Love Story Anne

By queenponyy

275K 22.6K 688

[β€ΌοΈπ˜½π™π˜Ώπ˜Όπ™”π˜Όπ™†π˜Όπ™‰ π™π™Šπ™‡π™‡π™Šπ™’ π™Žπ™€π˜½π™€π™‡π™π™ˆ π™ˆπ™€π™ˆπ˜½π˜Όπ˜Ύπ˜Όβ€ΌοΈ] Anne Chintya Hinata, sosok gadis atlet be... More

00. Prolog
01. Si Ratu Es
02. Si Penyimpan Luka
03. My Perfect Brother
04. Pertemuan Kesekian Kalinya
05. Apa Itu Keluarga?
06. Awal Dari Segalanya
07. Saingan Baru
08. Sandiwara Murahan
09. Saling Membutuhkan
10. Dress Biru
|| SPESIAL VISUAL ||
11. Rasa Yang Aneh
12. Couple Baru?
13. Rasa Kecewa
14. Anne dibentak?
15. Family
16. Clarisa The Geng Berulah
17. Perhatian Kecil Dave
19. Mengikhlaskan Atau Berjuang?
20. Makam Bunda Shella
21. Dunia Ini Sempit
22. Ratu Es Sakit
23. Dua Tukang Debat Bertemu
24. Anne VS Clarisa The Geng
25. Obat Untuk Dave
26. Ayah dan Dave
27. Naufal Modus
28. Cemburu?
29. Gibahin Hesa
30. Berkuda Bersama
31. Kelemahan Anne
32. Bertemu Camer
33. Dave Pergi?
34. Rapuh?
35. Ratu Es Sakit-2
36. Penjelasan Dave
37. Berkumpul Kembali
38. Quality Time
39. Dave VS Naufal ??
40. Manjanya Coldgirl
41. Rahasia Baru
42. Menguak Rasa Ingin Tahu
43. Firasat Buruk
44. Perasaan Ragu
45. Keputusan Berat
46. Khawatir
47. Dalam Bahaya
48. Clarisa Si Iblis Licik
49. Clarisa Yang Sebenarnya
50.
β€’51β€’
β€’52β€’
β€’53β€’
β€’54β€’
β€’55β€’
β€’56β€’
β€’57β€’
β€’58β€’
β€’59β€’
β€’60β€’
β€’61β€’
β€’62β€’
β€’63β€’
β€’64β€’
β€’65β€’
β€’66β€’
β€’67β€’
68. Epilog
69. Ekstra Part I
70. Ekstra Part II
|| MY NEW STORY ||

18. Please Hugh Me!

3.6K 309 13
By queenponyy

Welcome readers,
Love Story Anne!

|| Revisi 9-12-21 ||

(。’▽’。)♡

"Sebanyak apapun cara mendapatkan kamu, jika hati itu tidak untukku apa gunanya?"

(。’▽’。)♡

Hari sudah berganti seiring berjalannya waktu. Di halaman belakang sekolah telah duduk dua lawan jenis yang masih diselimuti keheningan. Tidak ada satupun yang memulai pembicaraan, canggung sekali. Keduanya sedang bergulat dengan fikiran masing masing. Sekolah masih sepi dan belum begitu banyak murid yang datang.

"Ada perlu?" gadis tersebut memberanikan diri untuk membuka suara.

"Apa masih ada tempat di hati lo buat gue?" bukannya menjawab lelaki tersebut justru berbalik tanya.

"Apa lo bahagia sama dia, Ann?"

"Ha?" Anne menggeleng tidak paham.

"Apa gue harus mundur sekarang demi kebahagiaan lo?"

"To the point, kak!" geram Anne.

Tiba tiba Naufal memeluk Anne dari samping dengan begitu erat, seperti tidak ingin melepaskannya sekalipun. Ingin menggapainya namun Tuhan berencana lain. Ingin selalu disampingnya namun bukan dirinya yang selalu disana. Ingin memilikinya namun bukan hak dirinya. Sejauh ini Naufal selalu berusaha memeluk Anne namun tidak ada satu cara pun yang berhasil membawa gadis itu kepelukannya.

"Kak, lepasin!" Anne berusaha mendorong badan kekar Naufal.

"Anne gue cinta sama lo," gumam Naufal didalam dekapan gadis tersebut. "Please, balas pelukan gue."

"LEPAS!" kali ini Anne berusaha mendorong dada bidang Naufal secara paksa.

"Kenapa lo selalu menghindar saat gue peluk, Ann?" Anne menatap mata milik Naufal begitu dalam. Melontarkan semua kekesalannya pada lelaki tersebut.

"KENAPA, ANN?" Naufal mengacak acak rambutnya frustasi.

"Dave selalu mudah dapat pelukan lo sedangkan gue sedikitpun lo selalu menghindar. Apa salah gue, Ann? Apa kurang gue berjuang selama ini buat lo? Kenapa harus Dave, Ann? Kenapa harus dia yang baru berjuang tapi bisa mendapatkan semuanya termasuk lo!? Jawab, Ann!"

"Lo bukan kak Naufal" ucap Anne lirih, ia memberi jarak duduk diantara mereka.

"Ini gue, Ifrah Naufal Sinandra. Ketos yang dibilang sering dibilang bodoh saat memperjuangkan seorang adik kelas. Seorang ketos yang rela melepas semua cewek hanya demi ratu es kayak lo! Lelaki lemah yang selalu gagal---"

"CUKUP!" emosi Anne ikut tersulut, tatapannya lurus kearah Naufal.

"Gue mau lo hargai gue, Ann," ujar Naufal lirih.

"Tolong hargai semua perjuangan gue, Ann. Beri ruang dihati lo sedikit saja, apa sesusah itu?" mata Naufal terlihat begitu hancur. Seperti kehilangan penopang kehidupannya selama hanya karena masalah cinta.

"Gak bisa, kak." cicit Anne.

"Kenapa? Karena ada Dave yang juga berjuang buat dapatin lo? Terus gue apa, Ann? Gue juga berjuang selama satu tahun ini, apa belum cukup satu tahun buat bukti semuanya ke lo?"

Anne menggeleng lemah, memang bukan itu alasan dirinya. "Bukan itu,"

"Lalu?"

"Ada perasaan orang lain yang harus gue jaga,"

"Dave kan? Lo ada---"

"BUKAN!" bentak Anne. Tidak mungkin dirinya membuka rahasia itu sekarang. "Gue gak mau melukai siapapun,"

"Clarisa? Lupakan dia, Ann. Clarisa cuma obsesi ke gue dan bukan benar benar cinta,"

"Bukan, kak! Bukan karena mereka." Anne muak sekali. Ingin sekali ia membongkar semuanya namun belum saatnya hari ini.

"Jangan suka sama gue lagi, kak. Hargai perasaan orang lain dan lupakan gue! Permisi..." Anne beranjak pergi dari hadapan Naufal dan meninggalkan lelaki tersebut sendirian di halaman belakang sekolah.

Naufal menatap tubuh mungil Anne yang semakin mengecil lalu menghilang dari pandangannya. "Berapa cara lagi, Ann yang harus gue lakukan supaya lo jadi memilik fue seutuhnya?"

Sedangkan Anne berlari menjahui halaman belakang sekolah agar terhindar dari Naufal. Bahkan nafasnya menggebu gebu. Sekarang Anne bukan pergi mengarah ke kelas namun kearah toilet.

"Maafin gue, kak. Bukan bermaksud gak menghargai semua perjuangan kak Naufal. Cuma saat ini ada hati yang harus gue hargai." gumam Anne seraya menatap pantulan dirinya dicermin toilet.

Selesai membasuh muka dan menetralkan kembali nafasnya, Anne segera keluar toilet. Saat membuka pintu ia lamgsung dikejutkan sosok lelaki dengan wajah datar seperti dirinya.

"Gue mau ngomong sama lo,"

"Gak--"

Lelaki tersebut menyela ucapan Anne. "Gue gak terima penolakan. Didalam sepi?"

Anne menganggukan kepala. Lelaki tersebut langsung mendorong tubuh mungil Anne untuk ikut masuk kedalam toilet cewek secara paksa. Lalu nengunci pintu agar tidak ada yang masuk secara tiba tiba.

"Buka kuncinya," perintah Anne, ia tidak ingin dituduh aneh aneh didalam toilet bersama seorang lelaki.

"Gak! Gue perlu ngomong sama lo saat ini,"

"Bisa diluar,"

"Ini penting!" tatapan lelaki tersebut begitu datar dan serius. Anne benar benar dibuat kaku mata itu.

Rasanya gak asing sama mata itu. Batin Anne.

Kenapa gue merasa kenal sama lekuk wajah ini? Tanya lelaki tersebut pada dirinya sendiri.

"Gue bilang bicara diluar!" tegas Anne, bahkan suaranya sedikit meninggi.

"Shut up! Gue gak suka basa basi. Gue tau lo habis ketemu Naufal kan?" Anne menautkan kedua alisnya, ia masih tidak paham dengan sikap lelaki yang ada dihadapannya.

"Gue harap lo jangan berurusan lagi sama dia. Jaga perasaan Dave!" lanjutnya.

Dan jaga diri lo baik baik.

"Maksud lo?" tanya Anne tidak paham.

"Kalau emang hati lo bukan buat buat mereka, jangan pernah melibatkan keduanya atau menyakiti keduanya. Tentuin pilihan lo dari sekarang!"

