Bab 2 Hologram

1.9K 133 39
                                    

Matahari baru saja terbenam di ufuk barat. Raib sedang memandangnya melalui jendela kamar, cahaya jingganya terlihat sangat menawan.

Aku tidak bisa melewatkan ini, batinnya dalam hati.

Ia pun naik ke atap rumahnya dengan berbagai cara. Tak ingin kembali menggunakan teleportasi, takut dikira aneh. Kemudian, ia pun mengambil ponselnya dan berselfie. Senyuman simpul mulai menghiasi bibir manisnya itu, lantaran jepretan kameranya bagus. Biasanya, ia akan diejek oleh Ali karena saat memotret, jarinya selalu terlihat di kamera.

'Ali Kurang akhlak, makan tuh akhlak.'

Sementara Seli paling bagus diantara ketigannya. Membuat Seli yang selalu memfotokan, dan Raib berfoto berdua dengan Ali. Foto Ali dan Seli bahkan bisa dihitung jari, sangat sedikit.

"Raaa!" Seseorang berteriak membuat Raib menoleh. Itu Seli yang melaju kearahnya menggunakan teknik terbang dan berlari cepat.

Dia terus saja melaju tanpa melihat Raib membuat Raib kehilangan keseimbangan dan jatuh dari atap rumah. Raib sudah pasrah, entah kenapa Raib tidak melakukan teknik teleportasi. Padahal ia bisa melakukannya.

Namun, sebuah tangan-lebih tepatnya tangan robot menangkap Raib. Itu Ily bersama Ali. Syukurlah, Raib kemudian masuk ke dalamnya. Disusul Seli yang terakhir.

"Astaga Seli! Kamu ini." Saat di dalam, Raib mencubit sikunya membuatnya berteriak kesakitan.

"Hentikan Raa!" ucap Seli dengan wajah kesakitan. Raib pun menghentikannya.

Aku sekarang hanya debu, dikacangi lagi, batin Ali.

Ali lupa mematikan mode suara Ily. Dan Ily, entah kenapa bisa membaca pikirannya. Sungguh aneh, kenapa semua orang menjadi bisa membaca pikiran?

"Raib, Seli. Ali tidak ingin dikacangi." Suara robotnya membuat Seli dan Raib yang sejak tadi mengobrol menoleh.

Robot sialan, batin Ali

Raib dan Seli malah tertawa. Ali bergaya sok-cool, padahal di dalam hatinya Ia sangat malu. Gaya sok-cool itu membuat Seli dan Raib tertawa lagi, bahkan Ily.

"Ali, jika ingin bergabung. Kemarilah," ucap Raib kepada Ali. Ali menolak mentah-mentah.

"Ngomong-ngomong Ali. Apakah kamu masih diantar saat ketoilet?" ucap Seli yang dibalas anggukan oleh Raib.

"Tidak. Aku sama sekali tidak kencing, hanya memanggil Batozar, disana 'kan tempat yang paling aman," jelas Ali.

Seli dan Raib mengangguk setuju. Mana mungkin, Tuan Muda Ali yang perkasa dan menawan ini masih diantar. Bahkan, saat mencari makanan di Klan Komet Minor, ia bahkan berani sendirian.

***

Malam terasa sangat dingin. Pancaran bulan purnama terlihat sangat indah, kilau kebiruannya juga menandakan kesunyian yang abadi.

Raib bersama Seli berada di rumah Ali. Setelah jalan-jalan tadi sore, ia dijemput oleh Ali menggunakan Ily. Tujuannya bukan untuk disuruh-suruh lagi, tetapi layar hologram tiba-tiba bergetar.

Selain mereka bertiga, juga ada Master B, Av, panglima Tog, dan bahkan pasukan bayangan yang lainnya. Untungnya, rumah Ali sangatlah luas. Jadi tidak perlu berdesak-desakan.

Soal izin, Raib tidak kabur begitu saja seperti dulu. Semenjak Mamanya tahu tentang dunia paralel, Raib jadi harus sering izin kepadannya. Awalnya Mama panik, juga Papa. Namun Ali dan Seli meyakinkannya.

BIPP!

Hologram berbunyi, juga bergetar. Cepat-cepat mereka mengalihkan pandangannya. Kemudian, tampaklah Lumpu yang mengacungkan jari tengah kearah mereka, tangan kanannya memegang leher Miss Selena yang tidak berdaya.

Lumpu My Version (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang