The Gray Love✔

By Pitaksara

227K 16.2K 204

Apa jadinya jika cowok dan cewek yang memiliki karakter dingin disatukan dalam ikatan pernikahan? Pernikahan... More

01. Kabar Mengejutkan
02. Tidak di Inginkan
03. Berusaha Ikhlas
04. Pertemuan Pertama Versi Remaja
05. Dia Orangnya?
06. Penasaran Berujung Perasaan
07. We Time
08. Cemburu?
09. Aneh dan Langkah
10. Lamaran
11. Lamaran (2)
12. Pria Misterius(?)
info!!!
13. Nyebelin
14. Fitting Baju
15. Sifat Tersembunyi
16. Wedding
17. Wedding (2)
18. Menolak untuk Baper
19. Persyaratan?
20. Ghibahin Aja Terus
21. Istri Durhaka?
22. Terlambat
23. Perlakuan Manis
24. Games Konyol
25. Mulai Mencintai?
26. Belajar Menerima
27. Sahabat Itu ...
28. Cemburu Versi Rifki
29. Manja
30. Bertukar Cerita With Kekasih Halal
31. Dia kembali?
32. Pria Brengsek
33. Mayat Hidup
34. Membaik
35. Holiday ke Puncak
36. Jarak VS Rindu
38. Kecelakaan
39. Amnesia(?)
40. Kehadiran Makhluk Kecil
[END]
TERIMAKASIH
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2
cerita baru
.

37. Rifki Kedua?

3.6K 278 1
By Pitaksara

Setelah acara mendengarkan nasihat Bundanya, kini Nisa sedang berada di dapur dan berkutat dengan perkakas dapur. Tentunya Bunda juga ada di sana, mereka berencana membuat brownis untuk cemilan menonton mereka nanti. Art Nisa sedang ke pasar hari ini, membeli beberapa bahan pokok yang sudah habis.

"Nis, Rifki pulang kapan?" tanya Bunda disela-sela mengadon bahan-bahan utama pembuatan kue.

"Enam hari lagi Bun," jawab Nisa yang sedang membuat toping untuk pelengkap kue mereka.

"Oh." Bunda mangut-mangut. "Kamu UN 2 hari lagi kan?"

"Iya," jawab Nisa.

"Ada rencana kuliah?" tanya Bunda.

Nisa mengidikan bahunya. "Belom tau sih Bun, Nisa juga binggung," jawab Nisa.

"Kok binggung? Oh iya, Rifki ngizinin ngak kamu kuliah?"

"Mas Rifki ngizinin kok Bun, katanya asal Nisa bisa atur waktu antara rumah tangga dan kuliah dia gak masalah kalo Nisa kuliah. Nisa juga kemarin lolos SNMPTN Bun, tapi gak Nisa ambil," cengir Nisa.

"Kenapa gak di ambil?" tanya Bunda.

"Gak sreg sama jurusannya Bun. Nisa kemarin binggung mau jurusan apa, ya udah asal pilih aja tuh, eh gak taunya lolos. Saat di cari-cari lagi ternyata gak sesuai dengan ahli Nisa deh kayaknya Bun," curhat Nisa.

"Itu mah kamunya aja yang memang pada dasarnya iseng-isengan," kekeh Bunda. "Terus sekarang?"

"Ihh Bunda kok banyak tanya sih, kepo ya," cengegesan Nisa.

"Dih, gak ya. Cuma penasaran aja," ucap Bunda sewot.

"Dih sewot, terus Bun kepo sama penasaran itu pada dasarnya sama aja. Sama-sama pengen tau," kekeh Nisa.

"Iya udah iya, semerdeka mu lah nak-nak," ucap Bunda. "saran Bunda, mending gak usah kuliah deh Nis. Kalo kamu mau lanjut study, ikut aja home school kalo gak tuh ikut kelas privat apa gitu biar kamu punya usaha nantinya. Bukan Bunda gak nyuruh kamu kuliah, tapi Bunda hanya gak mau lihat kamu kelelahan. Soalnya gak gampang ngurus rumah, tugas kuliah, dan juga nanti kalo kalian punya anak, pasti ada salah satu diantaranya yang terbengkalai," lanjut Bunda.

Nisa mendengarkan dengan cermat sambil menjalankan otaknya untuk berfikir. "Ngomongi soal anak Nih, kapan kamu mau kasih Bunda cucu?" tanya Bunda terkekeh.

