Seorang gadis sedang duduk di atas sebuah kursi yang dekat dengan pembatas rooftop gedung bertingkat, di depannya tampak pemandangan gedung-gedung yang tak kalah tingginya dengan hiasan cahaya lampu yang gemerlap. Matanya terpejam dengan tangan yang terlipat di atas pembatas, menikmati hembusan angin malam yang menerpa wajahnya.
Setelah terasa cukup, gadis itupun membuka matanya secara perlahan, lalu mendongakkan kepalanya keatas, manik matanya menatap langit malam yang dihiasi bintang-bintang disertai cahaya bulan yang mengintip di balik awan. Tampak indah.
Namun, indahnya suasana malam ini berbanding terbalik dengan suasana hatinya yang sangat tidak baik.
Sungguh ironi, tak seharusnya ia begini. Perasaan yang tak semestinya ada, dan memang sepatutnya tidak untuk benar-benar ada bagi gadis itu kepada seorang laki-laki yang ia anggap sebagai sosok terbaik dalam hidupnya. Seseorang yang membantu dirinya keluar dari jeruji kendali orang tuanya. Seseorang yang tak lain teman masa kecilnya. Yang ia pikir akan selalu bersamanya, tapi ternyata ia harus menyadari bahwa seseorang itu sudah menjadi milik orang lain.
Huft.
Gadis itu menghela nafas perlahan.
"Aku merindukannya," ucap lirih gadis itu seraya menundukkan wajahnya ke atas lipatan tangannya lalu terisak.
**
A/N
Hallo guys, Ini cerita pertama yang aku publish dari sekian cerita yang cuma nyantol di draf hhi... semoga kalian suka yaa ;)
Jangan lupa Vote & coment yooo
YOU ARE READING
In The Frame
Teen FictionIbaratkan seekor burung yang terkurung dalam sangkar. Di pelihara dengan sebaik-baiknya, di jaga dengan seapik-apiknya. Tapi ingatlah, meski diperlakukan dengan baik, ia tetaplah seekor burung yang seharusnya terbang bebas, mengejar mimpi tanpa bata...
