Friendship Still Fine

265 27 12
                                    

Thanks God It’s Friday. Hermione diam-diam sudah merencanakan ini bersama Harry dan juga Lily. Bahwa mereka memutuskan menikmati malam akhir pekan di funfair yang diadakan di daerah tempat mereka tinggal.

Setelah satu minggu lebih mereka merencanakannya karena selain susah menemukan Funfair yang tepat, susah pula meluangkan waktu. Apalagi Harry sudah mulai bekerja lagi.

Kebetulan sekali tak jauh dari tempat tinggal mereka, di tengah lapangan terbuka digelar Funfair. Karena pada saat-saat seperti ini memang sedang musimnya. Hari ini adalah hari yang tepat, Harry kembali diliburkan lagi dari tempat kerja.

Meskipun besok baik Hermione maupun Harry sama-sama sibuk untuk finalisasi majalah sekolah, mereka tetap berusaha santuy dengan malam ini demi Lily yang sudah bersemangat sekali. Hermione juga sudah berjanji untuk menemani mereka ke Funfair. Bayang-bayang ujian akhir semester masih hitungan hari bahkan minggu, bisa dilewati sebentar tidaklah masalah.

Malam menyenangkan ini tidak bisa lagi ditunda apalagi usai ujian akhir nanti Hermione tidak bisa bernafas lega sekalipun mampu menuntaskan semua mata ujian. Karena dia harus menyiapkan diri mengikut final audisi model. Sehingga akan sulit untuk meluangkan waktu.

“Ingat! Kau pergi bersama mereka untuk mengurangi sedikit beban mereka.” Pinta Mary ketika Hermione hendak berangkat ke funfair. Harry dan Lily sudah menunggu di luar rumah.  “Jadi, akan sangat sempurna jika kau tidak terlalu memperlihatkan masalah yang sedang kau alami.”

“Aku tahu mom, aku juga tidak ingin Harry khawatir. Lagipula aku sudah tidak lagi punya masalah dengan Draco maupun sahabat-sahabat yang lain.” Meski demikian Hermione masih merisaukan soal atmosfer sekolah yang sedang headline membicarakan tentang dirinya dan Harry. Jujur saja dia masih merasa risih dan terbebani. Apakah Harry juga merasa demikian?

Mary paham apa yan dirasakan putrinya tetapi dia meyakinkan bahwa tidak perlu ambil omongan orang ke dalam hati. Mereka berdua harus bersahabat dengan baik. Karena intinya adalah ketulusan dari mereka sendiri dalam menjalin hubungan bukan dari tanggapan orang-orang.

***

“Hai Harry, Hai Lily!” Sapa Hermione begitu dia menghampiri mereka. Entah kenapa melihat senyum Harry membuat Hermione merasa lega karena senyum itu masih terasa tulus terpatri disana.

Mungkin Hermione bisa membicarakan apa yang mengganggu pikirannya bahwa dia merasa tidak enak jika sampai Harry merasa terbebani sejak dekat dengannya.

Harry tidak suka keramaian dan karena Hermione selalu berjalan disampingnya, dia mendapat bisikan-bisikan kurang menyenangkan di belakang setiap dia melangkah melewati orang-orang.

“Hai Hermione.” Balas Harry dan Lily bersamaan.

“Kau sudah siap?” Tanya Harry.

“Tentu saja.”

Baiklah, batin Hermione. Malam ini tidak boleh ada pikiran-pikiran konyol menganggu waktu yang sudah ditentukan untuk bersenang-senang.

***

Mereka sampai di Funfair yang sudah penuh sesak orang-orang memenuhi lapangan terbuka itu. Sudah lama sekali sejak terakhir kali Hermione mendatangi tempat seperti ini.

Seperti mengulang kembali masa kanak-kanak dan dari wajah Harry tersirat di masa kecilnya belum pernah menyaksikan gemerlap warna-warni hiruk-pikuk pasar malam. Dia bahkan menunjuk-nunjuk wahana permainan dan bertepuk tangan melihat badut-badut lewat di sepanjang jalan.

Lily jauh lebih heboh. Dengan bandu kelap-kelip telinga kelinci yang dibelikan oleh Harry sewaktu memasuki pintu masuk, beteriak bahwa jika bisa dia ingin menaiki semua wahana yan ada.

Hogwarts School Love Story (Harry Potter Fanfiction)Onde histórias criam vida. Descubra agora