31|La Moustahila|

6 1 0
                                    

Juliana Indigo tengah mendengarkan sebuah lagu La Moustahila di depan masjid Muhammad Al-Amin, setelah menunaikan salat Isya

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Juliana Indigo tengah mendengarkan sebuah lagu La Moustahila di depan masjid Muhammad Al-Amin, setelah menunaikan salat Isya. Di sana ia tengah menunggu Baba yang berada di perjalanan untuk menjemputnya, terasa aneh saat memutar ulang memori ketika dirinya melihat Blackrider di dalam pesawat. Bahkan tampaknya pemuda itu seperti tidak mengenal dirinya, leher yang dibalut gips, dan kepalanya yang diperban itu sudah jelas menandakan bahwa Blackrider sedang tidak baik-baik saja. Mungkinkah Blackrider mengalami amnesia? Batinnya. Dan ia langsung menyadari bahwa ia juga mendapati gadis yang pergi bersama pemuda itu, tentu saja ia tidak bisa mengenalinya, karena gadis itu mengenakan kerah jaket hingga menutupi separuh hidungnya.

Jika dilihat dari matanya setidaknya Juliana merasa tidak asing dengan gadis itu, namun ia tidak mungkin menebaknya tanpa membuktikannya terlebih dahulu. Suara klakson memecahkan lamunannya, seketika ia mengalihkan pandangan pada sebuah mobil terletak di sebrangnya, ia langsung tahu siapa pemilik mobil tersebut, sebelum beranjak menghampiri Juliana mendapati Baba menuruni mobil, membuatnya merasa bersyukur, karena akhirnya seseorang yang telah ia nantikan kini hadir. Senyumnya merekah ketika keduanya berjalan menghampiri.

"Baba!" serunya, kemudian memeluknya, hal yang telah lama tak dirasakan, peluk kasih dari kedua orang tuanya.

"Julie!" balas Baba, lalu melepas peluk, meneggenggam kepala putrinya, membawanya mendekati bibir kemudian mengecup keningnya. "Apa kabar sayang?" tanyanya kemudian.

"Alhamdulillah, aku baik-baik saja," jawabnya tampak ceria.

Keduanya beranjak menuju sebuah mobil, Baba merangkul Juliana dan baru melepasnya setelah putrinya tiba di depan pintu mobil, lalu ia berlari untuk menghampiri pintu mobil sebelahnya.

"Bagaimana kuliahmu?" tanya Baba, sesekali menatap Julie.

Juliana tidak beralih dari pandangan lurusnya, menatap jalan raya. "Alhamdulillah," jawabnya. "Hasil ujianku bagus, namun," Barulah ia menoleh ke arah Baba sejenak, lalu kembali menatap ke depan. "Terjadi masalah dengan sahabatku," lanjutnya, yang berakhir dengan desah napas.

Sementara itu Blackrider tiba di Tokyo pada waktu lebih larut daripada ketibaan Juliana di Beirut, Shireen yang pergi bersamanya mengajaknya untuk beristirahat di sebuah vila, gadis itu menjelaskan bahwa esok hari mereka akan pergi ke kantor polisi untuk mengurus hal penting, Blackrider yang tak mengingat apa pun rasanya seperti tak mengerti apa-apa, ia telah dibuat percaya oleh Shireen bahwa gadis abu itu adalah calon istrinya. Selama ini pemuda itu tinggal di rumahnya dengan memberi alasan kepada ibunya bahwa Blackrider adalah orang yang akan membeaskan Edloss Grey, sang ibu rupanya tidak sulit untuk percaya pada putrinya, yang sebenarnya wanita itu tak mengetahui apa pun selain apa yang telah Shireen ceritakan. Dan seharusnya sang ibu lebih banyak bertanya tentang apakah itu semua adalah benar?

Blackrider memasuki kamar mandi, berdiri di depan cermin, menatap bayangan dirinya pada cermin. Perban dan gips yang membalut kepala dan lehernya selalu membuatnya berpikir bahwa kecelakaan yang dialaminya pasti parah, karena sejak ia tersadar Shireen hanya mengatakan bahwa Blackrider telah mengalami kecelakaan fatal hingga megalami amnesia, namun gadis itu selalu menyembunyikan jenis kecelakaannya. Itulah yang selalu membuat pemuda itu bingung dan merasa aneh akan ketidaktahuan Shireen tentang kecelakaannya. Ia mendesah napas kecewa, ia teringat akan beberapa penyebab amnesia yang pernah ia cari di internet, akan tetapi tak satupun dapat ditebak olehnya.

Wonder Colours: Fight in Color WorldOnde as histórias ganham vida. Descobre agora