Epilog

1K 51 42
                                    

Seakan telah meninggalkan dunia lain dan kembali ke dunia asli. Raib terbangun dalam kondisi lemah, semuanya benar-benar sakit. Dia melihat sekeliling ruangan. Dinding dengan pemandangan sunset, jendela yang terbuka (menampilkan sunset juga) dan beberapa lukisan orang-orang yang ia kenal.

“Di mana?”  Dia bertanya-tanya kepada siapapun yang bisa menjawab.

“Meong.” Apa sih.

“Put?”

Si Putih ternyata sedang bergelung di sebelah ia berbaring. Dia hanya menatap malas ke arah Raib, lalu kembali memejamkan mata. Sepersekian detik kemudian, Si Putih melompat. Seakan rindu, dia menjilati Raib dengan kasih sayang.

Meong, meow.” Kamu ke mana saja?

Suara langkah kaki berderap memasuki ruangan terdengar, Raib melihat Mamanya yang berteriak kegirangan sambil bersujud di lantai. Disusul teriakan berikutnya, ada Papanya, Seli, serta Ali.

“Dia sudah siuman!” Dia menatap bingung, memangnya dia tak sadarkan diri apa?

“M-maa?” panggil Raib lemah.

“Iya, sayang?” Mamanya mendekat.

“Di mana?” tanya Raib.

“Rumah Sakit terbaik di Klan Bulan— entah apa namanya, Mama lupa. Kamu baik-baik saja, Ra?” Mamanya mengoceh seperti biasa.

“Namanya Rumah Sakit Elite Tishri.” Papanya yang menjawab. “Fasilutasnya lengkap, Ra. Tak perlu membayar untukmu.”

Seli menggengam tangan Raib erat, super panik. “Ra, syukurlah kamu baik-baik saja—” Perkataan Seli terpotong oleh Ali.

“—untunglah, kita harus berpetualang.” Ali memotong, Seli mendengus sebal.

“Err, bukankah kita baru melakukannya?” tanya Raib.

“KAPAN?” Mereka shock.

“Ehh, kita baru saja. Kita bertemu Kosong, berpetualang bersama Master B dan Panglima Tog. Lalu, terkurung bersama Kosong, melawan raksasa, Kapsul ILY yang meledak. Kemudian Ily membawa Si Putih.” Dia menceritakan secara abstrak.

“Tidak, Ra. Baru saja kamu bangun dari koma. Mana mungkin sanggup berjalan ke Klan Nebula.” Seli berkata, memang tak masuk akal menurutnya.

“Panglima Tog saja sudah ousing dengan segenap data permasalahan di Klan Bulan, apalagi ikut berpetualang.” Ali menambahkan.

“Tapi Master B?”

“Kami bahkan tak bertemu dengannya tiga hari terakhir.”

“Aku kenapa?” Dia bertanya.

Mama Raib tiba-tiba muncul dari belakang. “Kamu kecelakaan, setelah es yang kamu keluarkan itu tak bisa dikendalikan. Mobil kamu jatuh ke dalam jurang, kamu koma selam 3 hari 6 jam. Kata Ngav—yang tangannya mengeluarkan cahaya.” (Bab 2)

“Av.” Papa Raib merevisi.

“Ahh, sudahlah.”

“Kok bisa?”

“Apanya?!” Raib hanya menggeleng.

Av muncul dari balik pintu, kemudian menanyakan kabarnya. Dia berkata bahwa Raib istimewa, kecelakaan itu cukup parah. Tetapi, Raib hanya koma dalam tiga hari.

“Av?” Saat hendak berbalik, dia memanggil.

“Bolehkah aku bertanya?” Av mengangguk.

“Apakah bisa seseorang mengalami perjalanan panjang saat dia berada dalam koma?” Av terkekeh mendengarnya.

Dia mengangguk dan menjelaskan. “Sebenarnya itu tak dapat dijelaskan, belum ada yang menguraikan secara rinci. Tapi ada beberapa teori kalau kamu seperti mati saat koma. Ada bagian di dalam tubuhmu yang memisah. Kadang terasa nyata, seolah-olah benar kamu yang melakukannya.”

Di balik pintu, mucul beberapa orang lagi. Av langsung izin dari sana untuk mengurus beberapa keperluan. Raib masih sedikit bingung, jadi ini sebenarnya tak nyata? Jadi ini terjadi dalam koma, atau bagaimana sih? Raib kebingungan.

Splash.

Sebuah suara teleportasi mengagetkannya. Bukan karena belum terbiasa, tapi orang itu menatao ke arahnya di depan pintu sebelum menghilang. Raib segera ikut berteleportasi keluar, Mama Raib langsung panik berteriak-teriak.

“RA! RA, ADUH JANGAN PERGI LAGI!” Mama Raib yang menyiapkan bubur berteriak marah..

***

Raib menyusuri koridor rumah sakit, dia melihat sesosok bayangan yang baru saja berbelok di ujung lorong. Raib segera ikut berteleportasi, dia sampai di depan sebuah cermin. Raib menatap cermin itu lamat-lamat, itu seperti bukan dirinya. Kalau tak salah, dia memakai jubah berwarna biru, tapi orang ini memakai jubah hitam. Raib juga merasa tak memakai soflents, tapi warna matanya berbeda.

Seperti di film Putri Salju yang dianggap Ali sebagai dongeng belaka. Pantulan bayangan tadi mulai berbicara. “Petualangan yang sebenarnya akan dimulai, bersiaplah, Nak.”

Raib ketakutan, lantas berteleportasi menuju lorong berikutnya untuk mencari gadis tadi. Tetapi, yang ia temukan adalah jalan buntu. Memang, ruangan itu sedikit menjorok ke dalam. Saat melihat paoan yang tertulis, Raib merinding. Kamar Mayat, mengerikan.

***

Apakah ada yang masih bingung?

Lumpu My Version (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang