19- Alamat Ayah Zaida

1K 114 18
                                    

Aku memang bukan untukmu
Tapi rasa ini masih tetap untukmu

Saufatulila

"""***"""

Setelah Ghifari, Zaida, dan Danu selesai makan. Mereka pun berencana mencari keberadaan alamat rumah ayah Zaida. Tak peduli langit yang semakin gelap yang menandakan bahwa hujan akan segera datang

Zaida pun menaiki angkutan, sedangkan Ghifari dan Danu mengendarai motor. Sejujurnya Ghifari tidak tega membiarkan Zaida menaiki angkutan sendirian. Tapi mau bagaimana lagi?

Motor vespa Ghifari berhenti di plataran rumah. Dan Zaida pun baru turun dari angkutan

"Apa ini alamatnya?" tanya Ghifari

"He..em"

Zaida, Ghifari, dan Danu menuju rumah bercat kuning yang di depan rumahnya dipenuhi tanaman bunga.

Zaida tanpa basa-basi langsung mengetuk pintu rumah itu

"Assalamu'alaikum"

Baru beberapa detik pintu terbuka. Dilihatnya sosok wanita paruh baya

"Cari siapa Nduk?" tanya wanita itu

"Saya mau ketemu Pak Hardiyanto"

Ibu setengah baya itu mengkerutkan keningnya

"Hardiyanto siapa to?"

"Emm... yang tinggal di sini Bu"

Ibu setengah baya itu terdiam seperti memikirkan sesuatu

"Oh... Pak Ardi yah, Pa Ardi sudah pindah nduk, rumah ini sudah dijual sama saya, sekitar sepuluh tahun yang lalu" jelasnya

"Lalu Pak Ardi pindah kemana Bu?" tanya Ghifari

"Saya kurang tahu soal itu Mas"

Zaida menatap pandangan kosong. Sudah jauh-jauh dari Palembang. Ternyata semuanya sia-sia

"Kita pulang saja yah" ucap Ghifari

Zaida pun mengangguk

"Kalo begitu kami permisi, terima kasih"

"Iyo, hati-hati di jalan"

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikum salam"

Zaida berjalan dengan langkah gontai. Hancur perasaannya, ayahnya benar-benar tidak memperdulikannya. Saat ini dirinya benar-benar membutuhkam sosok ayahnnya

Ghifari berjalan di belakang Zaida, sekedar untuk menjaganya takut bila Zaida akan tumbang

"Kau senang Fari lihat aku seperti ini" ucap Zaida sambil berjalan dengan lantai gontai

Ghifari menggeleng-gelengkan kepalanya. Dalam keadaan seperti ini Zaida masih saja berfikir negatif tentangnya

"Fokus saja pada jalanmu" ucap Ghifari yang mengabaikan ucapan Zaida

Danu yang sedari tadi menemani Ghifari hanya diam. Takut bila salah bicara

"Dan, antum bawa motor ane, ini kuncinya"

"Inggih Gus"

Danu langsung berbalik arah untuk mengambil motor antik milik gusnya itu

"""***"""

Lila memandang foto seseorang dibalik buku. Tak ada yang tahu kebiasaannya selama ini. Yang semuanya tahu Lila selalu membaca buku di pojokkan. Tanpa ada yang bertanya buku apa yang dibaca Lila

Tulisan GhifariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang