TFL: 9

74 18 4
                                    

Hina menatap jaemin bingung, pria ini tiba-tiba masuk kedalam ruang rawatnya, bagaimana dia tau jika dirinya sedang di rawat disini, seingatnya dia tidak memberitahu siapapun jika ia sedang sakit, bahkan dia lupa menaruh hpnya.

“annyeong, kenapa kau tidak memberi tahu jika kau sakit hina-ya, jika tau kau di rawat disini aku akan mengajak yang lain juga” ucap jaemin yang berjalan mendekat pada hina.

“bagaimana bisa kau tahu aku ada disini ?” tanya hina to the poin.

“ah eoma memberitahuku tadi, jadi kau sakit apa ? lalu dimana orang tuamu ?” tanya jaemin dengan melihat ke sekitar ruangan.

“kau tidak akan menemukan mereka, aku hanya butuh istirahat” ucap hina.

“ah jadi kau mengenal seohyun imo ?” lanjutnya.

“tentu saja, dia ibunya lami, apa kau butuh sesuatu ?” tanya jaemin.

“ani” ucap hina.

Suasana menjadi sangat canggung, jaemin kehilangan topik pembahasan begitu pula hina, hingga pintu terbuka menampakkan suho yang datang dengan jas yang ada di tangannya.

“eoh appa” ucap hina dengan senyum manisnya saat melihat appanya datang.

“sayang bagaimana bisa kau sakit, mian jinjja mianhae” ucap suho dengan mengelus kepala hina.

“tak apa aku hanya butuh istirahat appa” ucap hina. Suho lantas tersenyum dan pandangannya teralihkan pada sosok pemuda yang berdiri di samping ranjang rawat putrinya.

“bukankah kau yang menolong putriku minggu lalu ?” tanya suho.

“ah ne ajushi “ ucap jaemin dengan sopan kepada suho.

“aku rasa kita pernah bertemu sebelumnya, tapi dimana ?” tanya suho.

“ah saya rasa di sekolah, saya putra dari na siwon ajushi” jawab jaemin.

“ah, ceo anna ent ?” tanya suho.
“nee” jawab jaemin.

“dunia benar-benar sempit, terimakasih jaemin-si, kau sudah menolong putriku berkali-kali” ucap suho. Jaemin lantas tersenyum dan melirik hina yang dari tadi menatapnya.

Suho mengajak jaemin berbincang santai dengan menemani hina. Jaemin tahu bagaimana hina bisa tumbuh secerdas ini, jaemin rasa hina menuruni pemikiran suho yang selalu berfikir panjang sebelum bertindak, bahkan hal-hal kecil harus difikirkan dengan matang.

“ne di sekolah semua menatap hina iri samchon” adu jaemin pada suho.

“wae ? apa yang kau lakukan di sekolah hina-ya ?” tanya suho dengan menatap hina serius.

“aku tidak melakukan apapun appa, yak na jaemin kenapa mulutmu tidak bisa diam” ucap hina kesal.

Jaemin hanya tertawa melihat wajah hina yang lucu, dia senang bisa akrab dengan ayah hina.

“ah ani samchon, mereka iri karena hina benar-benar memiliki segalanya, nilai akademiknya dan non akademiknya sangat bagus, selain itu fakta bahwa hina putri dari seorang ceo industri dan desainer ternama membuat para wanita di sekolah iri.

Bahkan hina dijuluki putri nyata dari dongeng” cerita jaemin yang membuat suho tersenyum simpul.

“ah aku kira hina memperlakukan teman-temannya dengan buruk” ucap suho.

“aku tidak seperti itu appa” ucap hina.

“ne” jawab jaemin. “ah tapi samchon, samchon harus menasehati hina agar dia lebih banyak tersenyum, dan berperilaku layaknya seorang gadis” lanjut jaemin.

Time For LoveWhere stories live. Discover now