Keciduk

1.5K 101 0
                                    

"Buka mulut kamu!"

"Aku gak mau!"

"Buka!"

"Gak!" Bulan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dirga menghela napas kasar.

"Kamu harus makan, BULAN!" seru Dirga sambil menekan nama Bulan.

"Gak mau! Pahit ...," lirihnya.

"Makan atau saya cium?" Bulan kicep, ia membuka mulutnya, dengan cepat Dirga memasukkan bubur ke mulut Bulan. Dalam hati Dirga mengutuk Bulan, kenapa  gadis ini menerima suapannya. Padahal Dirga sudah mengharapkan jika ia mencium Bulan.  Astaga ... Dirga!

"Udah!" Gadis itu menyingkirkan tangan Dirga dari hadapannya.

"Mau minum, Pak," pinta Bulan manja. Dirga menatap datar ke arah Bulan, tetapi tetap menuruti permintaannya.

Dirga mengambil minum yang letaknya lumayan jauh dari tempat duduknya. Bulan yang berada di tengah-tengah membuat Dirga kesusahan mengambil minum. Setelah berhasil menggapai airnya, Dirga kembali duduk di samping Bulan. Akan, tetapi sialnya kancing kemejanya nyangkut di baju Bulan. Bahkan bibirnya menyentuh kening Bulan.

Bulan menelan ludahnya gugup. Bibir Dirga yang masih menyentuh keningnya membuat Bulan mati rasa. Jarak mereka cukup dekat, bahkan keduanya bisa mendengar deru napas masing-masing.  Dirga masih enggan melepaskan ciumannya, ia merasa nyaman berada di posisi seperti ini. 

'Kenapa saya jadi nyaman gini di dekat kamu?'

'Ya ampun, Pak Dirga! Tolong jauhin wajah Bapak ... jantung gue mau meledak!'

Ceklek!

Rafa dan Samuel saling pandang heran saat melihat Bulan dan Dirga dengan wajah yang cukup dekat. Otak Muel yang kotor terus berfikiran negative, sedangkan Rafa yang polos bertanya-tanya dalam hati. Dirga dan Bulan belum menyadari kedatangan Rafa dan Samuel.

"Ekhemmm!" Suara deheman Samuel membuat keduanya kikuk. Bulan melepaskan kancing Dirga yang menyangkut di bajunya dengan cepat.

Dirga  membenarkan letak jasnya santai, seperti tidak terjadi apa-apa. Bulan? Gadis itu hanya cengengesan tak jelas.

"Kalian berdua abis ngapaiin?" tanya Rafa menatap polos Dirga dan Bulan.

Muel memeluk kepala Rafa pelan. Walaupun pelan, tapi itu lumayan sakit untuk seorang Rafael Pradipta yang polos dan baik hati. Tidak seperti Muel yang kejam dan bobrok. "Polos Lo kelewatan!"

"Ngapaiin lo?" tanya Muel menatap tajam mereka.

"Gak ngapa-ngapaiin!" seru Bulan mengelak dengan wajah tegang. Padahal tadi Dirga sempat menciumnya walaupun tidak sengaja.

Muel menatap curiga kepada Bulan.

"Saya permisi!" seru Dirga sambil mengambil kunci mobil yang berada di atas nakas. Pergi lebih baik, dari pada ia harus berkata jujur kepada Samuel bahwa ia Baru saja mencium adiknya.

Bersambung

Aku post 3 kali karna aku bakal jarang on di wp, paket aku abis hhhe

Bos Galak (ON GOING) Where stories live. Discover now