Bab 15

154 36 20
                                    

Lampu kabut besi beroda menyala, membelah pekatnya jalan karena hawa dingin agar mobil yang masih berlalu lalang tidak tergelincir. Waktu menunjuk hampir tengah malam, tetapi jalanan masih riuh dengan kendaraan yang melintas walaupun kabut kian pekat hingga terasa memeluk tubuh.

Rumah besar dengan lampu gantung yang menyala terang serta penghangat ruangan yang bekerja dengan benar, menjadikan atmosfer tempat berlangsungnya pesta kian panas.

Dua pemuda berparas tampan serta seorang wanita muda saling beradu tatap, membuat beberapa pasang mata mengalihkan fokus mereka dari wine di genggaman.

"Sangat senang bisa bertemu dengan Anda, Tuan Muda Xie." Wanita itu menatap Xie Yun dengan raut muka sulit diartikan.

"Saya Peng Yui, pewaris tunggal keluarga Peng." Nona Peng tersenyum miring, meneguk wine di gelas dan meletakkan di nampan seorang pelayan yang kebetulan lewat.

"Sangat mengesankan. Seorang pewaris tunggal salah satu keluarga ternama di negeri ini mau mengenal orang biasa seperti saya." Xie Yun mengulurkan tangan bersama kalimat panjang yang baru saja ia lontarkan. Pemuda singa itu masih bisa mempertahankan raut muka biasa-biasa saja hingga sebuah kalimat yang terasa menusuk indera pendengaran terlontar dengan penuh penekanan.

"Satu lagi, Tuan Muda Xie. Saya banyak mendengar tentang Anda dari Nyonya Besar Ji." Nona muda itu berjalan lebih dekat ke arah Xie Yun sembari menerima uluran tangan pemuda singa itu.

"jika Anda calon suami tuan muda di rumah ini, Saya adalah calon pasangan hidup serigala muda keluarga Ji, calon istri sekaligus relasi bisnis keluarga besar di rumah ini, tidak peduli dunia setuju ataukah tidak!"

Peng Yui mundur beberapa langkah setelah melepas tautan tangan dari Xie Yun. Ia menatap Ji Chong yang wajahnya sudah terlihat menegang. Ia senang dengan pemandangan yang berada di depannya kini. Seorang serigala muda yang sangat memesona dan begitu menarik perhatian serta fokusnya pada pertemuan pertama mereka. Daftar nama orang-orang keras hati bertambah satu lagi. Xie Yun harus memutar otak lebih cerdas agar tidak berbalik menyakiti pemuda manis yang tampak kesal karena ulah nona muda di hadapannya.

Pengunjung pesta satu demi satu mulai berpamitan. Menyisakan dua keluarga besar serta tuan rumah yang sedang duduk di ruang keluarga. Tiga anak muda serta pasangan berusia setengah abad sedang mencoba mencari titik celah atas kejadian yang terjadi beberapa saat lalu.

"Kalian bertiga, pergilah!" Tuan Besar Ji meminta, memberi tatapan memohon kepada putra satu-satunya yang sedang menatap ke arahnya dengan raut muka masam.

"Xie Yun, bawa Ji Chong serta Nona Muda Peng untuk berbincang di luar." Tuan Xie menambahkan. Mereka menurut, keluar dari ruangan yang terasa panas hingga membuat napas mereka seolah tercekat. Tiga anak muda itu keluar beriringan, tidak bertegur sapa hingga mencapai ruangan yang kiranya bisa mereka jadikan tempat untuk saling beradu kata.

Di sinilah mereka sekarang. Kamar tamu dengan sofa panjang serta ranjang berukuran besar menjadi tempat untuk mengistirahatkan kaki serta punggung tiga anak muda itu. Ji Chong melempar tubuhnya ke kasur empuk seraya menengkurap, tidak peduli dengan nona muda yang sejak tadi memperhatikan dirinya---seperti harimau betina yang sedang mengincar mangsa.

"Perhatikan mata Anda, Nona Peng. Saya takut jika terkena nyamuk ataupun lalat." Xie Yun melepas jas yang melekat di tubuh, meletakkan di ranjang. Xie Yun mendudukkan dirinya di tepian ranjang dengan tatapan membunuh yang coba ia tutupi dengan senyum kecil.

"Tidak ada serangga yang berani mendekatiku, Tuan Muda Xie." Nona muda itu berjalan mendekat ke arah Xie Yun membawa serta keangkuhan yang ia miliki, mendudukkan diri di tepian ranjang lebih dekat dengan Ji Chong.

"Bisa kalian berdua diam sebentar!" Ji Chong mengubah posisi tidurnya hingga terlentang. "Aku mengantuk." Serigala muda itu duduk dengan muka masam serta bibir manyun. Tidak urung membuat dua orang yang sejak tadi memperhatikan dirinya terkekeh lirih.

"Wow, mengejutkan. Kalian berdua menertawaiku?!" Ji Chong melempar bantal ke arah Xie Yun dan tepat mengenai wajah tampan pemuda itu, mengabaikan Nona Peng yang sejak tadi berusaha untuk memperoleh perhatian darinya.

"Apakah aku tidak terlihat di sini?! Setidaknya bersikaplah sopan dan jangan mengabaikan wanita, apalagi wanita sepertiku!" Kedua tangan Nona Peng bersedekap. Ia menatap dua pemuda itu secara bergantian seraya tersenyum miring. Atmosfer di ruangan itu kembali panas. Kata-kata Nona Peng mengingatkan Ji Chong dengan kerja sama dua keluarga yang berujung perjodohan tanpa minat dari Ji Chong sendiri.

"Nona Peng, aku tahu keluarga Anda adalah relasi ayah selama puluhan tahun." Ji Chong mengembuskan napas kasar.

"Itu hanya sebuah perjodohan satu pihak. Saya tidak pernah menyetujui hal itu meskipun Anda menghancurkan dunia sekalipun." Ji Chong tersenyum miring. Ia menoleh ke arah Xie Yun yang sejak tadi melihat ke arahnya. Wajah Nona Peng kian memerah karena marah sekaligus merasa terhina dengan kata-kata yang Ji Chong lontarkan barusan. Kebencian yang sempat melintas di pikiran nona muda itu kepada Xie Yun kian bertambah karena menyaksikan pemandangan yang sedang berlangsung di hadapannya hingga kedua netranya seolah ingin keluar dari tempat.

"Kalian!" Nona Peng marah. Ji Chong tiba-tiba mendudukkan diri di pangkuan Xie Yun dan menyesap dua bibir pemuda singa itu di depan orang yang telah gagal bertunangan dengan dirinya. Xie Yun yang paham dengan maksud serigala muda itu, membalas ciuman Ji Chong seraya mengeratkan pelukan di pinggang ramping pemuda manis itu. Penyatuan dua bibir yang panas, menyesap rasa manis yang menempel secara berulang, meraup secara rakus seolah takut tidak akan ada hari esok untuk keduanya.

Peng Yui meninggalkan keduanya seraya membanting pintu hingga mengeluarkan bunyi debaman yang amat keras, meninggalkan dua pemuda tampan yang terbahak karena berhasil mengerjai nona muda pemilik sifat angkuh yang hampir serupa dengan Nyonya Besar Ji.

"Aku mencintaimu." Ji Chong menyatukan kedua dahi mereka. Netra abunya terpejam erat. Xie Yun yang mendengar penuturan pemuda yang telah memeluk leher kokohnya terkesiap.

"Apakah aku salah dengar, A-Chong?" Xie Yun mengusap pipi serigala muda yang tampak memerah karena malu. Ji Chong menggeleng. Air mata di pelupuk mata pemuda manis itu perlahan keluar. Xie Yun menarik tubuh Ji Chong dan memeluknya begitu erat.

"Aku ingin mendengarnya sekali lagi. Maukah kamu mengulanginya, Kucing Manis?" Xie Yun gemas. Rasa-rasanya dia ingin memakan Ji Chong sekarang jika saja tidak mengingat keberadaan dirinya di rumah besar itu.

"Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu Xie Yun yang tampan! Singaku! Kekasihku!" Seperti ada hujan bunga di kamar itu. Perasaan haru sekaligus bahagia menjadi satu hingga melupakan fakta bahwa kebahagiaan yang mereka rasakan sekarang memerlukan perjuangan yang tidak sedikit.

Kelabu malam kian pekat, menyatu dengan hawa dingin di luar sana bersama kabut yang seperti selubung selimut. Penurunan suhu yang kian menjadi tidak memberi pengaruh besar untuk ruangan yang terasa panas karena seorang nona muda sedang melampiaskan amukan hingga membuat beberapa orang paruh baya itu tercengang nyaris hilang kendali.

"Aku ingin pernikahanku dengan Ji Chong dipercepat! Tidak peduli dia setuju ataukah tidak!"

TBC

Ujung Perjalanan (Tamat)Where stories live. Discover now