Freak Couple : Nikah SMA [TAM...

By anahstasya

628K 40.9K 11.1K

Hanya sebuah kisah klasik yang menceritakan bagaimana kehidupan Kevin dan Kayra setelah menikah di umur yang... More

πŸ““PROLOG
πŸ““PERKENALAN
πŸ““[1] Kenaikan Kelas
πŸ““[3] Semalam ... 🌚
πŸ““[4] Apel Pagi
πŸ““[5] Lapangan
πŸ““[6] Karena Pesona
πŸ““[7] Cinta?
πŸ““[8] Perihal Rasa
πŸ““[9] Telat
πŸ““[10] Hukuman
πŸ““[11] Bahan Ghibah
πŸ““[12] Produksi Anak
πŸ““[13] Gara-Gara Balon
πŸ““[14] Cowok Rese
πŸ““[15] Keluar Darah
πŸ““[16] Malmingan di Kasur
πŸ““[17] Panas!!!
πŸ““[18] Cuek-Cuekan
πŸ““[19] Tithid
πŸ““[20] Dalam Kamar
πŸ““[21] Rumah Bunda
πŸ““[22] Mata-Mata
πŸ““[23] Ciuman Tertunda
πŸ““[24] Absen
πŸ““[25] He's Back
πŸ““[26] Angry
πŸ““[27] Bertengkar & Kehilangan
πŸ““[28] Always Love
πŸ““[29] Rekreasi
πŸ““[30] Di Bawah Pohon
πŸ““[31] Marahnya Kevin
πŸ““[32] Kapal Kayla
πŸ““[33] Mimpi Buruk
πŸ““[34] Kenyataan
πŸ““[35] "By, begadang yuk!"
πŸ““[36] Morning Routine
πŸ““[37] Mual + Ngidam = Hamil? I
πŸ““[38] Mual + Ngidam = Hamil? II
πŸ““[39] Happy News
πŸ““[40] Si Bayi Banyak Tingkah
πŸ““[41] Acara Perpisahan
πŸ““[42] Welcome Baby Girl
πŸ““[43] Nama Dari Someone
πŸ““EPILOG
SEQUEL πŸ˜‡

πŸ““[2] Seranjang

28.4K 1.6K 298
By anahstasya

[2] Seranjang

Jangan lupa kasih votenya manteman!!

🍁

⚠WARNING!!!
17+

Kayra berjalan gontai memasuki sebuah rumah yang bertingkat dua. Tubuhnya serasa sangat lelah dan capek karena telah menghabiskan waktu selama kurang lebih delapan jam di sekolah. Dan saat jam pulang sekolah tadi, dirinya harus nongki ke cafe bersama kedua sahabatnya.

Dasi sekolah tidak lagi terpasang rapi di kerah seragamnya. Serta tas punggungnya telah ia lempar sembarangan ke sofa.

Seseorang berjalan dari arah dapur sambil memandangi ponsel. Karena kepalanya yang menunduk, tidak sengaja dia menabrak sesuatu.

Bruk ....

Tersadar akan hal itu, dia mendongakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk. Ia melihat apa yang telah ditabraknya barusan, dan ternyata adalah seseorang yang baru saja datang.

"Ehh. Sorry, By." Seseorang yang menjadi korban tabrakan itu agak terhuyung ke belakang. Dengusan pelan terdengar keluar dari mulutnya. Karena tubuhnya yang mungil, beserta kondisi fisiknya yang sudah lemas, untuk menghindar dari tabrakan itu saja dirinya sudah tidak mampu. Karena sebenarnya dia pun telah tau jikalau tubuhnya akan menerima tabrakan.

"Kenapa, By? Kok lemes gitu?" tanya orang itu.

Seseorang yang dipanggil By itu hanya menatapnya dengan pandangan yang sayu. "Gue capek, El," ucapnya dengan nada lemas.

"Habisnya lo, sih. Kenapa pulangnya baru sekarang? Udah setengah enam," ujar orang itu lagi yang dipanggil dengan sebutan El.

Kayra mengembuskan napasnya kasar, lalu ia berjalan gontai ke arah sofa ruang tamu. Diikuti oleh El yang berjalan di belakangnya.

"Lo habis dari mana?" Kayra duduk di sofa panjang lalu menyenderkan kepalanya.

"Ohh, apa jangan-jangan ...."

"Bisa diem gak, lo! Gue ini capek, baru sampe aja udah disuguhi macem-macem pertanyaan, habis ditabrak juga lagi," ucap Kayra mengomel.

"Mending lo duduk di sini pijitin badan gue," sambungnya. Tangan kirinya menepuk-nepuk sisi sofa yang tidak dia duduki, bermaksud menyuruh El untuk duduk.

El pun hanya pasrah, ia duduk di sebelah Kayra lalu mengambil lengan Kayra untuk ia pijat. Matanya yang tadi tertutup kini terbuka, dia melirik El yang tengah memijat lengannya.

"Kok lo jadi nurut gini? Kesambet apaan lo?" ujar Kayra menatap El dengan ragu, karena perubahan sikap cowok itu yang berubah jadi penurut. Berbeda dengan biasanya yang sangat menyebalkan.

El menyudahi aktivitas memijatnya. Dia menatap Kayra dengan pandangan sinis. "Lo itu emang gak pernah peka, ya. Mana yang katanya cewek mempunyai kadar kepekaan yang lebih tinggi dari cowok. Kok lo gak ada peka-pekanya sama sekali, atau lo bukan cewek. Banci ya lo." Sebuah tangan kini mendarat di bibirnya. Tangan itu milik Kayra, dan bibir itu milik El. Coba bayangkan, bibir lo ditimpuk dengan keras, rasanya kayak gimana?

"Sakit bangke!" ringis El sambil memegangi salah satu bagian tubuhnya yang berharga itu. Bibir itu sangat berharga, kenapa? Karena bibir adalah tempat yang paling enak untuk menyalurkan rasa sayang. Bukan 'kah begitu, miskah?

"Omongan lo mancing gue untuk berbuat kasar, jadi terima aja dengan ikhlas," kata Kayra dengan santainya. Sementara El mendengus pasrah, mungkin inilah takdir hidupnya yang selalu ternistakan oleh orang yang disayanginya.

"Gue ikhlas kok, By. Gue siap terbunuh sekalipun asalkan itu yang membuat lo bahagia." Kayra langsung menegakkan tubuhnya. Ia lalu duduk menyamping menghadap ke arah El.

Kayra menatap wajah cowok itu lamat-lamat. Sorotan matanya sangat tajam memandangi El dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Lo, siapa?"

Lelaki bernama El itu berdecak kesal mendengar pertanyaan Kayra. Bagaimana tidak kesal, pertanyaan macam apa yang istrinya keluarkan dari mulutnya itu? Sangat tidak berfaedah.

"El yang gue kenal itu bar-barnya kelewatan, gobloknya udah stadium akhir, tengilnya minta orang pengen ngehujat, gilanya udah buat dokter angkat tangan, alaynya udah mmmftttt ...." El membekap mulut Kayra yang sudah mirip petasan kepanasan itu dengan tangannya. Kepalanya tiba-tiba mumet mendengar celotehan berisi hinaan untuk dirinya.

"Mulut lo mancing gue buat bekap bibir lo pake bibir gue tau gak!" Kayra yang mulutnya masih dibekap itu tiba-tiba melototkan matanya. Mendengar penuturan El yang agak cabul, membuat jantungnya berdegup dengan kencang. Dia berusaha membuka mulutnya lalu menggigit telapak tangan cowok itu.

"Akhhh, Byyy. Babi lepasin," ujar El agak berteriak. Bagaimana tidak berteriak, gigitan Kayra pada telapak tangannya seakan-akan ingin menembus daging paling terdalam.

Puas dengan hasil karyanya, Kayra melepaskan gigitan itu lalu tersenyum kemenangan. "Kayra dilawan. Ya pasti Kayra menang," ucapnya menyombongkan diri.

Cowok itu mengusap telapak tangannya yang berbekas karena gigitan Kayra. Rasanya kini talapak tangannya itu seperti mati rasa. "Orang sombong liang lahatnya gak bisa digali," gumamnya pelan, matanya masih fokus melihat nanar telapak tangannya. Kadang kala sebuah ringisan pelan keluar dari mulutnya itu.

Mendengar ucapan El, dengan gerakan cepat Kayra menarik tangan El kembali. Cowok itu melototkan matanya kala telapak tangannya yang habis digigit dibawa Kayra kembali mendekati mulut cewek itu.

El memejamkan matanya bersiap merasakan sakit untuk kedua kalinya. "By, amp-phun." Merasakan semilir angin hangat mengenai telapak tangannya, matanya yang terpejam kini terbuka secara perlahan.

Yang ia lihat pertama kali, Kayra sedang meniup-niup bekas gigitan itu. Ternyata presepsinya salah, dia kira Kayra akan memberikan gigitan untuk kedua kalinya di tempat yang sama, ternyata cewek itu masih mempunyai rasa kasihan terhadap dirinya.

El menatap Kayra lamat-lamat. Sementara Kayra menyudahi kegiatannya, ia mendongakkan kepalanya melihat El. "Atas dasar apa lo tiba-tiba perlakuin gue baik gini?" tanya El kepada Kayra.

Kayra cengengesan tidak jelas, ia menggeser tubuhnya agar lebih menempel pada tubuh cowok itu. Posisinya saat ini, Kayra memeluk lengan El. [Aduhh jadi pengen punya sandaran yang bernyawa, tapi kenapa adanya cuma guling:(]

"Elll," rengek Kayra sambil menambah volume pada pelukannya.

"Apa?" jawab El cuek.

"Elll."

"Apa!"

"Elll!"

"Apa sih, akh!" jawab El kesal.

Dengan tanpa hentinya, Kayra terus-terusan merengek menyebut nama El.

"Elll."

Cowok itu menghela napas pelan lalu membuka suara, "Iya sayang, kenapa?" ujarnya dengan sangat lembut.

Hati Kayra tiba-tiba menghangat mendengar kalimat singkat itu, pelukannya beralih pada pinggang El. Begitupun dengan sang cowok, dia membalas pelukan hangat itu.

Di tengah-tengah pelukannya, El berbicara, "Enak ya, sayang?" tanyanya.

"Enak apanya?" tanya Kayra balik.

"Ininya," balas El ambigu.

Kayra sedikit mendongak melihat wajah El. "Ciee, pikirannya traveling," ujar El dengan nada mengejek.

Kayra menyipitkan matanya dengan pandangan tetap kepada El. "Bilangin Mamah ah, kalau putrinya ini udah gak polos," kata El usil.

Masih ingat dengan perkataan Kayra yang berbunyi, Kayra dilawan. Ya pasti Kayra menang. Begitulah faktanya, Kayra akan menang dengan segala caranya. "Bilangin Mommy ah, kalau putrinya yang cantik ini udah gak polos karena diajarin hal-hal begituan sama El."

El yang tidak terima dirinya dituduh-tuduh tidak jelas pun murka. Murkanya seorang El adalah kebahagiaan untuk Kayra.

"Berani ya lo sekarang sama gue," kata El lalu mendorong Kayra menjadi tiduran di sofa. El pun tak tinggal diam, dia menindih tubuh Kayra dengan kedua siku menumpu berat badannya.

"El! Minggir," ujar Kayra kesal dengan mendorong dada El untuk bangun, tetapi tenaganya tidak cukup kuat untuk saat ini.

"Gak," ujar El membantah.

"Elll, gue capek," rengek Kayra menampilkan wajah cemberutnya, tetapi itu sama sekali tidak berpengaruh untuk El.

"Belum juga ngapain-ngapain masa udah capek aja," ucap cowok itu sambil menaik turunkan alisnya genit.

"Gue mutilasi lo ntar," ancam Kayra menatap tajam Al.

"Lo pikir gue takut?"

"Nggak. Gue gak mikirin apa-apa," kata Kayra polos.

"Seketika tubuh ini menginginkan tubuhmu, Ani." El mengucapkan kata-kata itu dengan nada mengikuti cara bicara Roma Irama. Taukan? Kalau gak tau, gue cuma mau bilang. Kasian. Wkwkw.

"Gak lucu lawakan lo," ucap Kayra malas.

"Biarin. Serah gue, serah gue mau gimana."

"Udah stop, gue capek. Lo minggir deh. Gue gerah mau mandi, El," rengek Kayra kesal.

"Siapa lo nyuruh-nyuruh! Yang lebih berhak nyuruh tuh, gue," sarkas El dengan kejamnya.

"Lo pikir gue peduli? Nggak sama sama sekali!!"
"Mending lo minggir. Badan gue beneran lengket, El. Gak enak," balas Kayra.

"Yaudah gue minggir. Tapi ada syaratnya,"  ucap El tersenyum jahil.

Kayra menghela napas kasar. "Apa?" jawabnya ketus.

"Kalau lo udah mandi, kita gini lagi. Lebih dari ini juga gak papa," katanya yang membuat Kayra menatapnya nyalang.

"Dasar otak mesum. Minggir lo, kalau nggak, gue nangis nih," kata Kayra.

