FROM A TO Z, I LOVE YOU - (CO...

By verlitaisme

294K 39.5K 3.6K

Adelicia Aubree, 27 tahun. Baru saja putus cinta dari dari tunangannya, setelah menjalin kasih selama 3,5 tah... More

Meet Aubree & Zayn
HELLO FROM US!
1. PEREMPUAN YANG PATAH HATI
2. LELAKI YANG KATANYA MANDUL
3. APA KITA HARUS BERTEMU?
4. KITA, HUJAN, DAN KISAH YANG SERUPA
0T11AAPTW10
5. MARI SALING MELUPAKAN
6. HUBUNGI AKU, AKU MENANTI
7. DUA GARIS TAK TERDUGA
8. APA KAMU BAHAGIA? KARENA AKU BAHAGIA!
9. MENDEKAT, AKU AKAN MENJAGAMU
10. TESTPACK DAN LELAKI RANDOM
12. HARI YANG PENUH KEJUTAN
13. MUSUH DALAM SELIMUT
14. KECUPAN DAN PELUKAN YANG MENENANGKAN
15. BUKAN URUSANMU!
16. PERMINTAAN MENDADAK YANG MENGEJUTKAN
17. KARENA KITA HARUS SALING MENGENAL
18. WANITA TERHORMAT YANG MENYELINAP
19. LAMARAN DAN PERSIAPAN HARI BAHAGIA
20. MENIKAH! LALU ....
AUBREE, PEREMPUAN YANG PATAH HATINYA
SELIMUT TAMBAHAN
KUE ULANG TAHUN
How I Found Your Number
VOTE COVER!
OPEN PO!
Bundling
Ready On Playbook!

11. ANTARA CINTA DAN TANGGUNG JAWAB

9.4K 1.6K 115
By verlitaisme

Matahari tepat di atas kepala saat mereka memasuki daerah Buahbatu, Bandung. Zayn berinisiatif mampir ke toko buah, memilih beberapa buah terbaik dan meminta penjaga toko untuk dibentuk serupa hampers yang cantik.

"Gimana menurut kamu?" Zayn bertanya pada Aubree, saat si penjaga toko menyerahkan hampers ke tangannya.

"Cantik," jawab Aubree.

"Cukup ga untuk meluluhkan hati mama dan papa kamu?" tanyanya serius sambil berjalan ke arah mobil yang terparkir di depan toko.

"Nggak tau." Aubree mengangkat kedua bahunya.

Zayn mendengkus, menekan kunci otomatis kendaraannya.

Tidak lama, keduanya telah kembali berada di jalanan. Sepuluh menit kemudian Zayn telah mengemudikan kendaraannya memasuki perumahan yang ditunjuk Aubree. Dan lima menit setelahnya, mobilnya sudah terparkir di halaman sebuah rumah berlantai dua tanpa pagar, yang terlihat asri halamannya.

Terlihat dua ekor kucing ada di teras rumah, bermalasan di bawah kursi yang terbuat dari kayu. Ketika keduanya turun, sepasang pria dan wanita setengah baya—yang ditebak Zayn sebagai orang tua Aubree—muncul juga di teras. Mata keduanya menatap pada sosok asing yang berdiri di sebelah anak gadis mereka.

Zayn menghela napas, mencoba mengatur ritme jantungnya yang berdebar lebih cepat. Bahkan menghadapi klien-klien-nya saja, tidak pernah se-deg-deg-an ini.

"Jangan keliatan banget tegangnya." Aubree yang telah berada di sebelah Zayn, berbisik. "Ayo," ajaknya pada pria yang terlihat gugup.

Zayn mengangguk, kemudian berjalan beriringan menuju teras.

Aubree mempercepat langkah mendahului Zayn, dipulasnya senyum lebar bukti rindu pada ayah dan ibunya. Begitu dekat, dipeluknya secara bersamaan dengan tangan yang terbentang, kedua orang yang dikasihinya lebih dari apa pun itu.

