Bintang malam ini

5.6K 633 10
                                    

Menatap kemilau antara pekatnya malam dengan suara khas hutan, melihat bintang-bintang tidak pernah rasanya sejelas ini. selain berada di dataran tinggi, lembang memang cukup jauh dari polusi udara, tak seperti Jakarta. Nana terus menatap langit dari balkon kamar Villa yang di tempati para keluarga besar Aska. Rasa sejuknya bahkan sampai ke dalam hati, tenang dan damai, Nana akan membebaskan pikiran negatif-negatif yang mengekang.

Memejamkan mata, Nana kembali mengulangi menghirup oksigen dalam-dalam. Seandainya punya kesempatan berumur panjang, tinggal di tempat menenangkan seperti ini sambil menikmati masa senja adalah mimpinya.

Nana tersenyum lebar, sambil memikirkan untuk rencana liburan ke tempat sejuk bersama Mamanya.

"Na, pintu nggak di kunci?" Suara Aska tiba-tiba di belakang, membuat Nana terperanjat lantas segera berbalik, bahkan langkah kaki Aska pun tidak terdengar.

"Astagfirullah, bikin kaget aja!" Aska tertawa melihat Nana sampai terjengkat sambil mengelus dadanya. "Aska kan bisa ketuk pintu dulu!"

"Udah kali, berulang-ulang, gue khawatir lo pingsan makanya gue coba buka pintu taunya nggak di kunci. Kebiasaan!"

Keluar kota bersama bukan hal baru untuk mereka, Nana kerap lupa memastikan pintu kamar terkunci sebelum tidur, selalu disamakan dengan berada di rumah. Membuat Aska selalu memastikannya, jika menginap di hotel mewah, jelas pintu akan terkunci otomatis, tapi jika menginap di Villa biasa, berbeda, pintunya manual.

"Gue pikir nggak apa-apa kalau nggak di kunci, Villa isinya saudara lo semua ini."

"Iya sih, tapi tetap aja jangan terus di biasakan teledor gitu. Kalau lo nanti lagi pergi tanpa gue, dina atau nyokap lo, gimana? Kita nggak tau risiko tempat baru, jadi berhati-hati itu perlu." Ceramahnya panjang lebar, Aska yang mengkhawatirkannya sudah kembali. Membuat Nana tersenyum kian lebar.

"Aska..." Nana jadi ingin menanyakan sesuatu dan ingin tahu jawaban Aska.

"Apa?" Aska berjalan lalu berdiri di sisi Nana dan sama-sama menatap pemandangan malam, lampu-lampu menyala di halaman juga membuat Villa terlihat cantik dan mewah.

"Kalau gue pergi jauh dan lama, lo bakal kangen nggak?"

Pertanyaan yang menarik atensi Aska, dia langsung bersandar pada balkon dan meneliti wajah cantik Nana, "lo lagi rencanakan jalan-jalan dalam waktu dekat?"

"hm, ya ada laaah."

"Ke mana?"

"Ish kepo! Jawab dulu pertanyaan gue."

"Berapa lama sih lo pergi? Paling kalau jalan-jalan nggak akan lebih dari tiga, tujuh atau sepuluh hari, tanya gitu kayak bakal pergi jauh dan menetap lama aja."

Nana menangkap nada aneh dari ucapan Aska, "Kita manusia biasa, yaaa... nggak ada yang tau waktu berlalu akan seperti apa."

"Ini ngomong lo kayak bakal pergi jauh dan nggak tau kapan baliknya aja deh." Keluhnya, "Udahlah mending kita turun yuk, yang lain pada di halaman belakang!" Aska langsung menarik tangannya, seakan enggan membahas hal itu.

"Ngapain?"

"Pada kumpul aja di bawah."

"Semua?"

"Nggak, cuman sepupu-sepupu aja, para orang tua udah istirahat untuk besok."

"Pengantinnya ada?"

"Nindy ikut, justru dia yang ngajak."

"Aneh banget besok pasti capek kenapa nggak di pakai istirahat aja." Komentarnya.

Aska gantian merangkul Nana, "Nggak akan sampai pagi ini, nanti kalau lo udah ngantuk boleh balik duluan." Setia merangkul Nana sampai ke belakang halaman yang sudah berkumpul sepupu-sepupu Aska yang dewasa, termasuk Nindy langsung menarik Nana duduk di sampingnya. Aska juga mengikuti.

KITA [Pernah Singgah, Sebatas Teman]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang