BAB LIX: Werewolf 2

3.2K 341 19
                                    


Werewolf


Erza bangun dari tidurnya, dan gadis itu langsung memagang kepalanya yang terasa sakit setiap pagi hari. Wajahnya terlihat lesu beberapa hari ini karena merasakan sakit kepalanya yang tidak kunjung sembuh, padahal gadis itu sudah meminum obatnya secara rutin.

Gadis itu bahkan hanya bisa mendongak lalu mengangguk kecil setelah mendapat sapaan dari beberapa omega yang membawakannya makanan. Mengerutkan dahinya sambil memejamkan mata, Erza merasakan kepalanya yang teramat sakit.

Apa mungkin itu efek dari rasa terkejutnya, dia memang sering berpikir akhir akhir ini. Memikirkan jika semua orang disini bukanlah manusia, melainkan makhluk mistis bernama werewolf. Sejujurnya Erza masih tidak bisa mencerna, bagaimana bisa mereka bisa menjadi binatang dan berubah kembali kewujud manusia.

Namun keraguannya itu terjawab secara cepat oleh kehadiran Reon, Reon menjelaskan dengan sangat rinci bagaimana mereka bisa melakukan itu semua. Bahkan memberinya contoh secara langsung, tepat didepannya Reon berubah menjadi seekor serigala besar dan sering dipanggilnya Flufy.

Walaupun Reon menjelaskan itu semua setelah pertemuan mereka yang ke 6. Itu semua juga karena dirinya, entah bagaimana Erza lupa dengan semua hal secara tiba tiba. Ia pernah tidak mengenali Flufy yang mendatanginya pertama kali dan itu semua terlihat aneh.

Ditambah satu hal lagi yang membuat kepalanya semakin sakit, Amon menghilang. Sudah beberapa minggu pria itu tidak kembali kerumah, Erza pun juga merasa khawatir. Bagaimana bisa pria itu tidak pulang kerumah, dimana Amon berada sekarang juga tidaklah jelas.

Terlalu banyak kenyataan yang harus Erza terima akhir akhir ini, dan gadis itu tidak bisa memikirkannya secara bersamaan. Membaca sekian banyak tumpukan buku diperpustakaan milik Alex, dia pikir Alex sangat terobsesi dengan sesuatu berbau werewolf seperti dibuku.

Hingga semuanya dia beri nama sesuai yang ada dibuku. Mulai dari nama rumah, panggilannya, pelayan, penjaga, juga yang lainnya. Erza tidak pernah berpikir jika Alex tidak berbohong dengan semua ini.

"Hhhsss" desis Erza saat merasakan kepalanya semakin sakit. Gadis itu kembali meremat kepalanya pelan, berharap akan sedikit mereda jika dia melakukan hal itu.

Disudut sana, Celin dan Celina terdiam menatapi Erza yang sedang mendesis kesakitan, wajah mereka terlihat cemas dan merasa bersalah secara bersamaan. Seolah mereka tau penyebab sakit kepala yang Erza derita saat ini.

'Nona terlihat semakin kesakitan setiap hari, bisakah kita jujur' mindlink Celina melirik kearah Celin dengan wajah ragu juga cemas.

'Kita lagi lagi membohongi nona' celetuk Celin dengan wajah bersalah.

'Aku takut nona membenci kita' ucap Celina melanjutkan ucapannya.

Celin menggangkat kepalanya, tidak menjawab mindlink dari adiknya itu. Dia berjalan meninggalkan Celina tetap ditempatnya, menghampiri Erza lalu menarik dress nonanya pelan.

"Nona" panggil Celin mendongakkan wajahnya.

Erza menurunkan tangannya dari kepala dan menoleh kearah Celin yang menatapnya cemas, gadis itu tersenyum lalu menjawab panggilan Celin. "Aku baik baik saja" ucap Erza lembut, seolah tau apa yang akan gadis kecil itu katakan.

Tapi anak itu tiba tiba menangis, Celin menangis setelah mendengar suara Erza yang tetap lembut kepada mereka. "Maafkan kami nona" ucapnya sambil terisak.

"Eh, kenapa kalian menangis?" tanya Erza kebingungan melihat Celin menangis dan Celina ikut menyusul disana.

"Nona boleh menghukum kami, kami sudah berbohong kepada nona" jawab Celin tetap menangis sambil meremat remat dressnya. Gadis itu menunduk ketakutan, tidak berani menatap wajah nonanya sedikitpun.

Menaikkan sebelah alisnya, Erza mencerna sedikit perkataan Celin barusan. "Tidak apa apa, aku tau kalian bukan manusia. Aku akan tetap menyayangi kalian" ucap Erza mencoba untuk memeluk Celin, namun anak itu mundur dan menggeleng.

Terlihat Celin mengusap kasar air matanya. "Bukan hanya itu nona, tapi kami juga berbohong tentang makanan ini" ucapnya menunjuk semua hidangan menggiurkan diatas meja itu.

"Kami tidak bisa melihat anda kesakitan lagi nona" celetuk Celina setelah diam sedari tadi.

Erza menatap mereka tidak mengerti. "Apa maksudnya?" tanyanya, tentu dia tidak mengetahui apapun tentang makanan itu. Erza hanya memakannya saja karena perutnya terasa sangat kelaparan.

"Kami, juga omega lain sudah memasukkan obat kedalam makanan juga minuman anda. Nona" jujur si kembar mengucapkannya bersamaan.

"Obat apa?" tanya Erza lagi.

Mereka berdua terlihat kembali menunduk saat mendengar Erza menanyakan obat itu, namun mulut mereka tetap bergerak menjawabnya. "kami tidak tau, yang pasti obat itu jika dikonsumsi terus menerus akan menyebabkan hilang ingatan"

Erza terdiam, terjawab sudah mengapa dia tidak mengingat apapun. Tidak ada yang perlu ditanyakan lagi tentang siapa yang memberikan obat itu kepada mereka, pastinya itu adalah permintaan Alex. Sedari awal hanya pria itu yang bersih keras membawanya kemari dan membuatnya menetap disini dengan atau tanpa paksaan.

Bahkan tidak segan melakukan segala cara untuk mendapatkannya, Erza kembali tertelan oleh rasa muaknya. Kalau saja dirinya memiliki cukup energi untuk memukul wajah menyebalkan pria itu, tapi tidak bisa karena tubuhnya terasa sangat lemas.

"Terima kasih atas kejujuran kalian" ucap Erza tersenyum kepada mereka. Meskipun Celin juga Celina terhitung masih kecil untuk menjadi pelayan, tapi kesetiaan mereka tidak dapat diragukan.

Ia pikir, dirinya harus meminta suatu saran kepada Reon sore hari nanti. Karena tepat hari ini, Reon akan menemuinya dihutan. Meskipun hanya 10 menit.

.

.

.

Hari ini terasa benat benar berbeda dengan yang sebelumnya, Erza yang biasanya berjalan sendirian kekota untuk menikmati sarapannya sekarang membawa si kembar. Tapi gadis itu tidak membawa makanan seperti biasanya, Erza hanya membawa uang yang selalu Alex berikan dengan paksa kepadanya.

Karena seperti kata Celin juga Celina, manakan dan minuman yang disuguhkan kepadanya mengandung obat. Maka tidak mungkin Erza dengan bodoh masih memakannya, walaupun tampilan manakan itu sangat menggoda bagi Erza.

"Kalian sudah sarapan?" tanya Erza dan si kembar menggeleng pelan. Apalagi mata mereka terlihat sembap setelah menangis.

"Baiklah, kita beli daging saja" putus Erza setelah memperhatikan Celin juga Celina yang pastinya akan berbagi manakan lagi. Jikalau dirinya hanya membelikan kue, itu hanya akan terasa terbang diperut.

Erza dengan semangat mengangkat Celin juga Celina, membawanya menuju kesebuah restorant yang kelihatannya menjual beef steak. Tanpa pikir panjang gadis itu masuk kedalam, mengalihkan atensi seisi tempat itu kepadanya.

Dan Erza hanya berjalan lurus menuju tempat memesan tanpa memperhatikan sekitar. Dia melihat menu juga harga daging daging itu, tanpa berpikir dua kali juga Erza menyebutkan pesanannya yang begitu banyak lalu menurunkan si kembar disebuah kursi kosong. 

.

.

.

Tbc 

Memang apalah, laptopku sudah tua. Sering error T-T maunya update tapi laptop gk mau. Susah memang. 

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now