"Maksud lo apa? Gue gak paham,"

"Ikuti kata hati lo. Jangan buat Dave lebih tersiksa lagi," ucapnya sedikit tegas.

"Lo bicara apa sih, Fiz?!" ujar Anne mulai mengkesal.

"Gue harap lo paham sama ucapan gue!" Hafiz pergi begitu saja meninggalkan toilet.

Untung saja toilet cewek hari ini masih sepi dari para kakak kelas. Jadi tidak ada satu pun yang mendengar percakapan antara Anne dan Hafiz.

"Tau dari mana kalau gue habis ketemu kak Naufal?" gumam Anne.

(。’▽’。)♡

"Dari mana?" tanya Dave pada Hafiz yang baru saja duduk dikursi.

"Perpus," jawabnya singkat.

Dahi Dave mengerut seketika. Seperti ada yang aneh dari sahabatnya satu ini. Dave menganggap bahwa bukan Hafiz yang biasa ia kenal untuk hari ini. Hafiz lebih banyak melamun dan seperti lagi ada beban dipikirannya.

"Lo kenapa sih, Fiz hari ini? Beda banget tau gak,"

"I'am fine," jawab Hafiz tanpa menatap Dave sama sekali.

"Lagi ada masalah ya lo hari ini?" tanya Dave memastikan.

"Gak! Gue baik baik aja kok," elak Hafiz kembali.

"Muka lo dari dulu kalau lagi ada masalah gak bisa dibohongi sama sekali, termasuk gue. Berantakan banget, Fiz!"

Kali ini Hafiz membalik tubuhnya dan menghadap Dave sempurna. Sedangkan kedua alis Dave saling menaut, tidak paham. "Kalau lo punya masalah please jangan dipendam sendiri, Dave. Gue merasa gak berguna jadi sahabat kalau lo gak bisa terbuka sama gue ataupun lainnya,"

"Lo bicara apaan sih?! Bukannya lo yang lagi ada masalah kok malah putar balik fakta ke gue sih!" Dave tertawa kecil, sedangkan Hafiz masih setia dengan mimik wajahnya yang serius.

"Jangan bicara soal fakta kalau lo sendiri menyembunyikan fakta yang sebenarnya."

Skakmat.

Dave dibuat bungkam dengan kata kata yang dilontarkan oleh Hafiz barusan. Mengapa Hafiz berbicara seolah olah diia tahu bahwa dirinya sedang menyembunyikan sesuatu? Apa mungkin Hafiz mengetahui semuanya atau hanya memancing saja?

"Ada ada aja lo, Fiz!" Dave tertawa hambar untuk menutupi kecanggungannya.

"Kalian bahas apa sih kok gue gak diajak ngobrol?" sahut Demas tiba tiba dari arah belakang.

"Udah perhatikan pelajaran aja nanti pak Darin marah marah." bisik Dave pada Demas.

(。’▽’。)♡

Kring!

Bel pulang telah berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas untuk pulang ke rumah masing masing. Dave sudah berada didepan pintu kelas Anne, menyandarkan punggungnya pada daun pintu dengan tangan yang setia didada. Seperti biasa ia harus antar pulang Anne sampai dengan selamat.

"Udah disini aja lo, Dave." ujar Bintang yang baru saja keluar kelas bersama Arsy disampingnya.

"Biasa kan pasangan bucin sekarang. Dia udah gak sabar pulang bareng Anne itu." bisik Arsy seraya tertawa kecil.

"HAI SEMUANYA!!" sapa Jihan semangat.

Semua tersenyum kearah Anne dan kedua sahabat Annd, namun hanya Dave yang tatapannya tertuju pada Anne. Lelaki tersebut mengamati setiap bentuk wajah Anne mulai dari hidung, mata serta bibir merah muda. Tidak Dave sadar bahwa senyumnya terukir begitu sempurna.

"Ekhem... mau sampai kapan lo lihatin Anne terus, Dave!" goda Demas yang berdiri tepat disamping Dave.

"Sampai tua kalau bisa sih," jawab Dave enteng.

"Nikahin aja sekalian atau perlu sekarang." sahut Jihan diiringi tawa mereka semua.

"Kalau bisa sih gitu. Nanti coba gue bicara sama bundanya Anne." lagi lagi Dave menggoda Anne dengan senyuman miring. Sedangkan gadis yang digoda hanya memutar bola matanya malas.

Dasar tukang gombal!

"Oh jadi ceritanya udah kenalan nih sama camer, jadi iri deh." Bintang ikut menggoda pasangan baru tersebut.