Nisa tersadar dari lamunannya. "A-apaan sih Bun, gak usah ngomongi anak dulu deh." Salah tingkah Nisa memalingkan mukanya.

"Lho kenapa? Kamu kan sebentar lagi mau lulus. Gak masalah dong kalo kalian udah mempertimbangi buat cucu untuk Bunda." Bunda tau soal perjanjian Nisa dan Rifki, kalo mereka belum berencana memiliki anak sebelum Nisa lulus dari sekolahnya, ya siapa lagi yang cerita kalo bukan Nisa. Menurutnya tidak masalah, selagi Nisa dan Rifki menyepakati dan menyanggupi perjanjian yang mereka buat sendiri.

"Nanti Nisa bicarain sama Mas Rifki," ucap Nisa yang ntah benar-benar akan bicara sama Rifki atau hanya sebagai alasan untuk segera mengakhiri pembicaraan tentang ini.

Bunda menganggukan kepalanya. "Oke, disegerakan ya Nis. Gak baik ditunda-tunda terlalu lama, mumpung kami masih ada," kekeh Bunda.

"Iih... Bunda ngomong apa sih," kesal Nisa yang mendengar ucapan akhir Bundanya.

***

16:00//

"Kamu beneran gak mau ikut Bunda ke rumah, Nginep. Selama Rifki belum pulang gitu?" Ini sudah kedua kalinya Bunda bertanya memastikan.

"Gak deh Bun, kalo pulang jadi rindu sama bang Kelvin," jawab Nisa cemberut. Fyi, Kelvin melanjutkan study nya di Negeri Kincir Angin, Bagas di kota Metro, sedangkan Rifki? Ia tetap stay di Jakarta.

Bunda geleng-geleng kepala mendengar jawaban Nisa. "Kalian ini ya, kalo deket berantem. Nah ini lagi jauh aja, saling rindu," ucap Bunda lembut.

"Ya udah Bunda pulang dulu ya, kamu baik-baik di rumah, selagi gak ada Rifki jangan macem-mecem," ujar Bunda lembut mengelus kepala Nisa. Nisa memeluk Bundanya sebentar, setelahnya dia mencium tangan Bundanya.

"Assalamualaikum," salam Bunda.

"Waalaikumussalam, dah Bunda." Nisa melambaikan tangannya, mobil Bunda pun melaju meninggalkan perkarangan rumah Nisa.

Nisa menutup pintu utama, lalu mengayunkan kakinya menuju kamar untuk mandi. Baru sampai anak tangga ke lima, ponsel di dalam saku celana Nisa bergetar. Ia merogoh kantong celananya, lalu terpampanglah wajah ia dan Rifki disana sebagai foto profil Rifki. Tak menunggu waktu lama, Nisa menggeser tombol hijau lalu menempelkan ponselnya ke daun telinga.

"Assalamualaikum sayang,"

"Waalaikumussalam, maaf dengan siapa ya?" canda Nisa.

"Oh iya, apa bener ini dengan Ibu Nisa?" canda Rifki balik.

"Iya, benar. Ada apa ya? Ada yang bisa saya bantu?" kekeh Nisa.

"Gini bu, saya hanya ingin menyampaikan salam rindu dari pak Rifki. Katanya tolong bantu dia bagaimana cara menghilangkan rasa rindunya itu yang teramat besar kepada istri tercinta," goda Rifki.

Blush

Nisa dibuat salah tingkah sendiri. "Iih... apaan sih kamu Mas. Gombal!" kekeh Nisa dengan pipi yang merona.

"Hahaha... salah siapa yang ngajak becanda duluan," goda Rifki.

"Ya gak gitu juga ah," kesal Nisa. Ia membuka pintu kamarnya dan tak lupa menutupnya, lalu berjalan menuju ranjang tidur untuk merebahkan sebentar tubuhnya.

"Iyaiya sayangku. Oh iya kamu lagi apa sayang?"

"Lagi rebahan, tadi itu mau mandi. Tapi kamu telpon, ya udah nanti aja mandinya. Suamiku prioritasku." Nisa geli sendiri mengucap diakhir kalimatnya.

"Uhh baper, tanggung jawab kamu karena buat aku baper."

"Dih, gak mau," kekeh Nisa.

"Pokoknya aku pulang nanti, kamu harus tanggung jawab," kekeh Rifki.

"Iya deh iya," finish Nisa. "oh iya, Bunda tadi main ke sini. Kami buat kue bareng, belum lama Bunda pulang kamu telpon," curhat Nisa.

"Oh iya, gakpapa. Biar kamu ada temennya di rumah," respon Rifki. "Ngomongi apa aja sama Bunda?"

"Banyak," Nisa mendadak teringat dengan satu hal. "Salah satunya, heum... anu," gugup Nisa.

"Anu?"

"Soal a-anak." Nisa langsung menenggelamkan kepalanya di bawah bantal.

"Kenapa soal anak? Bunda mau cucu ya?"

Tak mendapat respon. "Halo sayang, kamu masih hidup kan."

Mendengar itu, Nisa menyembulkan kepalanya di bantal. "Ihh apaan sih kamu, do'ain aku mati ya!" kesal Nisa.

"Haha, gak sayang. Aku belum mau jadi duda muda. Oh iya, Bunda mau cucu ya?"

Nisa menggigit bibir bawahnya. "I-iya, iya gitu deh," ucap Nisa acuh tak acuh.

"Emang kamu siap? Aku gak maksa kok, kalo kamu memang belum siap. Nanti aja gakpapa."

Terdengar helaan nafas berat di sana, Nisa menggigit jari-jarinya. "Mas mau cepet punya anak ya?" tanya Nisa hati-hati.

"Jujur sih iya sayang, setelah menikah, pasangan mana sih yang gak mau punya anak. Pastinya Mas mau, tapi Mas gak bisa memaksa kalo kamu belum siap." ucap Rifki lembut.

"Hmmm, maaf ya Mas." Nisa merasa bersalah.

"Hahaha... Kenapa minta maaf, orang kamu gak salah. Udah deh gak usah dipikirin, nanti aja ya ngomongi itu."

"Iya Mas, oh iya Mas lagi apa?" tanya Nisa.

"Lagi istirahat bentar sambil telponan sama kamu, abis magrib nanti Mas mau meeting lagi sama klien."

"Oh ya udah, Mas istirahat dulu aja ya. Aku mau mandi, gerah banget Mas," ujar Nisa.

"Gak usah mandi aja, mumbazir air," canda Rifki terkekeh.

"Ihh... gak mau. Lengket tauk," ucap Nisa mengerucutkan mulutnya.

"Hahaha... Iyaiya, ya udah mandi gih sana sayang. Miss you."

"Miss you too my husband, semangat ya kerjanya. Dah assalamualaikum."

"Iya sayang, dah waalaikumussalam."

Tut

Nisa menghela nafas berat, memikirkan ucapan Bunda dan juga suaminya. Apakah setelah Rifki pulang nanti, ia akan siap menjadi istri sepenuhnya? Nisa tau dari ucapan Rifki, suaminya itu sangat menginginkan hadirnya seoarang Rifki junior di dalam keluarganya walaupun tadi terdengar kata tidak masalah, tapi Nisa yang dapat merasakan ada nada berat dalam ucapan itu.

Tidak mau pusing, Nisa langsung beranjak dari kasur dan bergegas mandi. Soal itu, nanti akan ia pikirkan lagi. Sekarang ia harus fokus UN dulu, agar ia mendapat nilai yang memuaskan.

***

TBC!!!

Kalo ada typo, tandai yah :)

Continue Reading

You'll Also Like

274K 9.7K 52
Ini hanya kisah seorang anak perempuan yang dijodohkan oleh kedua orang tua nya dengan dosen nya. Tidak terlalu banyak menceritakan di kampus, tapi l...
425K 15.6K 49
BELUM REVISI. TULISAN MASIH BELUM RAPI DAN TIDAK LENGKAP Rank 2 #anakkuliah 22/11/2020 Rank 1 #icha 05/09/2020 Rank 1 #dosen 02/09/2020 Rank 3 #bo...
211K 15.2K 46
Lintang, sikapnya yang dingin dan cuek dikenal dengan julukan 'Si beruang kutub'. Meskipun begitu eksistensinya sebagai pria idaman tidak melunturka...
54.3K 1.1K 14
[Reading List Spotlight Romance of November 2023 WattpadRomanceID] - Seorang gadis yang baru saja berhijrah harus menghadapi sedikit ujian kehidupan...