💘Part 6 💘

20 1 0
                                        

Hari masih menunjukkan pukul 4 pagi. Waktu yang masih terlalu awal untuk beraktifitas terutama bagi kebanyakan siswa di SMA Pancasila yang terkenal elit. Tetapi tidak untuk seorang Toto. Di hari yang masih berselaput embun lembab itu, ia sudah segar meskipun belum mandi. Sudah sejak tadi ia bersama Nek Tuti menyiapkan segala macam dagangan untuk dijual di kantin SMA. Di rumah yang sederhana itu, telah terang benderang dengan aktifitas dan sesekali terdengar obrolan ringan.

"Kalau masih ngantuk jangan maksain diri ya, To. Kamu kan harus sekolah juga, Nenek  gak enak kalau terus-terusan ngerepotin kamu." Toto tersenyum lembut dan tetap asik memasukkan buah-buahan ke keranjang. "Gak papa kok, Nek. Toto udah bilang kan Nenek gak boleh ngomong gak enak atau ngerasa ngerepotin Toto gitu? " Toto memegang tangan yang sudah terlihat keriput itu.

"Yang seharusnya banyak istirahat itu kan, Nenek. Nenek udah gak muda lagi loh, tapi tetap aja kerja keras kayak gini. Jadi sekarang, biarin Toto yang lebih banyak bekerja dari Nenek ya, Nenek gak usah khawatir." Mendengar hal itu Nek Tuti menyusut air mata dengan jarinya sebelum meleleh jatuh kepipi. Ia menggeleng lemah.
"Gak bisa, To. Chaca sama Cicy masih kecil dan butuh biaya besar. Nenek ndak bisa biarin kamu mikul beban itu. Itu tanggung jawab Nenek."

"Gak papa, Nek. Semuanya pasti bakal lancar, dan Toto yakin, dengan kita jualan di kantin SMA Pancasila penghasilan kita lebih baik dari kemaren-kemaren. Kalau kata Nenek kan asal kita jujur dan yang kita jual juga bersih dan segar, pasti banyak pelanggan kan. "  Nek Tuti tersenyum mendengar kata-kata Toto yang selalu optimis. Ia mengusap kepala pemuda berusia 17 tahun itu. "Nenek gak tau kebaikan apa yang sudah Nenek lakukan sampai bisa kamu bantu seperti ini, To."

"Nenek selalu buat kebaikan kok, membesarkan Chaca sama Cicy, selalu sabar juga meskipun hidup Nenek sederhana. Dan bukan Toto yang merubah semua ini, Tito cuma bantu kok. Toto kedepan dulu ya, mau angkat buah-buah ini ke motor." Dan pemuda itu meninggalkan Nek Tuti yang masih memandang kepergian Toto dengan perasaan kagum sekaligus iba.

"Semoga kamu bahagia selalu ya, To. Anak sebaik kamu pantas bahagia."

💘💘💘

"Bener gak sih kalo si penjaga kantin itu anak pindahan?"
"Ah masak lu? Pake apa coba dia bayarnya, gak mungkin kan pake daun, hahahah"

"Anak baru itu cute banget loh, aku gak sengaja ketemu pas beli aer mineral di kantin, eh ternyata lapaknya dia. Ambooy.. auto ngelonjak jantung gue!"

"Iya senyumnya itu loh, duuh, mau putus aja deh ama pacar gue demi dia. Biar deh makannya gue tampung tiap hari gue ridho. Mudah-mudahan dia sekelas ama kita biar dapet refreshing mata tiap saat."

Bisik-bisikan itu berdengung di beberapa kelas XI di SMA Pancasila. Banyak versi anggapan tentang kehadiran siswa pindahan di sekolah mereka. Bagi anak konglomerat, mereka melecehkan Toto dengan sejadi-jadinya karena merasa terhina dengan adanya ras-ras klan bawah di sekitar mereka. Tetapi ada juga yang cuek bahkan menerima kehadiran cowok pindahan yang sudah menarik perhatian mereka sejak tragedi MOS itu.Begitu juga dengan kelas XI IPA A. Surganya cewek dan cowok kece dengan deretan kata mewah di sekujur tubuh mereka. Kelasnya Jenny and the geng!

Kelas XI IPA A juga gempar ketika mendengar berita bahwa siswa pindahan yang dari klan biasa itu  akan sekelas dengan mereka, mengingat kelas mereka diisi oleh anak-anak terlanjur kaya meskipun otaknya sebelas duabelas dengan udang. Mereka kebanyakan tidak berprestasi di akademik, melainkan di bidang olahraga, seni musik hingga modelling.

