If You Know When [TELAH DITER...

By ItsmeIndriya_

1M 120K 15.4K

Trilogi IYKW Series Sekian lama menghilang, akhirnya Vanilla kembali dengan harapan baru untuk akhir kisah pe... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
PENGUMUMAN
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
Lima Puluh
Lima Puluh Satu
Lima Puluh Dua
Lima Puluh Tiga
Lima Puluh Empat
Lima Puluh Lima
Lima Puluh Enam
Lima Puluh Tujuh
VOTE COVER!!!
Lima Puluh Delapan
Lima Puluh Sembilan
Enam Puluh Satu
Enam Puluh Dua
Enam Puluh Tiga
Enam Puluh Empat
Enam Puluh Lima
TERIMA KASIH
PRE-ORDER IYKWHEN
LDR SERIES 1 || OBSESI ELANG
DIARY VANILLA

Enam Puluh

4.2K 535 14
By ItsmeIndriya_

"Nil, lo beneran yakin mau datang ke ulang tahun Papa-nya Dava?" tanya Jason ketika Vanilla baru saja sampai dirumah.

Tadi Dava mengajaknya keluar untuk jalan-jalan dan mengantarnya pulang sekitar sepuluh menit yang lalu. Dava juga mengingatkan bahwa malam ini akan di adakan acara ulang tahun Papa Dava. Dava meminta Vanilla meluangkan waktunya agar mau ikut dengan Dava. Secara tidak sengaja Jason mendengar, karena itu ia menanyakannya pada Vanilla.

"Yakin lah," jawab Vanilla sembari mengambil orange juice dari dalam kulkas. "Dava sendiri yang ngundang."

"Iya gue tahu, tapi disana pasti ada—"

"Soraya?" Jason menganggukkan kepala.

"Ya, gue takut aja. Bisa-bisa rumah Dava meledak karena kalian berdua bertemu."

Vanilla tak mau ambil pusing ucapan Jason. Lantas ia mengenyakkan diri di sofa. Di ikuti oleh Jason yang mengambil tempat di sebelah Vanilla dan menatap Vanilla dengan tatapan serius.

"Gue gak akan berbuat macam-macam," ucap Vanilla menyakinkan. "Gue mau serius sama Dava. Dan yang harus lakukan adalah meyakinkan orangtua Dava, bahwa gue pantas untuk menjadi masa depan Dava."

"Tapi—"

Vanilla langsung mengalihkan pembicaraan. "Gue mau mandi dulu. Gerah nih." Tanpa berkata apa-apa lagi, Vanilla pergi meninggalkan Jason sendirian.

Jason memandang punggung Vanilla dan mendesah pelan. Dalam hati Jason bertanya, apakah keputusan Vanilla untuk serius dengan Dava sudah benar? Sejujurnya Jason masih sedikit meragukan Dava. Apalagi jika melihat apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Jason hanya tidak mau itu terulang lagi.

Tapi bagaimana cara menolak kehadiran sesuatu yang bernama cinta? Perasaan satu-satunya yang tidak bisa didikte apapun dan siapapun. Ia hadir begitu saja. Jatuh pada siapa pun tanpa bisa di duga. Tak peduli jika akhirnya harus menanggung resiko sakit dan terluka.

Dulu Vanilla pernah merasakannya. Kehilangan satu-satunya cinta yang ia punya. Sekarang ia mencoba untuk menumbuhkannya kembali pada orang yang sama. Dan meyakinkan diri bahwa pilihannya adalah yang terbaik.

***

Rumah itu terbilang besar. Terletak di perumahan terkenal di daerah tersebut. Rumah yang satu dengan yang lain hanya berjarak beberapa meter saja. Memiliki halaman luas dengan dua pilar besar yang berada disisi kanan dan kiri teras yang memberikan kesan klasik pada desain bangunannya. Vanilla tidak ingat apakah pernah datang ke rumah sebelumnya atau ini adalah pertama kalinya.

