Bab 11

176 37 23
                                    

Satu hari telah berlalu. Namun, Nyonya Besar Ji masih setia dengan keputusan serta keterdiaman atas hubungan Xie Yun dengan putra tirinya. Keteguhan serta sifat keras yang sangat kuat tertanam pada cara pandang serta pola pikir Nyonya Besar Ji, membuat Xie Yun harus bersabar lebih banyak lagi. Satu bulan menaklukkan hati Ji Chong, berubah menjadi melunakkan perasaan nyonya besar pemilik gelar wanita paling keras kepala.

"Lalu?" Wanita bertubuh mungil itu sepertinya penasaran.

"Apanya?" Xie Yun memutar kursi, menyandarkan punggung di sandaran kursi dengan posisi kepala sedikit mendongak. Ia memutar-mutar pulpen dengan jemari sembari menatap netra dokter muda di hadapannya yang tengah bersedekap.

"Tsk," dokter muda itu meletakkan tangan kiri di meja kerja Xie Yun dan sedikit mencondongkan tubuh rampingnya, "apakah hanya sebatas itu?" Dokter muda itu seolah meminta kejelasan.

"Dokter Liu Enji, bisakah kita membicarakan hal yang lainnya? Ini terdengar sangat ... kamu tahu maksudku, 'kan?" Xie Yun beranjak dari duduk dan keluar dari ruangan miliknya.

"Hei! Kita belum selesai bicara, Dokter Xie!" Liu Enji mengejar Xie Yun yang sudah lebih dulu keluar dari ruangannya sambil membawa beberapa data pasien, mengabaikan Enji yang sedari tadi meneriakan namanya.

Dua dokter muda yang terlihat cukup dekat jika dilihat dari sudut pandang orang-orang di sekitar mereka. Tidak jarang perawat maupun dokter yang sudah lama melihat keakraban mereka, mengira hubungan keduanya lebih dari sekadar teman.

Bukan berarti Xie Yun tidak tahu mengenai gosip yang tengah beredar, hanya saja ia terlalu malas untuk menanggapi. Xie Yun lebih memilih memfokuskan diri dengan pekerjaan serta orang yang sudah membawa separuh hatinya hingga tidak lagi ada keinginan untuk berpaling.

Jarum jam pendek menunjuk angka dua belas. Hari sudah semakin siang, tetapi cahaya sang pemilik binar paling terang lagi-lagi datang terlambat. Suhu udara di luar masih terasa sangat membekukan.

"Sudah makan siangkah, Dokter Xie?" Liu Enji meletakkan beberapa berkas di meja untuk ia periksa nanti. Ia mendudukkan diri di kursi putar miliknya dan menggeser lebih dekat ke arah pemuda singa yang tampak sibuk dengan hasil CT scan beberapa pasien.

"Hei, jawab pertanyaanku!" Enji memukul bahu Xie Yun hingga pemuda tampan itu terkesiap.

"Yak! Aku sedang sibuk!" Xie Yun kesal, memutar kursi hingga mereka berdua berhadapan. Namun, yang membuat Xie Yun geram adalah tindakan nekat Liu Enji yang dengan sengaja menarik kursi Xie Yun hingga jarak mereka menjadi sangat dekat.

"Jangan coba-coba mengabaikan wanita cantik. Nanti susah dapat pacar," Enji berucap santai. Ia menaikturunkan alis dan menopang dagu dengan tangan kiri yang ia letakkan di lutut.

"Jangan memancing seorang singa kecuali kamu siap menerima risiko yang akan membuat kamu menyesal." Ucapan Xie Yun terdengar sangat ambigu.

"Wow, aku tercengang!" Xie Yun mematung. Ia menoleh, melihat seseorang sedang berdiri di pintu yang tengah terbuka sambil bersedekap dengan aura membunuh.

"A-Chong." Xie Yun kaget.

"Ya, ini aku. Sepertinya aku datang di waktu yang salah!" Serigala muda itu tersenyum miring. Ia merasa kesal dengan pemandangan di hadapannya yang menurut Ji Chong sangat menggelikan. Tidak perlu menunggu waktu lama, ia meninggalkan tempat itu dengan perasaan kesal sekaligus kecewa dengan apa yang sudah ia lihat. Ia merutuk pada dirinya sendiri, merasa bodoh dengan menuruti kata hati---menyusul Xie Yun ke rumah sakit tempat pemuda singa itu berkerja.

"Sial! Dasar bodoh!" Ia mempercepat langkah, tidak peduli dengan Xie Yun yang mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dengan terus-menerus mengejarnya. Kepalanya sudah dipenuhi dengan pikiran-pikiran buruk serta ketakutan yang ia sendiri tidak tahu apa alasannya.

Ujung Perjalanan (Tamat)Where stories live. Discover now