"Kamu seperti bab yang rusak dari cerita favoritku"
- Lanang Laraspanjang -
***
Hancur.
Ya, satu kata yang melekat dalam diri gue. Malam itu gue mengerti kalo dunia enggak sebaik yang gue pikir.
Manusia kadang berbuat baik untuk tujuan tertentu dan kadang mereka juga kadang berbuat buruk untuk alasan tertentu.
Gue terselamatkan oleh pelukan Mataram yang tanpa ada perjanjian sama sekali bisa ada di shelter di depan sekolah.
"Udah, gue ada disini Lanang," ucap perempuan tomboy yang selama ini sering meledek gue.
Gue nangis dalam dekapan Tararam.
"Lo kenapa? Apa yang salah Lanang?" Tararam mencoba mencari tau sumber masalah yang membuat gue kayak gini.
"G-gue di boongin Ram," ucap gue tak kuasa menjelaskan kesedihan gue pada Tararam.
"Diboongin siapa?" tanya Tararam mencoba mengulik kejadian yang masih hangat di ingatan gue.
"Aa---Aksara," ucap gue terbata-bata.
"Hah? Aksara?!" Tararam sedikit terkejut.
"Emangnya lo di apain sama Aksa?" Tararam melanjutkan pertanyaannya.
"Gue gak diapa-apain. Cuman gue diboongin sama dia. Dia tau gue suka sama dia, tapi dia cuman manfaatin dan nurutin omongan Dewa buat mau deket-deket sama gue. Dibilang, sebenernya dia jijik sampe mau muntah kalo deket gue--"
Gue sedih gak karuan di depan Tararam. Cengeng banget gue jadi cowok.
"Apa gue sejelek itu sampe orang pengen muntah kalo deket-deket gue Tararam?"
Gue memandangi kendaraan yang lalu lalang di malam hari.
"Ish keterlaluan banget Aksara. Gue ganyangka dia bisa sejahat itu---"
"Gue juga ganyangka dia bakal kayak gitu sama gue. Salah gue sih terlalu percaya sama orang jadi gue kena batunya," ucap gue.
Tararam melihat gue lalu tersenyum. "Yaudahlah ya, yang udah biarin udah. Lo harus bersyukur," ucap Tararam.
"Gue disakitin kok gue harus bersyukur?"
"Lo harus bersyukur karena Tuhan enggak ngebiarin lo di boongin lebih lama sama orang itu Lanang," ucap Tararam sembari tersenyum menenangkan.
Gue merasa sedikit terobati dengan ucapan dan tindakan Tararam. Emang, di balik galak dan suka marah-marahnya, Tararam adalah perempuan yang sangat peka terhadap sekitarnya.
"Mungkin elo harus gue pacarin kali."
Tararam mengucapkan kata-kata yang sama-sama gue pikirin pada saat itu.
Gue pacarin aja kali ya Tararam?
"Hah? Gimana?" gue sedikit terkejut sama ucapan Tararam yang blak-blakan.
"Iya, gue mesti macarin elu Lanang," ucap Tararam sambil melihat ke arah gue.
Pipi gue memerah.
"Lo beneran suka sama gue? Gue yang kaya gini adanya?" gue meragukan diri gue sendiri.
Tararam mengangguk.
"Kenapa elo suka sama gue?" tanya gue mencoba meyakinkan diri gue sendiri.
"Karena elo Lanang bukan orang lain," ucap Tararam yakin.
"Andai gue bisa seyakin itu buat suka sama elu."
Gue masih dilanda kalut dan kesedihan karena sikap Aksara yang diluar dugaan gue.
Gue terdiam beberapa saat tanpa pembicaraan dengan Tararam. Keheningan yang tercipta karena dua orang yang saling merasa.
"Gimana kalo kita pacaran aja?" tanya gue sama Tararam.
"Hm?---" Tararam bereaksi.
"Iya, gimana kalo kita pacaran aja? Gimana menurut lo?"
"Itu bagus. Gue sangat mau Lanang."
Senyum lebar terukir di wajah Tararam malam itu. Ia seolah berhasil mewujudkan salah satu mimpi dan perasaannya sama gue.
"Iyaudah kita pacaran ya?" gue menegaskan status kita malam itu.
"Iya sayang."
Tararam menggoda gue dengan ucapannya. Wajah kami sama-sama memerah dan tersipu.
"Sebagai penanda hari pertama jadian, gue pengen elu ikut gue dulu," ucap Tararam.
"Kemana?"
"Rahasia! Yu?"
Uluran tangan Tararam yang mengenakan sarung tangan pemberian gue menjur di hadapan gue.
"Sarung tangannya bagus," ucap gue tersenyum.
"Iya, pacar gue yang bikinin."
***
Gue dan Tararam berjalan di malam yang dingin dan cukup ramai ini.
Gue dengan orang yang menyayangi gue disamping gue. Tararam.
"Lanang, tau ga? Gue tuh belum pernah pacaran sebelumnya," ucap Tararam sembari berjalan malam.
"Gue juga sama. Belum pernah."
Mata kami saling bertatapan satu sama lain dan kembali merasakan getaran yang beda.
"Beda ya kalo udah pacaran. Gue geli-geli gimana gitu liat elu!"
Gue gak bisa nyembunyiin rasa geli dan gak nyangka gue bisa jadian sama Tararam.
"Gue cantik kan?" Tararam melayangkan pertanyaan yang random di setiap kesempatan ia berbicara sama gue.
"Sejujurnya, kalo elu lagi tidur elo emang cantik. Tapi kalo lagi kek gini kayak induk gorila!" Gue terkekeh-kekeh.
"Lu sering banget ngatain gue gorila-gorila kenapa siii?!!!" Tararam tampak gemes sama gue.
"Gorila kan kuat. Sama kayak elu," senyum gue meredakan amarah Tararam.
"Beneran?"
"Iya sayang--- ah geli gue!" Gue gabisa nahan rasa geli gue ketika bersikap seperti layaknya seorang pacar buat Tararam.
"Harus dibiasain. Kan sekarang elu pacar gue," Tararam tersenyum.
"Tapi gue mau minta satu hal," ucap gue.
"Apa?" Tararam penasaran.
"Jangan ada orang sekolah yang tau dulu, terutama Ngatno--"
"Kenapa?"
"Mau gimanapun juga Ngatno sahabat gue. Dia beneran suka sama elu, jadi kalo dia tau kita pacaran, gue takut gimana-gimana."
Tararam memegang tangan gue.
"Gue paham ko."
Dengan Tararam gue ngerasa segala hal bisa di lewatin dan di laluin. Gue ngerasain rasa sayang yang bener-bener tulus.
Enggak terasa gue udah sampe di tempat yang Tararam ingin datengin.
"Kita udah sampe Lanang."
Tararam membawa gue ke taman kota. Taman yang dipenuhi orang-orang walau udah malem.
"Kenapa ke taman?" tanya gue.
"Gue pengen duduk agak lama sama elu."
"Cuman duduk aja?"
"Terus lo mau ngapain lagi? Main saham?"
"Ya kagak lah! Ayo kalo gitu," ucap gue sambil menuntun Tararam ke salah satu kursi yang kosong.
Gue sama Tararam duduk di kursi itu dan saling terdiam.
"Terus sekarang apa yang mau elu lakuin soal Aksara?" Tararam menanyakan hal yang tadi mengganggu gue.
"Gaada. Gue udah gamau mikirin dia lagi," ucap gue ke arah Tararam.
"Sekarang elo punya gue. Inget kan?" Tararam mengusap-usap rambut gue.
Gue tersenyum.
"Iya gue pasti inget. Gue inget sekarang gue punya induk gorila samping gue hehe."
Tararam tampak senang dengan setiap ucapan yang gue utarakan.
"Lanang, elu itu langka."
Tararam yang masih mengusap-mengusap rambut gue berusaha membuat gue merasa bernilai.
"Maaf, gue baru ngeliat elo setelah gue disakitin Aksara," ucap gue merasa bersalah.
"Gue gapeduli Lanang. Gue tau elo juga butuh waktu buat mikirin ini. Kita jalanin aja pelan-pelan. Kalopun kita emang mesti sama-sama, enggak akan ada yang bisa rusak hubungan kita Lanang."
"Manis banget si induk gorila gue!"
Gue dan Tararam saling cubit pipi masing-masing.
"IH GEMES!"
***
GIMANA PENDAPAT KALIAN TENTANG PART INI?
APAKAH LANANG DAN TARARAM COCOK?
GIMANA LANJUTAN HUBUNGAN LANANG SAMA AKSARA?
BACA PART SELANJUTNYA YA!
I WOLF U ALL!:3