"Iya, Ayah. Temen-temen Luna baru aja pulang tadi."
"Wah, kayaknya Ayah memang disuruh jemput Luna ini. Ayo, kamu pulang bareng Ayah kalau begitu," kata Ayah merangkul tubuh Luna kemudian.
Sepanjang di perjalanan pun, ketika Luna memancing lagi tentang bagaimana kabar Ayah hari itu, Ayah kukuh mengatakan bahwa ia berbahagia dan baik-baik saja sehingga apa pun yang Ayah kembali tanyakan pada Luna, Luna belajar membilas perasaannya dengan senyuman.
Kembali pada saat ini, karena Bunda mulai pasif menanggapi perilaku Ayah yang kabur dari rumah, Luna pikir Bunda tidak lagi menganggap penting terkait bersama siapa Ayah pergi keluar sekarang. Seperti halnya Ayah yang sudah sejak lama muak berbicara dengan Bunda, ribut yang terjadi di antara keduanya hanya memberi kesan saling membenci untuk menegaskan seberapa besar luka yang tertera di masing-masing perasaan.
Tring
Pengirim: 081xxxxxxxxx
Malam, Lu.
08.30 PM.
Tiba-tiba, dering notifikasi yang berbunyi dari ponsel mengalihkan atensi Luna. Satu pesan baru yang masuk kemudian menyibukkan kembali pandangan Luna.
Pengirim: 081xxxxxxxxx
Belum tidur, 'kan? Tebak gua siapa?
08.31 PM.
Penerima: 081xxxxxxxxx
Tama?
08.31 PM.
Pengirim: 081xxxxxxxxx
Loh, kok, langsung tau, sih?
08.32 PM.
Luna tersenyum tipis. Lucu bagimana permainan tebak-tebakan ini sedikit menghiburnya sekarang.
Penerima: 081xxxxxxxxx
Sepanjang aku hidup, sebutan 'Lu' baru aku terima dari kamu doang Tama.
08.32 PM.
Pengirim: 081xxxxxxxxx
Oh, ya, ampun. Lupa udah ketik 'Lu' duluan tadi :(
08.33 PM.
Kekehan kecil terhambur dari cara Luna menutupi lekuk bibirnya. Tama ini ada-ada saja. Apa laki-laki itu benar berharap Luna akan kesulitan menjawab jika siang tadi, bahkan Tama sudah terang-terangan berkata ingin mengirim pesan setelah meminta kontaknya?
Pengirim: 081xxxxxxxxx
Lu, lagi apa sekarang? Masih belajar?
08.34 PM.
Isi pesan tersebut, sontak membuat Luna memindai keadaan sekitar. Tak seperti bisanya, kasur yang Luna tempati sekarang tengah berantakan sekali. Dipenuhi setumpuk buku bacaannya yang tergeletak asal, kertas rangkuman yang bertebaran, serta sketsa gambarnya yang terbuka.
Tadi, Luna memang berniat ingin belajar. Namun, pikirannya tidak bisa fokus sedikit pun sebab sudah tercerai-berai semenjak Ayah dan Bunda bertengkar beberapa jam yang lalu. Hingga kini, suram suasana itu masih membekas meliputi hati Luna. Luna sulit bergerak karena benaknya belum lepas dipenuhi oleh ketakutan yang bukan-bukan.
Penerima: 081xxxxxxxxx
Maunya begitu. Tapi, suasana rumah lagi kurang nyaman dan aku terlalu capek buat lanjut belajar sekarang. Kalau kamu? Lagi sibuk apa?
YOU ARE READING
MALA
Teen FictionSemenjak kepindahannya di lingkup elite SMA Bina Bangsa, Tama perlu mengasingkan keberadaannya yang tak sesuai dengan segala kebaikan. Kehadiran Tama itu tidak diharapkan. Tama takut jika ia bebas membuka diri, nantinya ia akan kembali merugikan ban...
27. Selamanya
Start from the beginning