aisha yang bertanya, sedangkan Ayra menatap Hauraa dengan penuh tanya.

"I-ini, ini sulit untuk dipercaya," lirih Hauraa. "Apa mungkin mereka satu orang yang sama? Tapi ...." Hauraa tak melanjutkan ucapannya lagi. Jika yang dipikirkannya benar, pilihan apa yang harus ia ambil? Kenapa harus jadi seperti ini?

Sella yang tadinya merasa sedikit senang, seketika menghembuskan napas lirih saat mendengar Hauraa mengatakan kalimat terakhirnya, orang yang sama. Ia terlalu berharap sesuatu yang mustahil.

"Sebelumnya kalian saling kenal? Sempat terjerat cinta, kemudian terpisah oleh semesta?" Ayra yang sedari tadi diam akhirnya mengeluarkan suara. Lebih tepatnya dugaan yang ia simpulkan dari torehan tinta hitam itu.

Hauraaa mengangguk. "Vero adalah laki-laki pertama yang singgah di hatiku. Awal pertemuan kita cukup singkat." Hauraa mulai menceritakan masa lalunya.

"Waktu itu, aku masih duduk di kelas 10. Saat waktu pulang tiba, entah kenapa hari itu tidak ada taxi yang melintas. Supir pribadi yang biasa menjemputku sedang mengantar Abi ke luar kota. Charlina juga sudah pulang lebih dulu." Hauraa menarik napas sesaat.

"Hari semakin sore. Namun, tak jua ada taxi yang melintas. Sekolah juga mulai sepi, dan hari pun mulai mendung. Dapat aku tebak, sebentar lagi hujan akan segera turun." Hauraa memejamkan mata. "Dan benar saja, selang beberapa menit hujan pun turun dengan deras. Perlahan, percikan hujan yang mengenai aspal pun mulai mengenai sepatuku. Tempat perteduhanku yang kecil membuat bajuku juga terkena air hujan."

"Aku kedinginan. Aku pun mendekap tubuhku sendiri menggunakan kedua tanganku. Tiba-tiba saja ...."

Flashback on.

"Pakailah! Setidaknya bisa membantu menghangatkan tubuhmu," ucap pria itu saat Hauraa menoleh ke arahnya. "Jangan dilepas!" Pria itu melarang dengan tegas, saat mendapati Hauraa ingin melepas jaket hitam yang terpasang dipundaknya.

Hauraa mundur selangkah. "Aku bukan orang jahat." Pria itu tersenyum saat mengatakannya. "Kemarilah! Nanti kau semakin basah."

Hauraa tak menggubris ucapan pria itu. Ia masih diam. Namun, tetap membiarkan jaket pria itu melekat di pundaknya.

"Kenapa masih di sini? Bukannya waktu pulang sekolah sudah sejak satu jam yang lalu?" tanya pria itu. Ia merasa seperti orang gila sekarang. Sejak tadi ia selalu berbicara sendiri. Gadis di depannya ini tak jua mau membuka suara.

"Menunggu taxi." Akhirnya Hauraa bersuara, singkat pula. Namun, pria itu malah terkekeh, kemudian berlalu pergi melintasi guyuran hujan. Hauraa tak bergeming, ia lebih memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ayo!" Hauraa segera menoleh kala mendengar suara yang lebih terdengar ajakan itu. Lalu, ia menautkan kedua pangkal alisnya, matanya menatap pria yang tadi melintasi guyuran hujan itu. Kali ini ada sebuah payung yang telah terbuka di tangan kanannya.

"Mobilku ada di seberang sana." Pria itu menunjuk sebuah mobil hitam di seberang jalan. Hauraa menyipitkan kedua matanya. Apa hubungannya dengannya?

Pria itu terkekeh. "Kau lucu," ucapnya. Tak ada jawaban dari Hauraa. "Ayo! Aku antar. Tidak ada penolakan!" sambung pria itu sakral.

Seperti yang pria itu ucapkan, Hauraa sama sekali tidak menolak. Namun, ia juga tidak mengucapkan apa-apa. Ia hanya mengikuti langkah pria itu menuju mobil, dengan satu payung yang melindungi mereka berdua dari guyuran hujan.

Flashback off.

"Aw, hujan-hujanan berdua pula dia. Jadi pengen, 'kan aku," pekik Sella. Kedua tangannya menangkup wajahnya dengan gemas. Ia pun sudah melupakan prihal Zain.