"Kangen!" serunya sambil ganti mengecupi pipi ayah dan ibunya. Ayah yang terlihat seperti seseorang dari luar Indonesia, sementara ibu yang wajahnya sangat Indonesia. Zayn langsung paham, dari mana cantik di wajah Aubree berasal. Perpaduan orang tuanya terlihat luar biasa.

Zayn yang hari ini mengenakan kemeja hitam yang lengannya digulung sampai sesiku, berhenti dua atau tiga langkah di belakang Aubree. Dilukisnya senyum di wajah sebaik yang dia bisa. Terlebih ketika dua pasang mata itu menatapnya dengan penuh tanda tanya.

Buat Zayn, keduanya terlihat multitasking. Berpelukan dengan anak mereka seraya menyahuti ucapan-ucapan rindu Aubree sesekali, sambil menyipitkan mata penuh selidik ke arahnya.

"Theo mana?" bisik perempuan setengah baya, yang cantiknya terlihat Indonesia sekali. Dia menanyakan itu dengan pandangan yang tak lepas dari Zayn.

Aubree terdiam sesaat demi mendengar pertanyaan dari ibunya. Dihelanya napas perlahan, sebelum melepas dekapan dari keduanya.

"Mana Theo?" ibunya mendesak dengan khawatir.

Aubree menelan liurnya, bingung bagaimana harus menjawab. Syukurnya Zayn tiba-tiba telah berdiri di sebelahnya.

"Saya Zayn, Pak, Bu ...." Zayn tersenyum, meraih tangan mereka satu persatu untuk dikecup punggung telapak tangannya. "Calonnya Aubree ...."

Sontak Aubree membelalak, tidak menyangka kalau Zayn akan berbicara segamblang itu. Sementara di hadapannya, ibunya menganga, ayahnya mengeryit.

Tidak lama mereka berempat sudah duduk di ruang tamu yang didominasi warna krem. Sofa krem ukuran single yang diduduki Zayn, berdampingan dengan sofa single yang ditempati oleh Aubree. Di hadapan mereka berdua, orang tua Aubree duduk di sofa double. Pada meja kaca di tengah-tengah, hampers buah oleh-oleh yang tadi dibawa Zayn dan Aubree tergeletak di sana.

"Jadi, kamu sama Theo—"

"Putus, Ma. Dia selingkuh." Aubree menyahut, kemudian menunduk. Maya—ibunya—menutup mulut dengan telapak tangan karena terkejut.

"Kok kamu bisa tau dia selingkuh? Apa sudah dipastikan? Menjelang pernikahan kadang ada aja yang jadi masalah, bikin masalah, masalah yang dibuat-buat." Kali ini ayahnya—Nico—yang bicara.

"Bree mergoki sendiri, Pa," sahut Aubree dengan mata berkaca-kaca, dia mendongak. "Telanjang, bareng perempuan lain. Sakit." Aubree meremas kaus di bagian dadanya. Pedihnya memang terasa.

Nico menarik napas, sementara Maya turut berkaca-kaca bersama dengan anak semata wayangnya.

Zayn menoleh ke arah Aubree, miris melihat bagaimana kesedihan dan sakit hati kembali terbayang jelas di wajah itu. Kasihan.

"Lalu, dia ini siapa?" Nico menatap tajam ke arah Zayn. Matanya jelas menyelidik, melahap tiap inci tubuh pria muda yang berani-beraninya menyatakan diri sebagai calon dari anaknya.

Cepat Zayn mengalihkan pandangn ke arah Nico. "Saya Zayn Zavyan, Pak." Zayn kembali memperkenalkan diri, senyumnya kembali mengembang.

"Iya saya tau, tadi kamu sudah bilang. Pertanyaan saya bukan ke sana. Masa kamu nggak paham?" Nico mendengkus, memberikan nilai minus yang pertama untuk Zayn.

Zayn menghela napas, mencoba merangkai kata dalam benak agar tak salah bicara. Menimbang-nimbang bagaimana caranya agar tidak kena masalah di pertemuan pertama. Kalau saat ini dia langsung mengatakan Aubree hamil, dan masalah perceraiannya dengan Kiran belum selesai, sudah barang tentu yang ada hanya caci-maki. Apalagi kalau mereka tahu kalau kejadian itu berawal dari ajang membalas sakit hati. Berkenalan di aplikasi dating, bertemu, one night stand, lalu ternyata ... hamil.

Kembali Zayn menoleh ke arah Aubree, tersadar kalau ada masa depan yang dirusaknya, meski tahu perbuatan itu atas kesadaran bersama. Bagaimana perempuan ini akan dipandang oleh orang tuanya nanti? Bercinta dengan suami orang, saat dia sendiri masih berstatus tunangan orang.

Aubree sendiri turut menoleh ke arah Zayn. Matanya masih berkaca-kaca, kalut, was-was dengan apa yang akan terucap dari mulut pria itu.

Zayn hanya menggeleng seraya tersenyum. Kemudian, kembali pandangannya beralih pada Nico dan Maya.

"Saya bukan pahlawan kesiangan, Pak, Bu. Bahkan jika tau yang sebenarnya, mungkin Bapak dan Ibu akan sangat kecewa pada saya." Zayn berbicara dengan nada rendah, matanya meredup, tubuhnya sedikit membungkuk. Dia sedang berusaha merendahkan diri dan mengambil hati. "Tapi, Aubree dengan baik hati mengizinkan saya menggantikan Theo di acara pernikahannya nanti ...."

Napas Aubree serasa berhenti sejenak demi mendengar bagaimana Zayn mulai menjelaskan maksud tujuan mereka.

"Kalau Bapak dan Ibu mengizinkan, saya bermaksud meminta izin untuk menikahi Aubree." Kali ini kepala Zayn benar-benar tertunduk dalam-dalam, seolah-olah sedang memohon. "Saya mohon maaf, dan meminta izin untuk boleh bertanggung jawab atas Aubree. Sebagai teman hidupnya, ayah dari anak-anaknya kelak. Kalau diizinkan ...." Tulus. Setulus-tulusnya yang paling tulus, Zayn benar-benar meminta dengan tulus.

Dada Aubree berdebar tidak keruan. Intinya sama, pernikahan. Tetapi ... tidak ada penjelasan mengenai apa yang terjadi sebenarnya. Apa Zayn sedang mencoba menutupi apa yang terjadi?

Aubree melihat bagaimana ibunya kembali berkaca-kaca. Tangan putih yang mulai berkeriput itu pun, bergerak meremas punggung telapak tangan pria yang telah menemani 29 tahun hidupnya.

Maya mendekatkan bibir ke telinga suaminya dan berbisik, "Aku suka dia, Pa. Sepertinya baik, dan bertanggung jawab ...."

"Yakin?" Nico juga berbisik, meski pandangannya tak lepas dari Zayn yang masih menundukkan kepala. Dia sedang menilai semuanya, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sebelum akhirnya, memberikan izin.

***

Sore itu setelah berbincang singkat tentang apa-apa yang harus dipersiapkan untuk pernikahan yang tinggal 2,5 bulan lagi, Aubree dan Zayn pun kembali ke Jakarta.

"Kamu nggak bilang apa-apa tentang yang terjadi di antara kita, Zayn ...." Aubree mengeluh.

"Aku udah minta izin buat nikahin kamu, minta maaf, dan bilang akan bertanggung jawab. Lengkap." Zayn menyahut tanpa melepas pandangan dari jalan di depannya. Hari sudah hampir gelap, harus lebih konsentrasi saat menyetir.

"Tapi, Zayn—" Aubree tidak terima.

"Untuk sekarang, ini yang terbaik. Kita persiapkan pernikahan sembari aku selesaikan proses perceraian. Kamu nggak boleh stress demi anak kita." Zayn memotong.

Aubree menghela napas, perempuan itu pasrah saja. Diusapnya perut yang masih terlihat rata. Yang penting, restu sudah didapat. Saatnya mereka mempersiapkan semuanya, mempertanggungjawabkan kesalahan yang sudah terlanjur.

***

Setelah mengantar Aubree kembali, Zayn naik ke unit apartemennya sendiri. Saat membuka pintu apartemennya, betapa terkejutnya dia melihat Kiran yang duduk di sofa. Calon mantan istrinya itu terlihat tersenyum ke arahnya dengan penuh arti.

"Ada apa ke sini?" Zayn bertanya, tanpa beranjak dari dekat pintu yang tertutup.

"Kamu nggak ganti kode kuncinya." Kiran semringah. "Masih tanggal pernikahan kita." Dikulumnya senyum.

Zayn menghela napas malas. "Belum sempat. Segera aku ganti."

Kiran bangkit, melangkah mendekati calon mantan suaminya. "Aku masih menawarkan diri untuk rujuk. Pengacaramu gigih sekali agar kita bercerai."

Zayn melihat bagaimana Kiran bergerak mendekat. "Itu mau kamu, dan aku yang memintanya untuk mempercepat segalanya."

Langkah Kiran terhenti, ditatapnya Zayn dengan lekat. "Kamu benar-benar ingin berpisah? Udah nggak cinta sama aku lagi?" Perempuan bergaun putih itu menyelidik.

"Ini bukan masalah cinta. Ada yang lebih penting dari itu saat ini." Zayn membalas tatapan Kiran dengan tegas, menegaskan kalau saat ini dirinya sedang serius.

"Lebih penting dari cinta? Dari aku?" Kiran merasakan pahit di ujung lidahnya.

"Ada tanggung jawab. Dan itu jauh lebih penting," sahut Zayn dengan yakin. "Jangan datang lagi ke sini, Kiran."

Debar di dada Kiran berdegup menahan emosi. Sudah kedua kalinya dia melemparkan diri pada Zayn demi rujuk, dan dua kali juga dirinya ditolak. Malu. Harga dirinya seakan terkoyak-koyak.

"Demi 3,5 tahun kita, Zayn ...," katanya gentar. "Rujuk?"

Zayn merasa kasihan, sungguh. Tetapi, harus bagaimana lagi? Dia menggeleng, menolak.

Perempuan itu membeku. Tubuhnya terasa kaku. Saat ponselnya berdering di meja depan sofa yang tadi didudukinya pun, kakinya enggan bergerak. Sampai dilihatnya Zayn berjalan melewatinya.

Kiran akhirnya mampu membalik tubuh, tepat saat Zayn menunduk meraih ponselnya seraya mengerutkan kening.

"Hans?" ucap Zayn, menyebut nama yang tertera pada layar.

Saat itulah kaki Kiran yang kaku mendadak sanggup digerakkan. Ada kepanikan, yang membuat langkah lebarnya menjadi semakin cepat. Apalagi, saat Zayn tiba-tiba melekatkan ponsel itu ke telinga ....


Silakan menerka-nerka, Gaes! 😁

Btw, komen kalian di part ini, mau aku jawabin di IG ah besok. Hihihi.

Follow IG aku, ya. Verlitaisme

Love,
Verlita

Continue Reading

You'll Also Like

67.5K 8K 35
[ Marriage Story 18+ ] Memiliki suami tampan, romantis, kaya raya adalah impian banyak orang. Gina memiliki itu semua. Tak lupa perempuan berusia 28...
555K 35.1K 33
Karena terlalu sering ditanyai tentang pasangan, Gauri nekat membuat keputusan gila, yaitu menyetujui tawaran dari istri sepupunya untuk melakukan ke...
84.1K 12.4K 40
Di usianya yang menginjak 28 tahun, Sofie dijodohkan oleh orang tuanya. Gadis itu tak percaya mengalami pemaksaan dalam keluarganya sendiri. Padahal...
97.8K 11K 38
everyone will find a home to stay. Querencia (n) : /kɛˈɹɛnsɪə/ The place where one's strength is drawn from; where one feels at home; the place where...