"To, gue pesen burger 1 dengan es teh manis 1, " Toto yang sedang mencatat pesanan siswa di meja 4 menoleh kearah cowok yang memanggil namanya sambil mengangkat tangan. Seperti biasa ia akan mengangguk sambil menyunggingkan senyum manis yang memperlihatkan gingsulnya yang terletak di sebelah kanan. Dengan cepat ia menghampiri pelanggan baru yang ia tahu teman sekelasnya. "Burger 1 dan es teh manis 1, ada lagi?" Ia menatap siswa dan siswi yang ia kenal bernama Renata itu sambil mencatat pesanan.
"Iya, aku To. Nasgor sosis yang pedes-des, ya To, kecapnya di banyakin dikit, trus minumnya di samain aja es teh manis 1" Toto mengangguk, " oke, tunggu bentar ya," ia pun berlalu dan mulai sibuk membantu Nek Tati membuat pesanan siswa-siswi yang mulai datang di kantinnya.
"Gue duduk disini enggak masalah kan ya?" Toto yang sedang mengaduk nasi goreng di wajan besar itu mengangguk sambil tersenyum. "Iya, maap ya aku sambil kerja ini gak apa-apa ya, mmm Jony dan Renata kan?" Kedua siswa itu mengangguk.
"Wih hebat juga lu ngaduk-ngaduk gitu, kuat juga tenaga lu, bro. Kira-kira berapa porsi tuh?" Jony saking tertariknya sampai berdiri memperhatikan Toto yang sedang meratakan bumbu nasi goreng.
"Gak hebat, Jon. Cuma karena udah biasa jadi udah gak berat lagi. Ini 6 porsi aja." Jony berdecak kagum mendengarnya. Toto mematikan api kompor dan mulai memasukkan ke piring satu persatu. "Nah ini pesanan Renata ya,"
"Oke makasih ya To," Tak lama burger pesanan Jony juga sudah dibuat oleh Nek Tati. "Wih, Nasgor buatan kamu enak banget To!" Puji Renata dengan mulut penuh.
"Beneran Ren, gue numpang icip dong?" Jony mencoba meraih sendok, tetapi ditepis Renata cepat. " Idih, ogah! Rugi sesendok dong gue."
"Elah sesendok doang, gue penasaran,"
"Tapi janji traktir gue besok nasgor Toto lagi, deal?" Renata mengacungkan sendok ke arah Jony, "iya, deal! Suapin tapi! Oy cepetan Ren!" Dengan wajah ditekuk Renata menyuapi Jony dengan sesendok penuh nasi goreng.
"Gila, bener lu Ren. Gak bohong ini mah. Wiih auto langganan gue nasi goreng ke lu bro. Sumpah enak bener! " Toto tertawa pelan mendengar sanjungan kedua siswa di depannya yang hanya terpisah etalase berisi bahan-bahan dagangan.
"Makasih deh pujiannya, syukur kalo kalian suka rasanya."
"Bang!"
Toto yang sedang asik berbicara dengan Renata dan Jony menoleh ke arah suara cewek yang kini berjalan cepat ke arahnya.
"Widih, si adek-adek pemberani. Mau makan juga dek?" Tanya Jony sok akrab kepada dua anak kelas X yang kini menjadi sorotan karena tragedi MOS. "Dea sama Salsa kalau gak salah, kan?" Tanya Toto.
"Iya Bang, sebelumnya kita mau ngucapin makasih ke Abang buat yang waktu itu." Toto hanya tersenyum ke arah mereka berdua, " oya, Abang dapat salam juga dari Bunda," Dea melanjutkan ucapannya.
"Widiih, menang banyak lu bro, dapet makasih dan salam dari calon emak mertua sekaligus, ehehehe." Renata menggeplak kepala Jony. "Gak usah didengerin, dek. Sinting dia!" Orang yang berada di situpun tertawa bersama mendengar ucapan Renata.
"Eh, duduk di sini dek, gabung sama kakak di sini. Biar akrab kita-nya." Renata menggeser duduknya ke samping Jony dan membiarkan Dea dan Salsa duduk di seberangnya. Meski sungkan kedua siswa baru yang imut-imut itupun duduk dan memesan nasi goreng atas saran Jony yang superheboh menjelaskan tentang rasanya.
PRANG!
"WOY MANA PENJAGA KANTINNYA NIH!"
Sekelompok cowok-cowok berbadan tegap dan berantakan masuk sambil membuat keributan. Kantin langsung ricuh dan terdengar gelas yang sengaja dijatuhkan membuat bunyi pecahan kacanya terdengar nyaring.
