"Thanks, Ma. Shasha mandi dulu." Shasha meneguk semua sisa smoothies nya kemudian meletakkan gelas ke mesin pencuci piring otomatis miliknya.

Sebelum Shasha meninggalkan dapur, Soojin memanggil Shasha sekali lagi dengan nada suara rendah.

"Sha,"

"Um?"

"Makasih ya udah biarin Mama memgambil jalan ini."

Shasha cemberut. Berjalan ke arah Ibunya dengan langkah kecil tapi sedikkt tergesa-gesa untuk memeluknya. "Mamaaaa, as long as you happy I'm okay with that. With every choice you've made. ILY Mom. Shasha setuju banget kok sama pernikahan kalian."

Yang bener, Sha?




💎







Captain G!

Sayaaang
Ntar kayanya aku gabisa deh
Mama mendadak bilang kalo ada acara penting



Shasha udah kirim chat ke Gafian dari siang. Tapi kayaknya Gafian sibuk hari ini. Dari last seen-nya, kelihatan kalo cowok itu sama sekali nggak ngecek HP dari semalem. Terus pas udah mendekati jam setengah lima sore, baru Gafian bales chat Shasha.



Iya sayang.
Aku juga barusan bgt diajak Papa
Pergi. Beli hadiah gt buat seseorang.
Besok lusa aja ya sayang kita nonton.

Oke syg.
Hati-hati!
Chat kalo udah pulang

Yesss queen!






"Udah siap, Sha?"

Shasha langsung memasukkan HPnya ke dalam tas selempang dari Fendi berwarna beige and pink yang memberi kesan manis untuk perempuan berkulit putih cerah tersebut. "Udah Maaa!" Sahutnya.

Shasha keluar dari kamar pakai high heels warna silver dengan glitter sebagai pemanis. Penampilan Shasha malam ini lebih cantik dari Princess manapun. Belom lagi wajah dan perawakan cewek itu yang udah berkelas dari sananya.

"Cantiknya... yaudah ayo."




Mobil lamborghini warna kuning milik Shasha hadiah ulang tahun ke 16 tahunnya melesat. Mengantarkan Shuhua dan Mamamya ke sebuah Rumah Makan bintang lima.

Sesampainya disana, langsung aja mereka menuju ke private room yang udah di booking buat pertemuan khusus ini.

Senyum Shasha gak kunjung luntur menghiasi wajah cantiknya malam ini. Semua yang papasan sama Shasha pasti nggak bisa mengalihkan pandangannya dari cewek itu karena emang Shasha cantik banget.

"Ayo sayang, masuk sini." Mama Shasha buka pintu dan masuk duluan. Tapi nggak langsung menuju ke tempat duduk karena beliau mau gandeng tangan Shasha buat masuk ruangan itu barengan. Shasha nervous soalnya.

"Hi, dear." Sapa Mama shasha ke seluruh orang yang ada di dalam sana.

Shasha terus tersenyum sampai gadis itu sepenuhnya sudah memasuki ruangan VIP tersebut.

"Good Nigㅡ Gafian?"

"Shasha? Pi, Maksudnya apa?!" Gafian berdiri dan natap Papanya penuh tanda tanya. Mereka ada di meja makan panjang ala bangsawan yang kalau makan kaya orang musuhan alias jaraknya jauh-jauhan.

Wooseok berdiri. Melangkah menuju wanita di sebelah Shasha untuk ditarik kedalam dekapannya dengan penuh kasih sayang. "Ini calon Mama kamu, Gafian."

Seperti di setiap dongeng princess Disney maupun kisah tuan putri di cerita Barbie, Pemeran utama pasti mempunyai kutukan. Dan ini adalah kutukan bagi Shasha.

"Honey have you been waiting so long?" Soojin cium pipi Wooseok sekilas. Gafian mau ngacak-ngacak seluruh hidangan yang ada di meja rasanya.

"No, no Baby. Ayo sini duduk. Shasha, kamu duduk di dekat Gafian ya. My gosh, your little princess is the the prettiest girl i ever know!"

"Yes. Absolutely she is."

"PI," Gafian frustasi. Cowok itu melonggarkan dasinya dan melipat lengan kemejanya sampai siku dengan tidak rapi.

Shasha duduk di sebelah Gafian. Gafian natap cewek itu dalam-dalam namun Shasha nggak bereaksi apapun. Gafian mencoba menenangkan gadisnya dengan cara menggenggam erat tangan shasha. Tapi Shasha malah mau nangis rasanya. Gafian gak bisa apa-apa selain ngelus punggung tangan ceweknya yang sebentar lagi bakalan jadi saudaranya.

Gafian juga sama frustasinya kayak Shasha. Tapi mereka bisa apa?

"Gafian sama tingginya kayak kamu, ya." Soojin senyum. Gagian muak banget beneran. Dia berdecak tepat setelah Soojin memujinya dan itu bikin Soojin ngerasa sedih.

"Gafian, jaga sikap yang baik!" Wooseok seumur hidup nggak pernah marah sama Gafian, tapi kali ini dia ngebentak Gafian.

"Pi, aku nggak bisa kasih restu!" Gafian natap Papinya tepat di mata. Tatapannya seolah nantang. Padahal enggak begitu, ada sesuatu yang bikin hatinya sesak. Tapi Gafian susah banget buat ngucapin semuanya di situasi ini.

"Gafian stop. Undangan udah disebar. Kita yang harus udahan." Shasha melepas tangan Gaian. Baik Papi Gafian maupun Mamanya Shasha sama sama kaget dan nggak ngerti dengan kondisi ini. Tapi nggak sampai satu menit, Wooseok mulai peka.

"Nggak mungkin kan kalau Shasha ini Caca yang selalu kamu ceritain ke Papi sambil senyum lebar?"

"IYA. CACA ITU ADALAH SHASHA. PACARKU, AKU SAYANG SAMA DIA. NGGAK MUNGKIN KITA JADI SAUDARA SETELAH SEMUA INI."

"Gafian, udah! Lo egois banget sih, lo mau salahin siapa sekarang?" Jujur Shasha sakit hati. Tapi dia lebih mikirin perasaan Mamanya. Menyiapkan pernikahan bukan hal sepele. Apalagi undangannya udah di sebar. Bohong banget kalau Shasha rela putus sama Gafian. Shasha sayang banget sama Gafian, kalau ada jalan lain juga dia mau memperjuangkan hubungannya. Tapi gimana?

"Terus? Kamu pikir gimana? Sekarang kita pacaran terus beberapa hati kedepan kita serumah bahkan se kartu keuarga dengan status saudara. Kamu pikir itu nggak gila?"

"Terus? Solusi kamu apa? Kamu mau putusin hubungan ayah dan anak buat CEWEK YANG BELOM TENTU JODOH KAMU JUGA?"

"Sha,"

"Gaff...."

Gafian mengacak rambutnya sebal. Cowok itu mengambil kunci mobil yang tergeletak di meja dan meraih tangan Shasha untuk diajak keluar dari ruangan menyedihkan ini.

Pas melewati Papinya, Gafian bergumam. "Setidaknya kita bisa kawin lari. Tabunganku cukup buat nyewa hotel seumur hidup dan beli makanan. Kalau mau beli barang mewah, aku bisa mulai bisnis sendiri."

"SHASHA," Soojin mau ikut ngejar Shasha yang ditarik keluar sama Gafian. Tapi Wooseok menahan.

"Dia cuman emosi. Gafian nggak akan benar-benar melakukan itu."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Royaltionship [✓]Where stories live. Discover now