Selama melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, mata Vanilla dimanjakan dengan desain interiornya yang memiliki ukiran khas model rumah klasik. Dengan plafon yang tinggi, lampu gantung kristal besar nan cantik, serta ukiran pada pilar-pilar berwarna ivory dengan sedikit aksen warna coklat. Benda-benda di dalamnya pun menambah kesan mewah dan elegan.

Vanilla menghentikan langkahnya sebentar. Otomatis Dava ikut berhenti melangkah dan memperhatikan Vanilla yang terlihat gugup. Vanilla berulang kali menghela napas, meyakinkan diri bahwa semua akan berjalan baik tanpa ada kekacauan sedikit pun. Dalam hati Vanilla berkata pada dirinya sendiri agar tidak mudah terpancing jika Soraya mencoba memprovokasinya.

Dava menggenggam tangan Vanilla. "Tenang, semua akan baik-baik saja," ucapnya mencoba meyakinkan Vanilla.

Vanilla menganggukkan kepala pelan dan menghela napas. Mereka kembali melangkah hingga tiba di halaman belakang rumah Dava, tempat acara dilaksanakan. Terlihat banyak orang yang menghadiri perayaan malam ini dan sampai detik ini Vanilla sama sekali belum melihat adanya Soraya.

"Pa..." Dava bersuara, mengalihkan perhatian Ayahnya yang sedang asik bercengkrama. "Dava datang bersama Vanilla." Ayah Dava otomatis menatap Vanilla dan melihat tangan anaknya yang saling bergandengan.

Ayah Dava tidak beraksi. Terlebih dahulu beliau pamit mengundurkan diri dari orang yang tadi diajaknya bercengkrama, lalu mengajak Dava menuju salah satu meja yang tersedia. Disanalah Vanilla melihat Soraya yang sedang asik tertawa dengan tamu undangan lainnya.

Vanilla semakin mengeratkan genggamannya pada Dava yang langsung melempar senyum pada Vanilla. "Selamat malam semuanya," Dava menyapa seramah mungkin.

Detik itu juga raut wajah Soraya berubah menjadi tidak bersahabat ketika pandangannya saling bertemu dengan Vanilla. "Dava, kenapa kamu bawa dia?" tanya Soraya dengan senyum palsunya.

Dava menarik kursi terlebih dahulu dan menyuruh Vanilla duduk. Ia ikut duduk di sebelah Vanilla dengan senyum yang tepasang di sudut bibirnya. Sedangkan orang tua Soraya menatap dengan tatapan seolah meminta penjelasan.

"Maaf sebelumnya, Om, Tante, dan Soraya. Perkenalkan, dia adalah kekasih saya." Tak ada keraguan dalam kalimat Dava membuat Vanilla semakin gugup hingga tangannya mulai bergetar.

"Kak Vanilla?" teguran itu membuat semuanya menoleh secara bersamaan. "Omg, ini benar Kak Vanilla?" tanya Poppy dengan tatapan tidak percaya.

Vanilla hanya bisa mengembangkan senyum dan bercipika-cipiki ria dengan Poppy. "Tenang, kak. Gue bakal dukung lo," bisik Poppy ditelinga Vanilla dan tersenyum lebar dihadapan yang lain.

"Saya tidak tahu ada hubungan apa diantara kalian, tapi mungkin kamu sudah dengan bahwa Dava telah di jodohkan dengan Soraya." Ayah Dava mulai buka suara, membuat suasana semakin terasa mencekam. Dengan samar Vanilla melirik Soraya yang tersenyum penuh kemenangan setelah ucapan Ayah Dava yang seolah berpihak padanya.

"Selama ini Dava tidak pernah memberitahu jika dia sudah memiliki kekasih," sahut Ayah Soraya.

Dava kembali tersenyum. "Saya hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengenalkannya," jawab Dava kelewat tenang.

"Sejauh apa hubungan kalian?"

"Saya sudah mengenal Vanilla sejak kami duduk di bangku SMA. Jadi saya rasa, hubungan saya sudah cukup untuk ke jenjang yang lebih serius."

Ayah Soraya tertawa seolah kalimat Dava barusan adalah hal paling lucu yang pernah di dengar. "Apa kamu yakin dia lebih baik dari anak saya?" tanya Ayah Soraya dengan nada merendahkan.

"Tentu," jawab Dava.

"Hij is een persoon die niet met mij kan worden vergeleken (dia tidak bisa dibandingkan dengan saya)," sahut Vanilla sembari menatap Soraya tanpa menghilangkan senyumnya. "Che donna disgustosa (Sungguh wanita yang menjijikan)." Sebut saja Vanilla pamer. Ia senang melakukannya meski tidak ada yang mengerti apa Vanilla ucapkan.

"Pfftt—" Semua mata langsung menatap Poppy yang langsung berdeham dan mencoba agar tidak tertawa. "Sorry," gumam Poppy meminta maaf.

Suasana kembali menegang. Tatapan Soraya yang semakin tajam membuat Vanilla terus mengembangkan senyum disudut bibirnya. Soraya tahu bahwa Vanilla baru saja memakinya. Ditambah dengan reaksi adik Dava yang hampir meledakkan tawa membuat Soraya semakin yakin dengan tebakannya.

"Apa Om mau, punya menantu yang memiliki riwayat kelainan jiwa?" ujar Soraya melemparkan pertanyaan pada Ayah Dava. "Setahu Soraya, seseorang yang memiliki kelainan jiwa akan sulit untuk disembuhkan. Apalagi jika memiliki dua kepribadian yang saling bertolak belakang. Itu bisa membahayakan orang-orang disekitarnya. Bahkan—" Soraya memajukan wajahnya, "bisa sampai membunuh."

"Sensitif, implusif, tidak bisa mengendalikan emosi, bahkan tidak bisa membedakan mana hal yang nyata dan yang tidak nyata."

Semua mata langsung tertuju pada Vanilla yang seketika itu juga berubah menjadi pucat. Tangannya semakin bergetar hebat. Disudutkan seperti ini membuat Vanilla merasa panik. Matanya menatap liar satu persatu orang yang mengarahkan pandangan padanya. Dava mencoba untuk meredam kepanikan Vanilla dengan terus menggenggam tangan wanita itu.

"Oh, satu lagi," Soraya kembali bersuara, "penderita Amnesia." Soraya melebarkan senyumnya hingga barisan giginya terlihat.

Dava langsung memberikan tatapan peringatan pada Soraya, namun tidak dihiraukan. Soraya semakin gencar memberikan serangan pada Vanilla dengan maksud memancing agar Vanilla memperlihatkan sisi lainnya. Soraya tahu kelemahan Vanilla. Wanita itu akan merasa panik jika ada yang menyudutkannya seperti sekarang. Jika Vanilla panik, maka Vanilla akan kesulitan untuk mengontrol dirinya sendiri.

"The girl who rose from the dead."

Vanilla langsung berdiri, membuat yang lain terkejut. "Permisi," ucapnya buru-buru pergi.

Sangking terburu-burunya, Vanilla sampai menabrak siapa saja yang menghalangi jalannya. Dengan mengandalkan instingnya, Vanilla mencari toilet di dalam rumah Dava. Ia masuk dan mengunci diri seraya mengeluarkan obat yang sengaja Vanilla bawa untuk berjaga-jaga. Benar kata Sandra beberapa waktu yang lalu.

Soraya bisa mengetahui apa saja dengan mudah, termasuk seluruh tentangnya.

***

Minggu, 07 Maret 2021

Continue Reading

You'll Also Like

My Nerd Girl By 🍒

Teen Fiction

70.5K 3.6K 11
"Hating, cursing, bullying... But loving you" Story by devaokta (Indonesian Language) [Start : 04 Oktober 2020] [End : ]
35.6K 5.4K 62
Aruna yang bodoh, dipertemukan dengan Laksa si pengidap sindrom Alien Hand. Berawal dari sepatu Aruna yang coplok, mereka berdua tiba-tiba menjadi de...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.7M 274K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
280 65 5
Altheo Matthew, lelaki berparas tampan yang dipaksa untuk mengikuti semua ucapan dari sang ayah, untuk sempurna menjadi seorang penerusnya. Tak ada c...