Kasak-kusuk mereka berhenti ketika guru pelajaran pertama masuk. Kebetulan yang sangat merugikan mereka karena jam pertama adalah pelajaran BK, dan mereka tak akan dapat melakukan apa-apa pada si siswa pindahan karena pelajaran di bawah pengawasan Bu Tati.

"Sstt.. Bu Tati datang!" Seorang cowok kurus pucat yang duduk di dekat pintu meneriaki teman-temannya, membuat beberapa anak yang tadinya duduk di atas meja sontak meloncat dan beratur rapi. Kelas seketika sepi dan senyap. Hanya napas mereka dan pandangan mata yang begitu penasaran dengan sosok pemuda yang mengikuti di belakang Bu Tati.

"Pagi semuanya.." Bu Tati tersenyum di wajah yang datarnya sambil menyapu pandangannya ke seluruh kelas.

"Selamat pagi, Bu."

"Pa-pagi, Bu"

"Pagi juga..."

Respon kelas terhadap sapaan Bu Tati bermacam-macam. Ada yang takut, ada yang malas, ada yang sekedar mencari perhatian agar dapat nilai bagus. Bu Tati tidak mempermasalahkan itu. Asal mereka tidak tidur atau buat keributan, baginya tidak masalah, karena karakter anak didik berbeda-beda sesuai psikologis mereka.

"Baik sebelum kita melanjutkan pelajaran kita seperti biasa, Ibu ingin memperkenalkan teman baru kalian," pandangan mata dikelas itu berpindah kepada Toto yang berdiri dengan tenang meski tetap sopan. "To, silahkan pernekalkan diri kamu."

Toto melangkah satu langkah ke depan dan tersenyum keseluruh kelas.

"Selamat pagi teman-teman, " mulainya,
"Pagiii.."
"Perkenalkan Saya Tomy Arkantara, panggilan akrab saya Toto. Silahkan panggil saya Toto. Semoga kita bisa akrab, dan mohon bantuannya." Toto sedikit membungkukkan tubuhnya. "Terimakasih.."

"Baik, terimakasih Toto sudah memperkenalkan diri, apa ada yang ingin ditanyakan?" Salah satu cewek yang duduk di barisan belakang mengangkat tangannya. Membuat kelas sontak menoleh ke arahnya

"Ya, silahkan Renata." Cewek yang di sebut Renata itu berdiri dan menatapi Toto dengan pipi merah dari balik mejanya. "Pe-perkenalkan, To, aku Renata. A-anu.. kamu.. kamu gak bilang pindahan dari sekolah mana.. cu-cuma itu."

Srrkk!

Renara menarik kursinya dengan gugup dan terlihat ia menarik napas dengan sangat dalam. "Elaah sampai gugup lu, Ren," ejek cowok yang kursinya di samping kanan Renata.
"Bacot lu, gue tampol nih!"
"Huuu..."

"Sudah-sudah. Suara kalian nanti terdengar ke kelas sebelah yang lagi belajar.   Toto silahkan duduk, di sana ada kursi kosong di pojokan, di samping Jenny."
Jenny yang memang duduk di barisan tengah belakang tersentak mendengar perkataan Bu Tati. Tapi protes juga percuma kan?

"Bu pertanyaan saya kok gak di jawab?" Renata sewot. "Ah.. iya, dari datanya Toto ini pindahan dari SMA Katulistiwa. Buat detailnya kalian bisa tanya-tanya saja nanti saat istirahat, biar kalian bisa akrab juga. Baik, kita mulai pembelajaran hari ini." Dan pembelajaran pun dimulai dengan bisik-bisik siswa kelas XI IPA A dengan kenyataan bahwa siswa 'biasa' pindahan itu, mantan siswa di sekolah elit bagian selatan yag tiap tahunnya menjadi pesaing SMA Pancasila dalam setiap kejuaraan.

Lima personil Jenny saling melempar pandang dalam diam, lalu dalam diam juga mereka memandangi Toto yang tetap fokus  mencatat penjelasan Bu Tati terkait materi tentang permasalahan belajar bagi siswa. Mereka tidak menyangka, mereka memilih musuh yang yang alot juga.

Bersambung...

3 des '20


• JENNY 💘 [On going]•Where stories live. Discover now