"Gak bakal minggir, gue. Enakan gini kok." Siku El tidak lagi menumpu berat badannya, badannya ia biarkan saja menindih tubuh Kayra. Kepalanya kini berada di celuk leher cewek yang ia tindih itu.

Kayra yang merasakan beban yang sangat berat menindih tubuhnya meringis kesakitan. Serta rasa geli di leher paling dalamnya kini terasa. "El berat," ucap Kayra dengan nada berat.

El tidak memperdulikan Kayra, cowok itu semakin menjadi-jadi. Ia memberikan kecupan-kecupan kecil di leher gadisnya itu. "El, geli."

"Nikmatin aja, yang." El tak hentinya memberikan kecupan-kecupan kecil di leher Kayra, tetapi kadang kecupan itu menjadi sebuah gigitan yang dapat mengeluarkan suara tak pantas dari mulut si korban.

"Gak mau, ntar lo kelepasan. Gue gak mau gitu-gituan sekarang," ujar Kayra tetap dengan suara agak berat karena susah payah menahan desahannya.

"Gak bakal kelepasan kok. Gini aja ntar," ujar El tetap melanjutkan aktivitasnya.

Kayra hanya bisa berpasrah. Ditambah kondisi tubuhnya yang sudah lemas, untuk memberontak pun sudah tidak bisa.

Setengah jam telah berlalu, suara adzan magrib kini telah berkumandang. Tetapi dua sejoli itu belum juga memberhentikan kegiatannya. "El! Udah adzan, berhenti dulu."

El menghentikan aktivitasnya, ia mengangkat badan seperti pada posisi awal, yang sikunya menumpu berat badannya.

"Minggir, gue belum mandi, El. Bentar lagi shalat."

"Iya gue minggir, tapi ada syaratnya."

"Apa lagi sih?" ucap Kayra pasrah.

"Mulai malam ini kita tidurnya sekamar dan satu ranjang." Kayra membulatkan matanya. Itu namanya mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Baru saja Kayra ingin protes, El mendahuluinya membuka suara. "Gak ada penolakan."

"Ihsss, gak mau," tolak Kayra.

"Kenapa gak mau, gue kan su---"

"Gak usah nyebut," potong Kayra cepat.

"Emang bener. Itukan fakta," ujar El tak mau kalah.

"Tapi gak sekarang, El. Kalau lo kelepasan gimana?" kata Kayra takut-takut.

"Yaa ... kalau kelepasan berarti udah jalan takdirnya gitu," jawab El dengan santainya membuat Kayra tak terima.

"Ogah kek gitu. Pokoknya gue gak mau. Titik," ujar Kayra tegas.

"Ya terserah lo sih. Kalau gak mau berarti kita gini terus," kata El dengan senyum manisnya, membuat Kayra ingin sekali memberinya bogeman mentah.

Setelah sekian lama bergulat dengan batinnya. Sampai-sampai kini adzan magrib telah selesai, dirinya juga belum mandi, membuat dirinya harus pasrah dengan semua yang El mau.

"Yaudah iya, kita sekamar, tapi awas aja lo macam-macam."

"Iya nggak, tapi kalau kelepasan terima aja," ujar El dengan jahil.

Kayra memberikan tabokan cukup keras di dada cowok itu, jangan lupakan posisi mereka yang belum berubah, masih dalam keadaan tindi-tindihan.

"Canda sayang, canda."

Kayra menghentikan amukannya lalu menatap El sengit. "Minggir lo!"

El akhirnya bangkit dan mendudukkan badannya kembali. Begitupun dengan Kayra. Ia langsung berdiri lalu melongos pergi ke lantai dua dimana kamarnya berada. El menatap punggung Kayra yang lama-lama tak terlihat ditelan tembok dengan senyum kemenangan.

"Akhirnya ...." Cowok itu berdiri dari duduknya lalu menyusul Kayra masuk ke dalam kamar cewek itu, eitss bukan cuma kamar Kayra, tetapi kamar mereka berdua.

🍁

🖇 Quotes of the day :

"Berpuas-puaslah tersenyum hari ini, karena kita tidak akan pernah tau besok-besok apakah senyum itu masih bisa terbit, bisa saja kesedihan akan datang menghampiri."

Continue Reading

You'll Also Like

391K 534 4
21+
966K 95.7K 49
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
115K 2K 13
Setelah cukup lama menetap di kota. Alin, gadis berusia 23 itu akhirnya kembali ke kampung tempat di mana kedua orang tuanya menetap. Tentu alasan ia...
408K 37.3K 89
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.