Utuh.

8.5K 802 38
                                    

Melawan rindu, memangkas harapan juga bayang-bayang semu tentang kamu, rasanya aku bisa. Tapi, itu hanya sebatas rasa yang tak jadi nyata.

Lalu sekali lagi aku kalah dan menyerah ketika waktu kembali mempertemukan kita.

Ternyata, sejauh apa pun jarak tercipta tak semudah itu membuat perasaan ini tiada.

Hati ini masih utuh dengan kamu sebagai pemiliknya yang sama.

***

Dua hari sudah berlalu sejak ungkapan isi hati Aska yang di dengarnya secara sadar, tapi seperti halusinasi. Akhirnya Aska mengatakan sesuatu ungkapan hati yang selama ini sudah Nana tunggu bertahun-tahun setelah menyadari isi hatinya.

Emosinya tak stabil pasca kejadian terburuk dalam hidupnya, bayang-bayang itu tampak jelas setiap kali Nana menutup mata. Dia baru benar-benar bisa tidur nyenyak setelah ibunya, Dina dan Aska datang. Nana tak pernah menyesali atas keberanian malam itu, melawan beberapa laki-laki brengsek. Lebih baik tubuhnya terluka dengan bangga setelah mempertahankan kehormatannya dibanding berakhir lebih mengenaskan saat di nodai dengan cara paling keji. Jika Nana mati pun saat itu, dia akan menghadap Tuhan dengan bahagia karena telah melindungi diri sendiri. Beruntung, takdir masih berpihak baik padanya, Nana selamat.

Lantas jawaban apa yang sudah Nana berikan pada Aska?

Tidak ada selain tangisnya pecah dalam pelukan lelaki itu sampai membuat Aska bingung setengah mati untuk bisa membuat Nana berhenti menangis.

Gue hanya mau lo tau tentang seseorang yang ada di hati gue selama ini, gue nggak tahu kalau respons lo malah begini. Gue memang butuh jawaban, apa lo pun merasakan hal yang sama? Ssttt, don't cry Nana! Gue akan menunggu sampai lo mau menjawabnya, gue akan hargai apa pun jawaban lo.

Kalimat penutup Aska sembari terus mendekapnya, lalu Aska mengantarkan Nana kembali ke ruang rawat dan Nana pura-pura memejamkan mata agar Aska meninggalkan dirinya, tangis Nana kembali pecah saat tak ada Aska di ruangan itu. Entah untuk alasan apa kali ini, yang pasti mendengar Aska tak lagi bersama Nona, sebuah rasa takut menyerbu dadanya hingga sesak.

Dia menyalahkan dirinya sendiri atas kandasnya hubungan mereka. Nana yakin jika tunangan Aska merasakan sakit dan kecewa dan semua itu karena dirinya.

Bodoh.

Nana mengutuk Aska, mengapa harus baru merasakannya sekarang dan membuat hati lainnya kecewa. Sudah sejauh ini dia pergi bahkan sampai ada kejadian naas menimpanya, untuk membuat cukup hanya dia yang merasa sakit dan pedih, berharap Aska dan Nona bahagia.

Selama dua hari itu juga setiap kali ada Aska, Nana akan pura-pura tidur karena Nana belum mau berbicara apa pun dengannya.

Ceklek.

Suara pintu terbuka membuat Nana cepat-cepat menghapus air matanya.

"Nana sudah bangun?" Mama kembali bersama Dina.

Nana mengangguk sebagai jawaban lantas tatapan matanya hanya berani sebatas menatap pada dinding polos putih rumah sakit, Mamah dan Dina akan mudah mengenali matanya yang bengkak setelah menangis.

"Aska ketemu kami di depan, dia bilang tidur kamu nyenyak bahkan sampai barusan dia keluar kamu belum bangun." yang benar, Nana pura-pura nyenyak untuk menghindar.

"Ya, Ma."

Jawaban Nana yang sekadarnya jelas membuat mereka saling lirik, merasa aneh.

"Jahitan di perutmu sakit? Atau ada yang kamu rasakan? Biar Mamah panggil dokter."

KITA [Pernah Singgah, Sebatas Teman]Where stories live. Discover now