12

1.3K 163 14
                                    

Mingyu menepikan mobilnya tepat di gerbang rumah Wonwoo. Sepanjang jalan, keduanya hanya diam. Tidak ada satupun yang membuka mulut, hanya suara radio yang terdengar.

Itu juga sangat pelan.

"Istirahatlah."

"Mingyu..."

Mingyu memang tidak menyahut, tapi dia juga tidak mendiamkan. Ia menoleh dan menatap Wonwoo yang sudah lebih dulu menunduk. Laki-laki itu menghela napas berat melihat wajah menyesal kekasihnya.

"Istirahat. Besok kau ada kelas."

"Aku..."

"Jangan bicara apa-apa malam ini. Selain kau, aku juga butuh istirahat."

Mingyu menyadari bahwa minggu santainya akan segera habis. Senin besok ia akan kembali seperti semula, mengerjakan tugas tanpa kenal waktu. Maka dari itu, sebisa mungkin dirinya menikmati waktu luang ini.

"Aku minta maaf..."

Wonwoo berucap susah payah. Walaupun Mingyu menyuruhnya untuk istirahat, di telinganya itu adalah kalimat usiran. Dan Wonwoo bukan tipe orang yang mudah menurut, ia cenderung keras kepala.

Wonwoo tidak mau kesalahpahaman ini berlanjut lebih lama.

"Aku harus bagaimana?" Mingyu berujar pelan. Napasnya memburu, tapi sekuat tenaga ia menahan emosinya. Mingyu tahu dirinya salah, ia sempat terlena dengan kenyamanan yang diberikan orang lain. Tapi, apa Wonwoo harus membalasnya seperti ini?

Apa ini karma dari segala sikapnya selama ini?

Mingyu bukan anak kemarin sore. Ia juga bukan laki-laki bajingan yang akan meninggalkan Wonwoo begitu saja, meski tahu kekasihnya itu selingkuh.

Oh, apa ini bisa dikatakan selingkuh?

"Aku dan Rowoon bertemu di lorong kampus. Bukunya jatuh dan aku mengambilnya," suara Wonwoo terputus. Dadanya sesak, mengingat dosa yang dilakukannya di belakang Mingyu.

"Kami bertemu beberapa kali setelah aku mengembalikan bukunya. Itu terjadi secara tidak sengaja... dan sengaja."

Kepala Mingyu terasa pusing. Ia memijat keningnya yang berdenyut—hatinya jauh lebih nyeri mendengar pengakuan Wonwoo.

Padahal Mingyu sudah bisa menebak apa yang akan Wonwoo katakan. Dan Mingyu juga yang selalu berharap Wonwoo tidak salah. Tapi ternyata, harapan itu buyar dan bahkan tersapu sia-sia.

"...sama sepertimu, Mingyu-ya," jeda Wonwoo, sebelum melanjutkan dengan perasaan penuh bersalah, "Aku merasa nyaman dengan Rowoon."

***








"Mhhh..!!"

Mingyu melepas tautan mereka. Tapi Wonwoo menarik tengkuknya lagi, sehingga ciuman itu kembali berlanjut.

Bibir Wonwoo yang sudah sedikit membengkak masih terus melumat bibir tebal Mingyu. Yang dibalas tidak kalah kuat oleh laki-laki itu.

"Won.."

Wonwoo tidak mengindahkan. Mingyu juga tidak menuntut banyak. Ia kembali mengecup bibir semerah ceri, bibir kesayangannya.

"Sudah sejauh mana?"

"Hm?"

Ciuman itu terputus. Mingyu menatap manik Wonwoo lekat, "Sudah sejauh mana kau dengan laki-laki itu?"

Wonwoo menarik tengkuk Mingyu lagi, kemudian mencium bibir kekasihnya. Lagi. Selalu begini, tiap kali Mingyu menanyakan tentang laki-laki itu; Kim Rowoon.

"Wonwoo..."

"Tidak pernah. Aku tidak pernah melakukan apapun dengannya," jawab Wonwoo begitu ciuman mereka berhenti. Mingyu sengaja menarik diri, menahan emosi yang sudah diujung kepala. "...aku hanya pergi makan dengannya, menemaninya beli kado untuk ibunya. Aku berbohong padamu, Mingyu-ya. Aku tidak belajar di perpustakaan seharian, tapi aku pergi bersamanya."

Mingyu mengatupkan kedua bibirnya rapat-rapat. Guratan tidak rela dan marah tercetak jelas di wajahnya, membuat Wonwoo menunduk. Tapi ia kembali mengangkat kepala, berucap maaf dengan penuh penyesalan, "Aku minta maaf. Aku salah karna sudah berbohong padamu."

"Kita merasakan hal yang sama," potong Mingyu. Ia mengusap wajahnya, "...kau dan aku, kita sama-sama jenuh."

Air mata Wonwoo kembali menetes, ia menangis dalam diam. Isak tangisnya ia tahan, tak mau membebani Mingyu atas kesalahannya.

"Selain dirimu, aku juga minta maaf. Aku selalu sibuk, waktu untuk kita bersama sangat sedikit."

Mingyu menghela napas berat. Ia tak lagi menoleh ke arah Wonwoo, kini tatapannya lurus ke depan, melihat pagar rumah Wonwoo yang masih tertutup rapat, sambil menekan fitur unlock pintu mobil.

"Sebaiknya kita istirahat dulu, Wonwoo-ya."

***

Like the Beginning [MEANIE]Where stories live. Discover now