Sejak tadi Hafiz lebih memilih diam walaupun pandangan tetap mengarah pada Anne, seolah olah mengisyaratkan sesuatu. Sebenarnya Anne juga tidak melupakan kejadian di toilet tadi pagi bersama Hafiz. Anne masih bertanya tanya apa yang dimaksud oleh Hafiz tentang Dave. Sepertinya Hafiz mengetahui sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Dave selama ini.

Anne hendak beranjak pergi namun pergerakannya ditahan oleh Dave. "Gak boleh pergi sendiri harus sama gue!"

Dave langsung menggapai jemari mungil Anne dan menggenggamnya begitu erat. Sahabat kedua lawan jenis itu hanya bisa menahan senyum.

"Ck, posesif!" desak Anne sebal.

"Biar gak hilang nanti diambil orang lain, gimana dong." bisik Dave di telinga Anne.

"NYAMUK TERUS!!" teriak Bintang menggoda kedua sejoli tersebut.

"BERISIK IH, BINTANG!" teriak Jihan tidak kalah kencang.

"Sama aja kalian berdua!" Sarah menjewer telinga keduanya.

Sedangkan Anne dan Dave sudah berada di parkiran sekolah. Jemari keduanya masih saling menggenggam. Untung saja suasana sekolahan mulai sepi, setidaknya tidak akan ada gosip kembali tentang dirinya.

"Sini gue pakaikan helmnya." Dave mengambil ahli helm tersebut dari Anne dan mulai memasangkan dikepala gadis tersebut. Menyelipkan beberapa helai rambut Anne yang sedikit berantakan.

"Weekend lo sibuk?" tanya Dave.

"Jadwal latihan berkuda,"

"Mau gue temani?"

Anne menggeleng, menolak. "Gue biasa diantar Hesa,"

Dave tersenyum tipis. "Kali ini gue aja yang antar ya sekalian lo temani gue ke suatu tempat sepulang dari latihan berkuda. Mau kan?"

"Danau?"

"Bukan kok," Anne menautkan kedua alisnya. "Nanti lo pasti tau, mau ya?"

"Nanti gue--"

"Biar gue aja yang izin ke abang lo. Lo tinggal nurut aja sama gue, okey!" Dave memotong ucapan Anne yang belum selesai.

"Btw jam berapa jadwalnya?"

"Jam 11 siang,"

Dave menganggukan kepalanya berkali kali. "Okey nanti gue coba bicara sama bang Hesa sekalian izin bunda sama ayah lo."

Keduanya sudah menaiki motor sport merah kesayangan Dave dan pergi meninggalkan halaman sekolah.

"Akhirnya lo bisa luluh juga, Ann." gumam Sarah seraya menatap kepergian Dave dan Anne.

"Kalau gini sih si ketos itu udah kalah start." gumam Demas kali ini.

"Semoga dia kebahagian lo selamanya, Dave." gumam Hafiz diiringi senyuman yang begitu tipis.

"Sosweet banget sih mereka." gumam Arsy terkagum kagum.

"Ratu es sudah mencair!" gumam Bintang dan Jihan bersamaan.

"EH, NGAPAIN LO IKUTI KATA KATA GUE ANJIR!!" pekik Jihan tidak terima.

"MANA ADA! LO YANG NGIKUTIN GUE BAMBANK!" pekik Bintang tidak mau kalah.

"LO BINTANG!"

"LO JIHAN AMARASIH!"

"NGALAH DONG SAMA CEWEK!"

"UDAH JANGAN DEBAT!" lerai Demas dengan tangan yang berada disisi kedua telinganya.

"Gue tebak lo berdua jodoh haha.." celetukan Arsy mendapatkan tatapan tajam dari Bintang dan Jihan.

"KABOR MAK!!" Arsy langsunh berlari kencanh saat melihat Bintang ingin melahapnya.

"Ann, harus dengan cara apa lagi gue dapatin lo?" gumam Naufal jauh dari tempat parkiran.

(。’▽’。)♡

Siapa yang setuju Naufal jadi sadboy?

Atau Dave aja yang sadboy?😂

Jangan lupa vote dan ajak teman kalian baca LSA <3

Follow dan mampir disini👇🏼

SEE YOU NEXT PART❤

Continue Reading

You'll Also Like

DANGER By Rara Rahma

Teen Fiction

5.9K 312 30
"Gue suka sama lo Xal." Ucap Anta lagi yang membuat Xalva menutup matanya sekejap. "Lo suka sama gue?" Tanyanya sambil membuka matanya. "Gue sangat...
19.4K 1.8K 70
Gilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gil...
1.6K 204 44
⚠️IKUTI CERITA SAMPAI ENDING, JANGAN SIMPULKAN BAGAIMANA CERITA INI JIKA HANYA BACA PART BELUM SAMPAI ENDING. ⚠️ Brilliant Sly Harmoni. Parasnya memp...
918K 41.6K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...