"Elah, ngerusuh terus tu bocah!" Geram Jony pelan. "Siapa kak? Kakak kenal?" Tanya Salsa pelan. Wajah Jony yang sejenak tadi tampak merah kini kembali terlihat konyol. "Dih kok kakak sih, Abang dong, masa ke Toto manggil Abang ke aku enggak sih!" Salsa dan Dea nyengir, Renata kembali menggeplak kepala Jony dengan tampang kesal. "Dih, kepala gue!" Jony mengusap kepalanya sambil bersungut-sungut.
"Itu anak kelas XII IPS C. Biang kerok di SMA kita. Kalau kalian mau tau nih ya, anak-anak jebolan kelas IPS C itu rata-rata anak bermasalah semua, tapi tetap bisa bertahan di sini karena ini nih!" Renata menggesek jari jempol dengan telunjuknya.
"Tapi kok gitu sih, kak? Aku fikir semua anak disini karena pintar semua, mmm kaya plus pintar gitu deh," bisik Dea. Jony dan Renata Nyengir. "Gak semua kok, nih lihat buktinya si Jony, ujian remidial mulu, tugas nyontek mulu. Peringkat aja 30 dari 30 siswa, kebayang gak tuh!" Mereka tertawa bersama, mengejek Jony yang kini bersungut-sungut.
"WOY!"
suara biang kerok dari kelas XII itu terdengar lagi dan membuat setiap pasang mata mengarah ke arah mereka. Disana juga terlihat Toto yang berdiri tenang menghadapi tubuh-tubuh besar bertindik itu. Tampak cowok berambut pirang karena diwarnai menarik kerah Toto.
"Itu Jay, ketua perusuh dari kelas IPS," bisik Renata, "Jon, lu bantuin Toto gih, bisa bonyok sohib baru kita tuh!" Jony yang sejak tadi siap pasang badan pun langsung melesat ke arah Toto yang masih dicekik Jay.
"Sadis ya, kak." Cicit Salsa. Yang membuat dua cewek di dekatnya menoleh. "Selamat datang di sekolah elite kita dek. Kalian harus terbiasa dengan ini semua. Sekolah ini keliatannya aja kalo dari luar bagus, kalo kalian udah menjadi bagiannya, baru tahu deh gimana anehnya, kakak dulu juga gitu." Renata tersenyum prihatin melihat adik kelasnya terlihat berwajah tegang.
Renata berasumsi bahwa mungkin saja kedua anak baru ini awalnya menilai SMA Pancasila adalah sekolah elite yang semuanya teratur sesuai aturan pendidikan. Makanya ketika mereka berhadapan dengan kenyataan bahwa banyak sekali konflik di dalamnya mulai dari masalah pergaulan hingga ekonomi, mereka begitu terkejut dan kebingungan. Renata tak merasa heran lagi, begitu kebanyakan anak-anak berprestasi brrasumsi ketika ingin bergabung di SMA Pancasila. Bahkan sudah menjadi rahasia umum dikalangan akademisi SMA Pancasila banyak kejadian pelecehan hingga berujung pembunuhan terjadi di SMA ini. Dan semua itu, memakan korban anak-anak berprestasi dari kalangan menengah kebawah.
Renata tak tahu, apa yang menyebabkan perbedaan kasta itu merenggut begitu mudah nyawa orang lain.Ia sendiri dari kalangan menengah atas, dan juga bukanlah siswa yang tergolong berprestasi, tapi tidak pernah ada niatan di hatinya untuk memusuhi siswa-siswa berprestasi di kalangan bawah.
Renata mengalihkan tatapan kearah Jony yang kini mencoba melerai Jay yang masih menunjuk-nunjuk wajah Toto yang masih tak bereaksi sama sekali. Renata tersenyum melihat ekspresi yang dibuat Toto. "Dari sekian lama, cuma kamu yang bisa berekspresi seperti itu di depan Jay, To."
Sebenarnya... Siapa kamu?
00.50 am
20 des '20
YOU ARE READING
• JENNY 💘 [On going]•
Teen Fiction[update liat sikon part ]✓ Tinggalin jejak vote and comment✓ Yang follow vomment ada feedbacknya bertebaran✓✓ -when love is defeated by prestige- Jenny adalah primadona di SMA Pancasila dengan predikat kaya dari oroknya bersama empat personil gengny...
![• JENNY 💘 [On going]•](https://img.wattpad.com/cover/221415489-64-k272147.jpg)