16. A Pounding Heart

111 8 2
                                    

My Gay Boyfriend

Bagian Enam Belas

A Pounding Heart


***

"Iya gue cewenya Jovan Ellias Watson yang lo bilang ga normal barusan. Kenapa? Ada masalah?"

Pertanyaan yang ia lempar kemarin itu sepertinya akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Satu sisi ini lah yang dia ingin lakukan sedari kenal sahabatnya, membalas perbuatan orang yang menjahati Jovan. Tapi disisi lainnya juga dia berpikir, salah apa tidaknya langsung menembak kata-kata cukup pedas seperti itu.

Adora hanya takut sahabatnya merasa tidak enak mendapat pengakuan yang tidak nyata adanya.

'Yaudah lah.. gapapa, kan buat ngebelain Jovan juga.' Batin Adora.

Sepanjang jalan koridor sekolah ia menunduk tanpa melihat apa yang akan dilewatinya, kalaupun ada yang menabraknya pasti hanya ringisan kecil saja tidak ada protes sekalipun.

Entah kenapa rasanya Adora sangat mengingat perubahan emosi dari diri sahabatnya itu setelah kejadian pembalasan. Ekpresi satu-satunya yang paling condong terlihat, jelas sekali ada rona di pipi Jovan layak kepiting rebus. Jadi rasa bersalah yang menumpuk menjadi beban nya sekarang, didalam benak Adora hanya terselip 'Jovan marah atau malu sih? ...'

Bahkan sesampainya di rumah, Jovan sama sekali tidak membahas hal itu dan juga ekspresinya yang berubah menjadi lebih tenang. Cukup membuat Adora kebingungan..

"Pagi, Adora!"

Sapa salah satu teman sekelasnya, dengan tepukan pada bahu Adora. Membuat reflek tersendiri untuk tubuhnya.

"ASTAGA, NATHANAEL!"

"Lo kenapa? Dari koridor gue perhatiin diem aja. Udah gue jailin depan jendela tetep aja diem. Masalah apa sekarang?" Jawab Nathanael mengambil kursi dan duduk dekat Adora seraya mengunyah cemilannya

"Nothing. Gue lagi ga mood, please take your snack and go way. I'm sleepy."

"belom selesai gue tanyain. Udah diusir aja gue. Yaudeh, gue pergi nih!" Nathanael langsung mengambil semua snacknya, kemudian berlalu begitu saja. Diantara semua temannya, hanya dia yang paling mengerti. Terlebih Adora tipe orang yang suka basa basi tiba-tiba ngomel seperti itu pasti ada sesuatunya. Entah apapun itu.

Disisi lain, ada Jovan yang sama uring-uringannya seperti Adora. Bedanya sahabatnya itu karena merasa bersalah, sedangkan diri nya sendiri merasa ada sesuatu yang aneh. Biasanya pasti dia akan mengoceh soal pembelaan Adora yang tidak benar, tapi kali ini entah mengapa rasanya ia tak mau mencegah apalagi mengubah pernyataan itu.

Singkat cerita, sudah beberapa hari Jovan dan Adora saling menghindar yang biasanya apa-apa selalu barengan mereka jadi lebih sendiri. Kalau ditanya heran apa tidaknya teman-temannya yang lain, jelas heran. Terlebih lagi Deyandra yang selalu bertanya pada Adora.

"Lo, berantem nya lama banget sih sama Jojo." Ucap sahabatnya Adora dengan nada yang lantang. Adora menghembuskan nafas panjangnya, malas sebenarnya tapi Deyandra banyak omong.

"Gue udah bilang, mana ada berantem"

"Trus lo kenapa dih, kok diem-dieman sama Jovan?"

"Deyandra yang cantik. Listen to me, nothing happend between us."

"Heuh... Iya deh, tapi ya--"

"Sshhh.. I don't want to much talk. Silent please" Ucap Adora menempelkan jari telunjuknya pada bibir Deyandra kemudian tersenyum tipis.

Deyandra hanya menurut saja pada sahabatnya itu. 

Disisi lain, ada Jovan yang sebenarnya sedang berperang perasaan. Kenapa? apa yang terjadi? Apapun itu, sudah pasti yang dia rasakan hanyalah kegelisahan, dan keanehan. Saat itu sebenarnya ia senang kalau sahabatnya itu membelanya tapi entah mengapa ada sesuatu yang membuatnya merasa aneh dan dia pun tidak tau apa yang dirasakan.

My Gay BoyfriendWhere stories live. Discover now