"Hais... bagaimana bisa dia mengatakan hal itu pada bocah ini," gumam Seokjin masih terkekeh.

"Wah hyung! Jadi benar?" Jungkook menutup bibirnya yang sudah membentuk huruf O."Kenapa selama ini aku tidak tahu? Jadi hyung melakukannya dengan siapa?"

Seokjin menjitak kepala sang maknae. "Jauhkan pikiran kotormu, ini bukan obat kuat seperti yang kau pikirkan."

"Lalu apa?" Karena yang Jungkook tahu hanya obat kuat yang itu, yang dipake untuk itu loh.

"Obat kuat itu hanya perumpamaan. Yang aku maksud itu sesuatu yang bisa mengurangi rasa lelah. Aku sering lupa namanya jadi kusebut saja obat kuat," jelas Seokjin sebelum bocah itu semakin berpikiran yang tidak-tidak.

Jungkook mangut-mangut. "Oh jadi bukan obat kuat yang itu yah?"

"Bukan!" Seokjin menegaskan. Lalu mengusir sang maknae.

Jungkook yang sudah mendapat pencerahan pun kembali menghampiri Gina. "Wah... Bagaimana bisa kau menipuku."

Gina terkekeh. Karena reaksi Jungkook sama seperti reaksinya saat pertama kali Seokjin meminta dirinya membelikan obat kuat, yang dimana maksud Seokjin itu sesuatu yang Gina berikan pada dirinya terakhir kali saat Seokjin merasa lelah karena menyetir terlalu lama sepulangnya dari liburan.

"Jungkook-ah, kau sudah packing?" tanya Gina mengganti topik.

Jungkook menggeleng. "Nanti aja."

"Aku bisa bantu kalau kau mau packing sekarang." Gina menawarkan karena manager sejin berpesan agar ia memastikan semua member sudah selesai packing hari ini.

Jungkook membaringkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tengah. "Aku kumpul niat dulu."

Bersamaan dengan itu Yoongi memunculkan diri, berlenggang melewati Gina untuk mengambil sebotol minuman dingin dengan wajah datar nan dingin miliknya. Yoongi sempat melirik Gina sekilas, tapi tak bermaksud menyapa. Entah, hatinya sedang kesal.

Gina yang sudah terbiasa akan wajah datar Yoongi pun tak menepik jika netranya kini menangkap sepercik kekesalan di wajah datar Yoongi itu.

Gina mengernyit heran, tak begitu paham akan gurat kekesalan Yoongi yang tampak ditujukan padanya itu. Tapi kenapa? Bukankah seharusnya dia yang melakukan itu sekarang karena Yoongi membatalkan janjinya semalam?

Ah, tidak.

Sepertinya ini hanya firasatnya saja. Lagi pula kehidupan Yoongi bukan hanya tentang dirinya. Kalaupun gurat kekesalan yang ditangkapnya itu memang benar adanya pasti itu karena hal lain. Pikir Gina menyimpulkan.

"Yoonki-ah, kau sudah packing?" tanya Gina manis tanpa memikirkan gurat kekesalan Yoongi lebih jauh.

"Sementara," ujar Yoongi datar sambil berjalan kembali menuju kamarnya.

"Biar kubantu." Gina mengekori Yoongi dari belakang dengan membawa barang belanjaan pesanan Yoongi.

Mungkin dengan cara membiarkan Gina membantunya packing, Yoongi dapat menghilang kan rasa kesalnya yang entah bagaimana memang disebabkan karena Gina.

Beberapa pakaian Yoongi keluarkan dari dalam lemarinya, yang kemudian dimasukkan Gina kedalam koper dengan rapi.

"Obat-obatan mu tidak ada?" tanya Gina ketika selesai mengatur pakaian Yoongi.

"Ada kru bagian kesehatan yang juga ikut," jawabnya, masih sibuk dengan urusannya sendiri. Setidaknya bantuan Gina sekarang berhasil mengikis sedikit demi sedikit kekesalannya tadi.

"Yah, setidaknya kau juga punya cadangan, kan kita gak tahu apa yang akan terjadi nanti."

Prinsip yang selalu dipegang Gina, sedia payung sebelum hujan.

Destiny With Bangtan (COMPLETED)Where stories live. Discover now