Royaltionship [✓]

45. Royal-Relationship, Royaltionship.

Keesokan harinya warga di desa Eric heboh keluar rumah karena ada dua mobil mewah yang masuk kampungnya. Jarang-jarang soalnya ada mobil sebagus ini masuk jalanan kecil yang bahkan belum di aspal seperti ini.

Shasha sudah menunggu di ruang tamu bersama Eric dan keluarganya dari pagi sampai akhirnya mobil yang menjemput Shasha datang.

Yang pertama kali keluar mobil ada Chenle. Mobil lain di belakang mobil Chenle juga membuka pintu jok pengemudi hingga keluar satu laki-laki lain berbadan tegap dan sangat tinggi, Gafian. Nggak lama lagi terbuka pintu samping kiri, Shasha tau itu Celine.

Shasha langsung berdiri dan menghampiri Chenle.

"You okay?" Chenle memandangi Shasha dari atas sampai bawah. Dia agak kaget soalnya Shasha berpakaian sangat tertutup seperti ini. (Hari ini Shasha nggak pakai hijab, dia cuman pasang hijab di kepala tanpa di kancingkan bagian lehernya. Dia pakai hijab kayak paka scraft seperti pas dia main ke Dubai beberapa tahun lalu.)

Shasha ngangguk. Dia kemudian peluk Chenle. Seluruh tetangga kaget melihat pemandangan itu. Mereka nggak terbiasa melihat anak-anak muda berpelukan seperti itu. Pertama, bukan mukhrim. Kedua, hal itu dianggap melecehkan perempuan bagi warga desa sana.

Tapi untuk sesaat Shasha nggak mau memedulikan apa kata orang. Dia selama ini kesusahan, ketakutan dan jatuh terpuruk. Tapi laki-laki sehebat Chenle bahkan nggak meninggalkannya dan tetap mencarinya. Bahkan dia mengendarai mobilnya sendiri tanpa supir. Shasha bisa banget merasakan sebesar apa perasaan Chenle ke dia dan detik itu juga udah nggak ada lagi perasaan lain untuk Gafian. Sedikit sedih pun nggak ada. Yang ada di dalam hatinya cuman kata-kata syukur untuk Tuhan-nya karena udah menciptakan dan mempertemukan Shasha dengan laki-laki sebaik Chenle.

Gafian memgucapkan terimakasih sebesar-besarnya untuk keluarga Eric. Gafian kenal Eric dengan baik setelah Eric kerja di perusahaan Shasha. Gafian sebelumnya udah nebak kalau Shasha pasti lari ke Eric. Dia pun udah mencari dimana tempat tinggal Eric di Jakarta. Tapi nihil, Gafian nggak nemuin apa-apa kecuali kostannya yang terlihat kosong.

Gafian udah nyari data diri Eric di dokumen perusahaan. Disana cuman tertulis kalau domisili KTP Eric dari Semarang. Cuman Gafian abu-abu banget Semarangnya sebelah mana.

Sampai akhirnya telepon Chenle tersambung, Chenle langsung menghubungi rekan kerjanya yang bisa melacak keberadaan seseorang pakai nomor HP. Cara itu berhasil. Chenle langsung ngabarin keluarga Shasha kalau dia udah nemuin dimana Shasha.

Awalnya Chenle nggak mau lancang nyamperin kalau Shasha nggak balas chatnya. Dia tau masalah ini berat untuk diterima Shasha, makanya dia mau kasih waktu. Tapi ternyata Shasha membalas pesan Chenle. Dia bilang dia mau kembali. Gass, langsung malam itu juga Gafian dan Chenle pergi. Pacar Gafian ikut soalnya mereka udah tinggal bersama. Dia nggak mau khawatir sendirian tanpa tau apa-apa. Makanya dia pengen ikut Gafian.

Ibunya Eric menjelaskan ke para tetangga dan kyai pemilik pesantren tentang kejadian sebenarnya tanpa menjelaskan apa masalah yang dialami Shasha karena beliau tau itu privacy Shasha. Warga desa ternyata nggak marah, mereka mencoba mengerti. Cuman mereka agak kasihan karena Shasha harus menggunakan jilbab yang pasti kurang nyaman untuk Shasha. Harusnya terus terang aja dari awal.

Shasha yang mendengar itu semua merasa terharu. Orang-orang disini semuanya baik. Orang muslim disini baik banget dan tau banget gimana menghargai seseorang. Sifatnya sangat terpuji, rendah hati dan nggak suka menghakimi orang lain. Ajaran agama itu benar-benar luar biasa.

Shasha jalan sedikit ke arah Gafian, "Udah bawa pesenan gua, kan?"

Gafian ngangguk. "Gua ambil dulu."

Gafian lari kecil menuju ke bagasi mobil, dia membuka dan mengeluarkan dua koper dari sana.

Koper itu diserahkan ke Shasha.