Menemukan

5.2K 563 6
                                    

Ketik, langsung update...
Satu minggu sebentar, buat kalian pasti lama, iya lama tunggu aku update... Wkwkk....

Happy reading

***

Empat belas hari menjadi perjalanan spiritual untuk Nana berdua dengan Mamanya, melupakan, meninggalkan semua masalah, hanya fokus beribadah di sana. Meski, ada momen di mana air matanya tidak terbendung, jatuh. Seumur hidupnya tidak akan mudah untuknya melupakan itu, yaitu saat Nana berdoa di depan Kabah.

Nana menyadari satu hal, bahwa masalah semakin dibawa lari dari Sang Pencipta justru semakin beban. Namun, saat masalah dan keluh kesah di bawa ke hadapan Sang Pencipta, justru semua beban terasa di angkat jadi ringan. Yang kemarin telah di lalui adalah proses dari kehidupan, dari masalahlah selalu menemukan tujuan dan pembelajaran baru lagi, bukan kah pola kehidupan memang begitu?

Yes, this is my life and there is no problem that will not end, yakinnya. Walau, akhirnya tak sesuai harapan, tapi bagi Sang Pencipta itulah terbaik untuk ciptaan-Nya.

Dina—sahabatnya sampai merasakan perubahan Nana setelah kepulangan dari ibadah tersebut. Nana, memang belum menutup kepalanya dengan hijab. Tapi perlahan, pakaiannya mulai tertutup dan longgar lalu lima waktunya juga terlihat lebih tepat waktu.

Seperti siang ini dia datang membawa buah tangan berupa kurma Ajwa dan air zamzam untuknya, Dina menatap wanita itu yang baru saja selesai salat zuhur di ruangannya, sedang melipat mukena.

Hal itu rupanya di tangkap Nana dan tersenyum kecil, "Kenapa?" tanya Nana.

Dina ikut tersenyum, "Senang aja lihat teman gue terlihat jauh lebih baik."

"Harus dong, din. Gue juga nggak mau buat lo khawatir terus. Waktu nggak tunggu kita terus terpuruk, kalau nggak bangkit ya bukan masa lalu aja yang hancur, tapi masa depan." Nana melangkah dan kembali duduk di sofa, mengambil ponsel dan memeriksa pesan yang masuk.

Dina setuju, "Baru teman gue nih!" Nana tersenyum lagi, "Makan siang di sini, na. Lo mau apa?" tawarnya kemudian.

Nana mendongak lalu berpikir sejenak untuk memilih menu makan siangnya. "Hm... Apa ya?

"Apa mau makan di luar?" Dina memberi pilihan lain.

Menggeleng kecil, itu akan buang-buang waktu sedangkan kafe Dina makanan sudah sangat enak, buat apa pesan di luar. Pikirnya.

"Bagaimana sih... din. Punya kafe ko mengajak makan di luar!" Cibir Nana.

"takutnya lo bosan sama menu di sini."

"Ih pesimis amat! Nggak boleh gitu kali, menu di sini juara dan mencuri hati, nggak pernah menemukan arti bosan buat perut gue." Guraunya sambil mengelus perutnya, berhasil menghadirkan tawa mereka "Hambrug steak saja dan ice lemon tea." Lalu pilihannya jatuh pada daging cincang di bentuk seperti patty burger yang di grill lalu dilengkapi dengan saus signature lengkap dengan tumisan jamur dan bawang bombay.

"Heran nggak ada bosannya sama daging, selama umroh makanannya khas timur tengah kan?" Makanan Timur tengah memang terkenal citra rasa rempah dan daging.

"Iya, tapi di seling makanan khas nusantara." Ujar Nana, mengingat betul menu makan mereka di sana diatur sedemikian rupa sesuai lidah orang Indonesia, terutama para lanjut usia yang sulit menyesuaikan jika makan terus menerus khas timur tengah.

"Oke, mau tambahan yang manis?"

"Nggak, gue udah manis." Katanya sambil memberi senyuman lebar sampai gigi putih dan rapinya terlihat.

KITA [Pernah Singgah, Sebatas Teman]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang