🦋 1 🦋

83 30 10
                                    

"Eh Da, lo tau gak di Cafe ini ada monyet loh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Eh Da, lo tau gak di Cafe ini ada monyet loh."

Cafe dengan ukuran 15 x 10 Meter itu lengang oleh pelanggan. Hanya ada enam remaja tanggung dan dua wanita matang yang duduk selonjoran di karpet bulu. Jika dilihat sekilas, sikap kedua wanita matang tersebut sangat bertolak belakang. Wanita berambut pirang aktif berbicara meski hanya ditanggapi malas dan terkadang tak di respon oleh wanita berjepit kupu-kupu. Pelayan datang membawa buku menu, mencatat semua pesanan dan langsung melenggang pergi.

"Woi Amanda!" Suara gebrakan keras membuat keenam remaja menatap heran pada dua wanita tersebut. Kaget akan suara keras di sampingnya, gadis bernama Amanda menatap tersangka dengan sinis.

"Paan sih?" ujarnya malas, kemudian kembali menatap kosong ke arah depan.

"Sialan lo, jangan ngelamun terus anjir. Kesambet setan chincan baru tau rasa." Gadis berambut pirang tersebut menggerutu melihat tingkah Amanda yang selalu seperti itu.

"Diem Ren, hampir dapet klimaks yang cocok buat novel nih."

"Novel terus yang lo pikirin. Makasih Mbak." Rena bergumam mengucapkan terimakasih pada pelayan, lantas meminum Cappucino Thai Tea yang dipesannya.

Amanda melirik sekilas, "Punya gue mana?" tanyanya yang membuat dahi Rena berkerut.

"Emang lo pesen, Da? Orang gue cuman pesen minuman gue doang."

"Sumpah ya Ren, gue tersinggung tiap dateng ke sini salalu lo giniin."

Rena mengabaikan ucapan Amanda, dia memilih mengasongkan kamera depan handphonenya pada Amanda.

"Lo nyusuh gue selfie, Ren?"

"Ck! Ngaca dong Da, setiap nongkrong lo juga selalu cuekin gue. Lo sibuk sama ilusi lo. Gue ngerasa jadi orang gila ngomong sama lo yang gak pernah ngerespon gue." Rena mendelik sinis pada Amanda yang kini sibuk berselfie menggunakan filter di aplikasi instagramnya.

"Sialan," Rena mengumpat dalam hati.

"Gue dikejar deadline, Rena. Lo sih enak, kerjaanya cuman jadi artis IG. Tiap hari dapet endorse-an. Udahlah, pesenin gue minum."

Rena menyidikan bahunya acuh, "Gue bukan babu lo! Pesen sendiri."

"Males, mau nerusin klimaks."

Rena melotot, "Lo klimaks di sini Da? Maen solo lo?"

Amanda menyipitkan matanya, memukul kepala Rena dengan pensil, "Gadis pasir."

"Maksud lo apa, ngatain gue gadis pasir?"

"Tahu tuh." Amanda menyilangkan tangannya, menatap ke arah depan lagi. Mengabaikan Rena yang kini menatapnya dongkol.

Hening sesaat melingkupi suasana, Rena sibuk dengan handphonenya. Bisa Amanda lihat berkali-kali gadis tersebut tersenyum sumringah.

"Pengikut gue meningkat, Da. Anjir senengnya gue." Tak ayal, kenapa gadis yang sering berbicara frontal tersebut memiliki banyak folowers dan Amanda tahu alasan dibaliknya hanya satu kata, yaitu; cantik. Lihat saja, bulu alis tebal nan hitam itu semacam ulat bulu yang sengaja ditempelkan. Mata serta hidung orang Asia Timur asli, menambah dekorasi dalam pahatan wajah gadis ini. Oh, hei! Jangan lupakan bibir penuh dan tebal yang kini terlihat lebih sensual.

"Ck." Decakan itu keluar dari mulut Amanda.

"Shit, liur lo muncrat Da." Rena mengumpat sambil menatap jijik pada liur yang mengenai karpet.

"Sorry, Ren. Gue gak sengaja." Setelahnya ia hanya meludatkan liur tersebut menggunakan kaki. Seperti biasa, Rena mendelik tak suka dengan tingkah santai Amanda. Bagi Rena, Amanda itu terlalu cuek dengan penampilan dan kebersihannya. Mau diejek gadis terjorok sedunia pun Amanda tak acuh, menganggap itu hiburan bagi telinganya.

"Pake tisu, Da. Jorok banget jadi cewek."

"Bodo amat lah. Eh Ren, gimana kalau seandainya pasukan Reka tahu kenapa lo bisa dapet bibir teb_." Rena sontak menutup mulut Amanda dengan agresif, kemudian memberi isyarat untuk diam.

"Ssttt ... lo bisa gak jangan bahas itu di tempat umum kayak gini. Gue takut ada paparazi." Rena menatap ke sekeliling cafe, kemudian bernafas lega. Cafe ini lebih sepi dari biasanya.

Dengan kasar Amanda melepaskan bekapan Rena, "Santai dong. Lo kayak orang penting aja sok-sok-an ada paparazi. Baru jadi selebgram doang lagaknya minta digetok."

"Lagian sih lo itu kalau ngomong asal ceplos, kan itu rahasia kita berdua. Kalau bocor, lo ... orang pertama yang gue patahin tuh leher."

"Ampun, Amanda takut." Amanda mengangkat kedua tangan seolah-olah taluk pada lawan. Setelah itu tertawa keras, "Garing anjir, humor lo receh amat."

Rena memperbaiki tempat duduknya, "Kalau lo buka rahasia itu, gue bilangin Si Tatan kalau lo masih cinta dia. Selagi kan, gue punya nomornya." Senyum devil tercetak di bibir tebal dan penuh itu.

Amanda menegang, dia lupa kartu As jagoannya masih berada ditangan Rena.

"Sialan," umpatnya.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Morphos Wounds [Tidak Dilanjutkan]Where stories live. Discover now