35. Ok, Then.

1.1K 51 6
                                    

Ya Tuhan, bagaimana ceritanya ini? kenapa malah Niken yang dibercandai terus oleh makhluk macam Alex?

Niken melihat dengan nyata bahwa Alex sepenuhnya menegang dan dia duduk di sofa sambil merancap. Si bangsat itu melakukannya dengan menatap langit-langit dan hanya Tuhan yang tahu dengan siapa dia bayangkan.

Tapi kemudian Alex membuka matanya, menatap Niken hanya di mata. "If you help me out, Niken, I promise i'll do you like nobody can. So come here, I offer you a win-win solution."

"Lo kenapasih susah menjadi normal?"

Alex sedikit menyuarakan kepuasannya tanpa sengaja. "I promise i'll do you like tomorrow doesn't exist. You know exactly how my service is."

Niken menjadi gamang. Dia bukan mau menjadi wanita murahan, tapia mat normal bagi manusia akan terpancing jika telah dijanjikan sesuatu bukan? Tapi cowok ini telah menilainya sembarangan waktu lalu. Cuma cowok ini yang bilang bahwa tubuhnya tidak memuaskan.

"Gue gak butuhin lo kalo gue cuma ingin dipuaskan."

"Tapi cuma gue yang tau titik lo. Or maybe Arsen too. Tapi lo gak mungkin minta sama dia lagi kan? The only option is me. So Niken, take off your clothes and we do each other now."

"Gue gak bisa. Waktu itu gue pernah bilang I can guarantee that everyone will down their knees for every piece of me. Tapi sepertinya gue jangan besar kepala seperti itu. Siapa gue sih? Gue bukan Emily fucking Ratajkowski. Kok bisa-bisanya gue sepongah itu? Gue kesini cuma mau dinner biasa sama lo, Lex. Kalo lo mikir gue punya particular reason buat kesini, then you wrong."

Alex memasukkan niatannya Kembali ke dalam celana, menatap tajam kearah Niken lalu bangun dari duduk untuk perlahan mendekati Niken tanpa melepas kontak mata dengan cewek itu barang sedikitpun. Ketika Alex benar-benar berada di hadapan Niken, yang ia lakukan hanya menyampirkan rambut Niken dengan kelingkingnya. Masih menatap lekat membiarkan detik berlalu dan tanpa dugaan, Alex duduk bersimpuh disana. "I'm not doing this to asking your body nor your touch. I'm still offering the win-win solution but you need to know that you're worth to be respected. You can ask anything to anyone in return, and you're still worth to be respected."

Udara menjadi ketat seketika. Niken merasa bahwa apa yang dia pertahankan sejak entah kapan ini menjadi sesuatu yang tidak perlu. Maka Niken menyusul Alex duduk, meraih kedua rahang Alex dan menatap lekat matanya. Sekali lagi ia butuh memastikan bahwa kali ini ia memutuskan untuk bermain dengan bebas. Semua ini hanya permainan. Hanya simbiosis mutualisme. Hanya win-win solution yang baru saja Alex tawarkan. Pada detik selanjutnya, Niken mencium cowok itu.

Kesenangan Alex tidak terperi. Ia memeluk Niken lalu menggendongnya untuk ia bawa ke kamar. Ketika keduanya butuh udara untuk bernapas, Alex berkata dengan penuh keseriusan. "Niken, i'll do you like nobody can, for sure. But you need to help me first because I have no more patience now."

Niken setuju. Dia sendiri sadar bahwa kini Alex ada di tahap bahwa ia tidak bisa dikompromi.

Ketika Alex bilang bahwa ia mengetahui titik Niken, maka ia benar-benar pada hal itu. Disisi lain, si cewek yang memang tahu bagaimana Alex bersikap juga menyetujui apa yang Alex klaim. Dia benar pada satu hal itu. Dia tahu bagimana Niken bereaksi ketika titiknya berhasil Alex kendalikan.

Mengenai apa yang Alex bilang tempo lalu, Niken tidak merasa marah akan hal itu. Walau jika memang benar bahwa Niken tidak semenarik itu bagi Alex, maka bukan masalah besar. Niken tahu dimana dia berpijak dan Niken tahu sebesar apa valuenya sehingga ia tidak perlu pusing terhadap apa yang Alex katakan.

Tiga puluh menit yang intens. Keduanya terengah begitu beberapa menit yang lalu telah setuju bahwa itu sesi terakhir mereka. Hanya langit-langit yang kini menjadi perhatian keduanya dikala mengatur napas menjadi lebih stabil.

Alex terkekeh lalu menggelengkan kepala. Yang tadi itu diluar dugaannya. Apa yang ia berikan dan apa yang ia dapat betul-betul membuat Alex tidak habis pikir. Perlu dia masukkan malam ini ke daftar malam terbaiknya.

"Such a nice move, Lex."

"I know how good I am, Niken. Trust me."

"Bukan yang ini. Yang barusan lo lakukan di dapur. Gue gak pernah expect dapet perlakuan kayak gitu. Gue selalu berlaku agar cowok-cowok at least actually begging to me. Supaya gue gak dipake seenaknya."

"Bukan gara-gara apa yang gue bilang tempo hari?"

"I know how good I am, Alex. Trust me." Niken tersenyum miring. "But really? Segitu jeleknya penilaian lo ke gue?"

"Gue gak nilai lo jelek. Memang apa yang gue bilang sampe lo berpikir begitu? Kalo mereka beneran pinter, they don't need to know what behind your clothes to know your value. Apakah gue ngatain lo? Nggak kan."

"Kalimat lo bagus kalo mau sesuatu. Tambah bagus lagi kalo lo udah dapetin sesuatu. Gak salah Dave angkat lo di marketing." Niken bersuara.

Detik selanjutnya yang Niken dapatkan adalah tubuh Alex benar-benar berada diatasnya. Apa yang hampir sempat Niken pikirkan tiba-tiba pergi begitu mendengar Alex bilang, "Gue katakan apa yang sebenarnya. Gue bukan orang yang bakal sugarcoat everything to fulfil what I want. That's why Dave angkat gue." Alex masih memperhatikan Niken tanpa berniat untuk mulai bicara lagi atau berpindah posisi. Dia mulai menyukai pemandangannya sekarang. Dan begitu ia melihat Niken membuka mulut, Alex menyela, "It means gue serius sama apa yang gue bilang di dapur tadi. Lo tau sendiri kalo gue gak bakal sentuh lo kalo lo gak setuju, kan?"

Niken mengangguk.

Kelingking kanan Alex menyingkap anak rambut Niken. Hal ini juga mulai menjadi kesukaannya sekarang. "Gue serius sama kalimat gue." Alex menghela napas, "Begitupun saat tempo hari waktu gue bilang gue gak bakalan pergi. Gue beneran sedang mengejar lo, Niken."

"Why me?"

"You're worth to fight."

"Everyone is worth to fight."

"Only you suits me. Only you that I want to fight for the rest of my life."

"Lo gak bisa mendahului kayak gitu. Gue pikir Arsen is the one, tapi nyatanya enggak. Gue gak pandang lo sebelah mata. Tapi lo gak bisa bilang seolah lo tau ada kejadian apa besok."

"I know exactly what i'm saying. Gue pernah bilang ke diri gue sendiri mengenai beberapa mantan gue bahwa mereka worth to fight. But they prove me wrong. Itu diluar kendali gue. Begitupun ke elo, gue akan memperjuangkan lo hingga kapanpun sampai lo buktiin bahwa gue salah. Maka gue berhenti disitu. Karena itu udah diluar kendali gue."

"Kenapa kali ini gak lo bilang sama diri lo sendiri? Kenapa lo kasih tau gue?"

"Karena lo harus tahu kalo disini ada gue. Karena lo harus stop sama masa lalu lo karena disini ada gue."

Niken tidak bisa berkata apapun. Kali ini akal sehatnya kalah dengan intuisinya. Hatinya berkata lain. Hatinya menghianati pikirannya sendiri. Tapi kalaupun kali ini Alex adalah kesalahan Niken selanjutnya, setidaknya dia tahu bahwa Alex bukanlah seorang bajingan metropolitan. Dirinya sendiri lebih dulu mengakui bahwa Alex memiliki inner beauty yang tidak semua orang tahu, karena kalau tidak begitu, mana mungkin diri Niken tetap mau menemui Alex setelah mengenali banyak sifat aneh cowok ini.

"Ok, Then. Let's do it. We have commitment now."

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang