13

1.4K 167 13
                                    

Hari kelulusan...

Mingyu menerima banyak bunga dari teman-teman dan keluarga yang datang ke acara wisudanya. Ia juga sedang berkumpul dengan teman seperjuangannya, saat Soonyoung dan Seungcheol datang menghampiri.

Mingyu tersenyum lebar, ia menerima pelukan hangat dari kedua orang itu.

"Selamat, Hyung."

"Selamat, Kim Mingyu. Kuharap kau sukses menjadi seorang arsitek!"

"Kalau sudah punya banyak portofolio, aku mau menyewa jasamu untuk bangun rumahku nanti," sela Soonyoung. "Aku menabung dulu," tambahnya.

Mingyu tertawa. Ia menerima buket bunga dari Jihoon, "Terima kasih."

"Wonwoo tidak datang?"

Mingyu mengedarkan pandangannya. Mencari sosok yang ditunggunya sejak 3 bulan lalu, tapi nyatanya tidak ada. Wonwoo sepertinya tidak datang hari ini.

"Tidak tahu."

"Tidak kau kabari?"

"Sudah, tapi entahlah, aku tidak tahu."

"Wonwoo pasti datang. Dia uring-uringan mencari pakaian yang cocok dipakai untuk hari ini," sahut Jeonghan. Oh, dia juga salah satu lulusan angkatan Mingyu.

"Benarkah?"

"Aku dan Jihoon-ie menemaninya beli baju baru kemarin," sambung Jeonghan yang dibalas dengan agukkan kepala Jihoon.

"Oh, bukankah itu Wonwoo?"

Mingyu buru-buru mengedarkan kepalanya. Menoleh ke kanan, matanya mengikuti arahan Choi Seungcheol. Dan benar saja, dalam sekejap ia dapat menemukan sosok yang dirindukannya.

Jeon Wonwoo, mantan tunangannya.

"Aku ke sana."

"Pergilah. Jangan membuang waktu lagi," pesan Seungcheol yang dibalas dengan gelengan kepala Mingyu. "Tidak akan lagi."

"Semangat, Kim Mingyu!"

Mingyu tertawa. Ia menepuk bahu Jeonghan pelan yang tadi bersorak kecil padanya.

Di dekat pintu masuk, Wonwoo sudah berdiri. Pakaian yang dikenakannya hari ini memang terlihat baru di mata Mingyu, tapi entah, sudah 3 bulan pasca pengungkapan isi hati masing-masing itu terlewat. Mereka tidak bertemu lagi sejak itu dan hanya sesekali menghubungi.

Istirahat?

Keduanya memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka tanpa perlu istirahat seperti yang pasangan lain lakukan.

"Hai."

"Mingyu-ya!"

Wonwoo terlihat lebih ceria. Mingyu mengulas senyum begitu Wonwoo memeluknya, ah, aku rindu pelukan ini...

"Kukira kau tidak datang," ucap Mingyu. Pelukan mereka terlepas dan rasanya Mingyu tidak rela.

"Tidak mungkin," jawab Wonwoo. Ia memberikan buket bunga pada Mingyu dan menatap laki-laki itu penuh keyakinan, "...aku tidak mungkin melewati hari besarmu," sambungnya. "Oh, bukan. Hari besar kita," ralatnya.

Alis Mingyu menukik. Ia menatap heran pada Wonwoo.

"Untuk kesalahan kita di masa lalu, kita sama-sama menyesalinya. Tapi karena keegoisan masing-masing, kita memilih untuk berhenti," tambah Wonwoo lagi. Kening Mingyu mengerut, sama sekali tidak dapat menangkap apa maksud mantan tunangannya ini.

"Kupikir kita hanya memutus hubungan sepihak; tanpa kesepakatan kedua orang tua kita. Jadi..."

"Jadi?" Dada Kim Mingyu berdebar hebat. Wonwoo meraih semua buket yang Mingyu pegang, meletakkannya di meja kosong. Kemudian ia menggenggam kedua tangan itu erat.

"Kim Mingyu, dengan segala kekuranganku, apa adanya diriku, dan kelebihanku yang mungkin dapat melengkapi hidupmu...," napas Wonwoo tercekat. Matanya menangkap getaran halus dalam kedua manik Mingyu, "...maukah kau menerimaku kembali?"

***

Like the Beginning [MEANIE]Where stories live. Discover now