Kamar Kebutuhan

762 167 27
                                    

Tanganku gatel pengen update, dan jadilah triple update:')

•••••

Suara gemuruh membahana melanda kaki tangga, Harry terpepet ke dinding saat mereka berlari melewatinya, campuran anggota Orde Phoenix, Laskar Dumbledore, tim Quidditch lamaku, semua dengan tongkat teracung siaga, menuju ke bagian utama kastil.

"Ayo, Luna!" Dean memanggil saat ia melewatiku, mengulurkan tangannya yang kosong, Luna menyambutnya dan berdua berpegang tangan menaiki tangga.

Kerumunan itu menyusut, tinggal sedikit sisanya di Kamar Kebutuhan, dan aku bergabung. Mrs. Weasley sedang beradu pendapat dengan Ginny dikelilingi Remus, Fred, George, Bill dan Fleur.

"Kau masih di bawah umur!" Mrs. Weasley berseru pada anak perempuannya saat Harry mendekati kami. "Aku tidak akan mengijinkanmu. Anak laki-laki boleh, tapi kau harus pulang!"

"Aku tidak mau!" Rambut Ginny bertemperasan saat ia menarik lengannya dari cengkeraman ibunya. "Aku anggota LD--"

"--kelompok anak belasan tahun--"

"Kelompok anak belasan tahun yang akan menghadapi dia, di mana tak ada orang lain yang berani!" Sahut Fred.

"Dia baru enam belas tahun," Jerit Mrs. Weasley, "Dia belum cukup umur! Apa yang kalian berdua pikirkan, membawanya dengan kalian--" Fred dan George nampak agak malu dengan diri mereka sendiri.

"Mum benar, Ginny," Sahut Bill lembut, "Kau belum boleh. Setiap yang belum cukup umur harus pergi, itu baru benar."

"Aku tak bisa pulang!" Ginny berseru, air mata kemarahan berkilat di matanya, "Seluruh keluargaku di sini, aku tak bisa menunggu sendiri, dan tak tahu apa-apa, dan--" Ginny menatap mata Harry untuk memohon, tapi Harry menggelengkan kepalanya, dan Ginny memalingkan wajahnya.

"Baiklah," Sahutnya, menatap jalan ke terowongan kembali ke Hog's Head. "Selamat tinggal kalau begitu, dan--"

Ada suara keributan, lalu suara gedebuk keras, seseorang merangkak keluar dari terowongan, kehilangan keseimbangan sedikit dan terjatuh. Ia berpegangan di kursi terdekat lalu berdiri, melihat sekeliling lewat kacamata bingkai tanduk yang miring dan berkata, "Apa aku terlambat? Sudah mulai? Aku baru tahu, jadi aku--aku--"

Percy merepet lalu berhenti. Jelas-jelas dia tak berharap akan bertemu dengan keluarganya sebanyak ini. Kami terdiam heran untuk waktu yang lama, aku mengerjap, menoleh pada Remus, bertanya untuk mencairkan suasana, "R-remus! Bagaimana si kecil Teddy?"

Remus mengejapkan mata padaku, bingung. Keheningan di antara Weasley nampaknya membeku seperti es. "Aku--oh ya--dia baik!" Remus berkata keras-keras, "Ya, Tonks bersamanya--di rumah ibunya, ada Irabella juga."

Percy dan Weasley lainnya masih saling pandang, membeku. "Ini, aku punya potretnya!" Remus berseru, mengeluarkan selembar foto dari balik jaketnya dan memperlihatkannya padaku dan Harry, aku melihat seorang bayi kecil dengan seberkas rambut tosca terang melambaikan tinjunya yang gemuk pada kamera.

"Aku bodoh!" Percy meraung, begitu kerasnya hingga Remus nyaris menjatuhkan fotonya. "Aku tolol, aku brengsek sombong, aku--aku--"

"Pecinta-Kementrian, penolak-keluarga, pandir haus-kekuasaan." Sahut Fred.

Percy menelan ludah. "Ya, memang!"

"Kau takkan bisa ngomong lebih baik lagi dari itu," Ujar Fred lagi, mengulurkan tangan pada Percy.

Mrs. Weasley bercucuran air mata. Ia berlari mendekat, mendorong Fred ke sisi dan menarik Percy ke dalam pelukan yang mencekik, sementara Percy menepuk-nepuk punggung ibunya, matanya tertuju pada ayahnya.

Cassandra Aldrich II [✓]Where stories live. Discover now