"Sejak saat itu, kita kerap bertemu di tempat yang sama. Perasaan nyaman dan tenang pun terasa saat di dekatnya, dan dengan bodohnya hatiku malah menaruh rasa." Hauraa tak menggubris pekikan Sella, ia lebih memilih melanjutkan ceritanya.

"Seperti awal pertemuan kita yang singkat, ternyata kebersamaan kita juga singkat." Hauraa tersenyum miris. "Belum sempat satu bulan setelah kita bertemu, perpisahan pun tak dapat ditepis." Tanpa disadarinya, air matanya pun kembali menetes. Namun, dengan cepat ia menghapusnya.

"Semua orang menganggap Vero pergi layaknya laki-laki yang dengan lancangnya mengetuk hati, tetapi tak bertanggung jawab dan pergi begitu saja. Semua orang menyalahkannya, termasuk Charlina." Hauraa kembali mengingat di mana orang-orang terdekatnya selalu menyalahkan Vero atas luka yang ia rasa.

"Tapi tidak denganku. Karena aku tahu alasan kepergiannya, dan lebih bodohnya lagi, aku tetap mengharapkan dia kembali. Bahkan, saat aku besama Kenny pun aku masih saja mengingatnya." Buliran bening pun kembali menetes, ia merasa sangat bersalah kepada Kenny.

"Aku sudah berusaha membuka hatiku untuk Kenny, tapi sulit. Akan tetapi, tak dapat dipungkiri aku juga nyaman di dekat dia. Saat aku mulai yakin, tiba-tiba perjodohan itu terjadi." Hauraa kembali mengingat akan perjodohan yang sama sekali tak pernah terpikirkan sama sekali olehnya sebelumnya.

"Dan belum aku temui jawabannya, sekarang malah datang prihal baru. Kenapa orang itu harus Vero? Apa yang harus aku lakukan?" Hauraa kembali menitiskan air matanya. Semua ini benar-benar berat baginya.

Andai saja pria yang dijodohkan dengannya itu bukanlah Zain yang ternyata adalah Vero, mungkin saat ini ia sudah menemukan jawabannya.

Tidak ada kata-kata yang dapat mengutarakan betapa piluhnya hati Hauraa saat ini. Dua pilihan yang sederhana, tetapi sangat sulit untuk menentukannya.

Menerima perjodohan yang menjeratnya, atau menepati janji yang mengikatnya? Melepas pria yang telah lama ia nanti, atau mempertahankan pria yang tengah menantinya?

Banyak orang berkata, lebih baik dicintai dari pada mencintai. Itu artinya, lebih baik menerima yang menanti dari pada yang dinanti. Begitu bukan?

Namun, di sini bukan hanya Kenny yang menantinya. Zain juga menantinya bukan? Sangat terlihat jelas dari goresan tinta hitamnya bahwa pria itu juga menanti Hauraa. Lantas, kepada siapa Hauraa harus berkata 'ya?'

"Tenangkan dirimu, biarkan hati yang memilih!" Ayra mencoba memberi saran. "Ingat, nanti malam Uztadzah Layla menunggumu. Apapun yang menjadi pilihanmu, semoga itu memang yang terbaik." Ayra kembali melanjutkan ucapannya.

Bukannya mencoba menebak. Hanya saja, Ayra cukup yakin maksud Ustazah Layla memanggil Hauraa. Sudah pasti menanyakan jawaban Hauraa mengenai perjodohan yang ia utarakan delapan bulan silam.

------

Terima apa enggak?
Pilihannya makin riweh 😥
J

aringan Yaya sekarang makin riweh jugak 😭

Jangan lupa tekan bintang dan komennya, ya 🐬

Makasih buat yang udah nyempetin waktunya buat mampir dan baca cerita gaje Yaya ini 😭

Sayang kalian semua😭💙💙💙

See you😘

Continue Reading

You'll Also Like

349K 18.3K 31
Galla pratama seorang badboy cadell yang baru saja masuk sekolah barunya,dan dia sudah membuat masalah di sekolah barunya itu. * * * Ravindra adipta...
3.2M 28.6K 29
Tentang jayden cowok terkenal dingin dimata semua orang dan sangat mesum ketika hanya berdua dengan kekasihnya syerra.
2.4M 74.7K 44
JUST FICTION! 17+ "DILARANG PLAGIAT! NYARI IDE ITU SUSAH" "ANTI PELAKOR-PELAKOR CLUB" __________ Violyn Georgia Clarence gadis yang duduk di bangku...
909K 83.1K 21
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...